buku-saku-akidah-islam

Akidah Islam

Pernah saya membaca dalam qur’an yang bernada satire bunyinya begini “Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar ayat 9). Ayat ini merupakan sindiran bagi umat islam khususnya, dan umat manusia pada umumnya. Dan bobot orang yang mengetahui  selain diberikan pahala yang lebih, tapi juga diberi beban atau tanggungjawab yang lebih pula. Tapi jangan khawatir, bagi orang yang mengetahui, bila ia telah memikul tanggungjawabnya dan melaksanakan tanggungjawab itu, ia akan diberi derajat yang lebih tinggi, dan balasan yang mulia di akhirat.

Pengetahuan bisa  diperoleh melalui dua jalan, pengalaman dan buku. Melalui pengalaman, orang jadi makin mengerti jalan yang terbaik yang mesti ditempuh. Dengan kemampuan inderawinya itulah, manusia bisa menjadi lebih baik dalam berbuat. Sedangkan melalui buku, kita bisa memperoleh cerita, hingga  pengetahuan yang ditulis oleh orang lain.

Itu pula yang saya rasakan ketika membaca buku saku Akidah Islam (2015) karya Muhammad Chirzin. Ada rasa dahaga yang terpuaskan, saat menyelami dan memahami lebih dalam mengenai iman dan hikmahnya.  Beruntung saya di waktu kecil tumbuh dan besar di lingkungan yang mengajarkan saya mengenali islam dari praktek dan pengalaman. Bapak saya  cukup mengerti bagaimana pergumulan islam dengan jawa. Ibu saya pun demikian halnya, ia besar dengan tradisi islam yang kuat. Sudah semenjak kecil saya dikenalkan masjid. Di masjid itu pula saya mengenal harmoni. Dulu, sewaktu keluarga saya belum mengenal televisi, sering sekali saya menonton televisi di tempat kak Linda. Di rumah kak Linda yang jaraknya berdekatan dengan masjid itu, saya memiliki kenangan yang indah. Kak Linda belum pernah merasa terganggu, atau marah dengan  bunyi adzan, ia juga tak pindah rumah sampai sekarang. Itulah cermin harmoni di desa saya.

Saya mengenali konsep-konsep dan ilmu agama bermula dari bangku sekolah juga dari bangku TPA. Melalui guru ngaji saya dikenalkan tepuk rukun iman. Di taman kanak-kanak pun guru mengajarkan hal yang sama. Mereka mengenalkan rukun iman supaya  mudah diingat. Kini, di masa saya sudah lulus kuliah dan menjadi  guru, ternyata pelajaran semacam itu adalah pelajaran fundamental dan pokok dalam mengenali agama islam.

Muhammad Chirzin menuliskan : Akidah merupakan dasar bangunan syariah. Atas dasar itu, maka siapa yang beriman kepada akidah, tetapi mengesampingkan syariah, atau mengamalkan syariah tetapi tidak memedulikan akidah, ia tidak termasuk muslim di hadirat Allah dan tidak disebut menempuh  jalan hidup islam. Betapa pentingnya Akidah dan kedudukannya di mata Allah. Dengan pengetahuan yang utuh tentang akidah inilah, kita bisa semakin mantap dan tenang dalam  menjalani agama.

Dalam islam, iman bukanlah sesuatu yang dipaksakan. Ia lahir dari ketulusan, lahir dari jiwa yang pasrah, dan memperoleh petunjuk dari Alloh. Itulah mengapa, dalam islam tidak boleh pula memaksakan kehendak atau iman orang lain.  Tuhan juga  memberikan kebebasan sepenuhnya kepada manusia dengan segala konsekuensinya.

Rukun iman pertama adalah iman kepada Alloh. Manusia memiliki pengalaman dan perjalanan spiritual masing-masing dalam menemukan Tuhannya. Sebagaimana Ibrahim yang mencari Tuhan dengan pengalamannya, kita tentu memiliki pengalaman dalam kehidupan kita. Iman kepada Tuhan adalah suatu hal yang mendasar, sebab tanpanya, kita ibarat air dalam lautan yang  terombang-ambing oleh ombak yang besar. Dengan mengimani Tuhan, kita tentu tak merasa sombong dan besar diri, sekaligus tak merasa takut dan khawatir.

Iman yang kedua adalah iman kepada malaikat. Dengan meyakini malaikat Alloh,  kita bukan hanya diajak untuk  mengerti bahwa malaikat adalah makhluk Alloh yang ikut serta  mendoakan kita. Selain tentu saja melaksanakan tugas-tugasnya. Tentu saja kita juga semakin sadar diri, bahwa apa yang kita lakukan dicatat dan diperhatikan oleh Alloh melalui malaikat-malaikatnya.

Iman yang ketiga adalah iman kepada kitab. Keyakinan ini membawa kita bahwa hidup kita ibarat sudah diatur dan diberi petunjuk melalui kitab itu. Melalui Al-qur’an itulah,  bila kita menjalankan apa yang diperintahkan Alloh dan berpegang teguh pada kitab tersebut, kita akan selamat. Bila kita mengabaikannya, ingkar padanya, maka kita juga akan menerima konsekuensinya yakni mendapatkan siksa. Yang lebih nampak di masa sekarang, sebagaimana yang dikatakan Muhammad Iqbal kita akan tertinggal dibelakang. “ Kalian tertinggal di belakang, sebab kalian berhenti mengambil inspirasi dari kitab yang menuntun  kalian. Kalian telah mempersempit wawasan kalian tentang ilmu pengetahuan dan kalianpun menjadi tak berkemampuan memahami kitab hikmah itu” (Bilgrami, HH, 1982:89).

Iman yang keempat adalah iman kepada Rasul.  Dengan mengimani Rasul, kita jadi sadar, bahwa umat muslim, atau kita sekarang ini adalah umat Muhammad. Kelak, Rasul pula yang akan memberi syafaat , memberikan pertolongan dengan izin Alloh di hari akhir kelak. Rasul pula yang ikut menyebarkan ajaran islam, sehingga kita bisa mengenali  islam dengan ajaran-ajarannya.

Rukun iman yang kelima adalah iman kepada hari akhir. Dengan menginsyafi hal ini, kita bisa semakin berhati-hati dalam berbuat dan bertingkah laku. Sebab di hari akhir itulah, semua  manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di mata Alloh.

Yang terakhir adalah iman kepada takdir. Dengan iman kepada takdir ini, manusia menjadi timbul keberanian, melahirkan sifat kepahlawanan dan menumbuhkan kesanggupan menghadapi berbagai situasi. Apabila seseorang telah mengerti bahwa ia  berada di pihak Tuhan, ia tidak akan mundur (h.193).

Meskipun hanya enam, tapi di sanalah letak dasar-dasar agama. Rasanya tak mungkin ada amaliah, tanpa dilandasi rasa iman. Dari iman muncul pengharapan, keyakinan dan kehati-hatian. Dalam iman terletak dasar-dasar akidah. Bila seseorang imannya kuat, maka ia tak goyah oleh iming-iming yang berbau duniawi. Orang beriman juga tak menafikkan, bahwa dunia adalah ladang sekaligus jalan untuk menempuh kebahagiaan haqiqi, kebahagiaan di alam akhirat kelak. Meskipun hal itu belum terjadi, belum pernah diketahui, orang tetap mendambanya, di sanalah letak keajaiban iman.

 *) tuan rumah Pondok Filsafat Solo,Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com 

, , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan