kesalahan-menulis-karya-fiksi

8 KESALAHAN UMUM SAAT MEMULAI MENULIS KARYA FIKSI

Menulis, khususnya menulis karya fiksi, merupakan kegiatan kreatif yang menarik dan bahkan menjadi lahan pekerjaan bagi sebagian orang. Beberapa orang menjadi besar karena menulis. Menulis dan karya mempunyai hubungan yang sangat erat dimana sebuah karya seringkali dijadikan tolak ukur keberhasilan seseorang dalam menulis kreatif.

Salah satu karya yang populer dan banyak dihasilkan oleh para penulis adalah karya fiksi. Karya fiksi bisa berupa novel, cerpen, teenlit, chicklit, dan juga cerita bergambar. Karya fiksi menjadi karya yang unik sebab dalam karya fiksi penulis harus mampu menghadirkan cerita yang tidak nyara menjadi terasa nyata bagi para pembaca.

Memulai menulis karya fiksi dalam bentuk apapun memilki kesulitan dan tantangannya tersendiri. Ada hal yang harus dilakukan dan ada pula hal yang harus dihindari.  Hal yang harus dihindari seorang penulis salah satunya adalah kesalahan – kesalahan yang umumnya terjadi pada penulis saat melakukan proses kreatif menulis. Kesalahan bisa terjadi dalam kegiatan apapun termasuk kegiatan menulis, akan tetapi bukan tidak mungkin kesalahan itu dihindari.

Berikut adalah beberapa kesalahan yang terjadi dan sebaiknya dihindari para penulis saat mulai menulis karya fiksi.

1.      TAKUT BERKESPERIMEN

Bereksperimen merupakan hal penting dalam proses kreatif. Cara menulis seperti ini biasa dikenal dengan cara menulis eksperimental. Ketakutan bereksperimen tentu saja hadir dalam setiap orang tidak terlepas dalam diri seorang penulis. Memulai sebuah karya tentu saja tidak mudah dan kadang mendatangkan ketakutan tersendiri bagi penulis, bisa itu datang dari faktor internal dan juga eksternal. Salah satu ketakutan yang dihadapi penulis adalah ketakutan untuk menghasilkan karya yang baru dan juga revolusioner. Seringkali penulis memilih membuat karya yang sudah terbukti populer daripada berkesperimen dengan sesuatu yang baru.

Penulis novel laris Murder On The Orient Express, Agatha Christie mengatakan bahwa penulis tidak boleh takut untuk bereksperimen. Beliau membuktikan keberanian berksperimennya dengan menggunakan pendekatan plot ganda yang belum banyak digunakan oleh penulis fiksi  lain pada saat itu. Kamu bisa mempelajarai macam-macam alur cerita atau plot di sini. Keberaniannya tersebut justru menjadikan karyanya sebagai karya yang sukses dan dikenang banyak orang. Untuk itu, ketika menulis fiksi penulis tidak harus megikuti aturan penulisan atau genre yang sudah mainstream. Penulis bisa dengan bebas menggabungkan beberapa genre atau plot dalam satu karya sekaligus. 

2. KURANG BERLATIH

Kemampuan menulis tidak jauh beda dengan kemampuan di bidang lain. Untuk bisa mendapatkan kemampuan yang maksimal diperlukan latihan yang rutin dan konsisten. Kesalahan yang biasanya terjadi pada penulis saat memulai menulis adalah meremehkan latihan menulis dan langkah-langkah menulis. Menulis memerlukan latihan yang cukup agar penulis bisa terbiasa dengan karyanya sendiri dan mampu menemukan gaya penulisannya sendiri. Kedisiplinan menulis merupakan kunci berhasil atau tidaknya seorang penulis.

Dalam wawancaranya dengan majalah Girlfriend, penulis Teenlit, Sitta Karina mengatakan jika bakat dalam menulis sebenarnya bukanlah hal yang penting. Perdebatan mengenai  apakah menulis itu bakat atau hasil latihan merupakan debat yang tak pernah usai. Namun Sitta Karina menegaskan, asalkan memiliki passion dan memberikan waktu khusus untuk menuangkan ide dalam tulisan seseorang bisa menjadi penulis yang hebat.

3. TERLALU MENDETAIL

Tidak ada yang salah dengan detail dalam tulisan, justru banyak karya terkenal yang disukai karena detail tulisan yang begitu rinci dan sistematis. Akan tetapi perlu diingat bahwa terlalu mendetail dalam bercerita baik itu dalam hal penokohan atau karakter, setting, atau alat bisa mematikan imajinasi pembaca.

Selain itu penulis juga akan terlalu terfokus pada detail dan bukannya pada emosi yang harusnya dituangkan dalam setiap bab cerita. Penulis Elmore Leonard yang terkenal dengan 10 Aturan Penulisan-nya menuturkan jika dalam membuat karya sebaiknya menghindari deskripsi yang terlalu mendetail saat menceritakan seorang tokoh, tempat, atau benda yang ada di sekitar.

4. KURANG OBSERVASI SEBELUM MENULIS KARYA FIKSI

Meskipun merupakan karya fiksi yang notabene bukan merupakan karya yang bersifat nyata, perlu dicatat jika sebuah karya fiksi juga harus mampu diterima dan bahkan dipercaya oleh pembaca. Penulis seringkali menciptakan karya fiksi yang kadang sulit diterima nalar yang membuat karya menjadi kurang bisa dinikmati.

Observasi sebelum menulis karya fiksi adalah penting untuk dilakukan karena banyak sekali inspirasi dan ide yang bisa muncul dari lingkungan sekitar. Dilansir writingishardwork.com, penulis trilogi The Lord of The Rings, J.R.R Tolkien mengatakan jika beliau menciptakan tokoh – tokoh fiksional di dunia Middle Earth berdasarkan pengamatan orang – orang di sekitarnya.

5. TERLALU BANYAK IDE

Menulis memang merupakan proses kreatif yang melibatkan dan juga membutuhkan ide di dalamnya. Akan tetapi terlalu banyak ide bisa jadi malah merepotkan bagi penulis. Ide yang bermacam – macam bisa membuat penulis menjadi tidak fokus dalam mengaitkan ide yang satu dengan yang lain. Lebih baik jika penulis memilih satu atau ide utama dan mengembangkannya menjadi satu kesatuan daripada memberikan ide – ide baru di setiap bab cerita.

 6. TERLALU SERING MENGEDIT

Salah satu proses menulis yang harus dilalui oleh penulis adalah proses editing. Editing diperlukan untuk mencari letak kekurangan dalam tulisan dan menyempurnakan tulisan menjadi satu kesatuan yang utuh. Kesalahan penulis saat mengedit tulisannya adalah mengedit tulisan yang belum rampung. Mengedit tulisan yang setengah jadi bisa menimbulkan penambahan ide di sana – sini yang malah semakin membuat cerita tidak cepat selesai dan mungkin malah membuat peulis mengubah cerita dari ide atau plot yang sudah direncanakan sejak awal.

  7. RASA CEMBURU

Kesalahan selanjutnya dalam memulai menulis cerita fiksi adalah rasa cemburu pada karya orang lain. Biasanya setelah membaca karya orang lain, penulis akan merasakan kecemburuan terhadap ide, imajinasi, atau juga pada kesuksesan penulis lain. Perasaan cemburu seperti ini sangat wajar apalagi jika karya penulis lain memilki kesamaan dengan ide atau genre yang ditulis. Akan bagus jika rasa cemburu ini bisa mencambuk semangat penulis untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Akan tetapi jika rasa cemburu dibiarkan terus menumpuk malah bisa membuat penulis merasa berkecil hati dan tidak percaya diri untuk menyelasakan karyanya.

8. MENYERAH

Sebagus apapun ide tulisan dan sebagus apapun gaya penceritaan penulis akan menjadi percuma jika karya tersebut tidak menemui endingnya. Menyerah di tengah jalan saat menggodok sebuah karya adalah kesalahan terbesar dari seorang penulis. Menyelesaikan sebuah tulisan memang bukanlah hal yang mudah, kadang di tengah jalan penulis menemukan banyak rintangan dan kesulitan yang tidak terduga. Salah satu yang seringkali menjadi hambatan adalah penulis merasa stuck dengan ide tulisan atau biasa disebut dengan istilah writer’s block. Kamu bisa mencoba Cara Mengasah Kreatifitas dan Menghilangkan Writer’s Block.

Di kalangan mangaka Jepang, situasi seperti ini biasa disebut dengan slump, yaitu keadaan dimana penulis tidak bisa menyelesaikan atau menghasilkan karyanya karena kehabisan ide atau inspirasi. Untuk itu sebagai penulis sudah seharusnya tidak menyerah dan menuntaskan tulisan dengan kemampuan terbaik yang dimiliki, selain sebagai penghargaan terhadap karya juga sebagai penghargaan terhadap pencapaian diri sendiri.

Sekian tulisan mengenai 8 kesalahan umum dalam penulisan cerita fiksi. Semoga tulisan ini bisa membantu sekaligus memberikan semangat pada para penulis untuk terus menghasilkan karya terbaik.

, , , , , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan