menjadi-besar-karena-menulis

Besar Karena Menulis

            Bila kita ditanya tentang apa cita-cita kita di masa kecil?. Tentu jarang sekali orang yang menjawab menjadi penulis. Ya, menjadi penulis memang jarang diwacanakan apalagi dikisahkan oleh para guru kita di sekolah dasar, bahkan sampai kuliah. Gambaran menjadi seorang penulis kemudian identik dengan seseorang yang hanya menulis, berfikir serius, menulis identik dengan menjadi seorang pemikir.

            Hampir-hampir belum pernah penulis digambarkan secara gamblang di sekolah dasar sebagai sosok yang kaya-raya, banyak duit, sampai dengan berlibur ke negara tetangga. Orang justru menggambarkan penulis sebagai seorang yang penyendiri, asosial, dan serius sekali hidupnya. Terlebih bila menulis dikaitkan dengan pekerjaan. Orang tentu banyak yang tidak sepakat ketika menulis disebut sebagai “pekerjaan”. Karena itulah, judul tulisan saya “ Besar Karena Menulis ” seringkali tak dianggap sepenuhnya benar oleh sebagian besar orang.

            Lewat buku berjudul Follow Your Passion: Be A Writer (2014) Dr. Saifur Rohman membagi pengalamannya kepada kita (pembaca). Menulis, menurutnya bukan sekadar kerja sepele dan remeh temeh bila ditekuni dan digeluti secara serius. Menulis berarti menjadi abadi. Sebab tulisan memberikan ruang untuk menangkap kesadaran setiap orang. Angka, aksara, dan tanda baca adalah kode-kode yang diupayakan untuk menangkap dan menjadikan tulisan menjadi abadi (h.14). Kesadaran tiap orang itulah yang kelak mempertemukan kita dengan pembaca, mempertemukan ide dan gagasan kita dengan orang lain, dan membawa kita seperti pejalan kaki, menuntun kita. Modal paling awal sebagai penulis, menurut Saifur Rohman adalah kemauan menulis, niat. “Sesungguhnya anda hanya membutuhkan perasaan ingin menulis, niat menulis dan menggerakkan jari jemari anda untuk menyusun huruf demi huruf “(h.19).

            Kebetulan saya pernah memiliki pengalaman bertemu dengan penulis buku ini langsung. Penulis buku ini memang terkesan ramah, rendah hati, dan supel. Benar saja, meski seorang doktor, telah menempuh pendidikan cumlaude sampai di mesir sana, ia tak menunjukkan sebagai seorang yang sombong dan congkak. Tak heran di buku ini, ia menorehkan pengalamannya menjuarai berbagai lomba penulisan dari fiksi sampai non fiksi beberapa kali.

            Saya mengenalinya sebagai redaktur pula di harian surat kabar jawa tengah, yang waktu itu dia sering menyeleksi tulisan-tulisan saya. Sebagai kolumnis di Kompas, saya juga sering membaca tulisan-tulisannya yang bernas. Buku ini adalah buah dari pengalamannya bertahun-tahun menekuni dunia tulisan.           

            Ketertarikan saya membeli dan membaca buku ini karena saya ingin mengerti lebih jauh bagaimana sebenarnya dunia tulis menulis itu. Dan tentu saja ini adalah sebauh pencarian yang mengasyikkan. Beberapa buku tips menulis yang ditulis oleh penulis dalam negeri maupun luar negeri hendak saya koleksi dan berniat menuliskan ulang dalam bentuk tulisan yang tentu saja lain dari buku-buku kepenulisan lainnya. Atas motif itulah, saya kemudian tertarik dengan buku bersampul hitam karya Dr. Saifur Rohman ini.

Buku ini memang dikemas dengan bahasa yang mudah, dan mengalir. Tidak terlampau susah membaca buku ini sembari nongkrong dan minum kopi. Sebagai sebuah buku tentang kepenulisan, tentu saja buku ini tak akan memiliki efek apa-apa bila kita tak segera mempraktikkannya. Karena itulah, menulis resensi buku ini adalah bagian dari praktik paling mudah setelah kita membaca buku ini.

Buku setebal kurang lebih 140 halaman ini memang telah memberikan banyak tips dan strategi bagaimana menulis buku, menulis karangan ilmiah, sampai dengan strategi dan tips menulis fiksi. Hanya saja, penulis buku ini memang belum memberikan paparan leih jauh bagaimana para penulis-penulis awal menjalani laku menulis. Penulis  memang membuat kita cukup optimis untuk menulis, meski kita tahu, menulis tak semudah yang kita bayangkan. Bila jemari kita tak segera bergerak dan mengetik huruf-huruf itu, maka sudah bisa dipastikan tulisan tak pernah jadi.

            Pada bagian akhir buku ini misalnya, kita bisa melihat bagaimana buku ini sebenarnya memberikan pancingan kepada kita bahwa ada tiga hal penting tentang menulis diantaranya adalah pertama, produk dari menulis adalah karya tulis. Kedua, integritas dari menulis adalah niat kita untuk menulis. Ketiga, pengetahuan dari menulis adalah rangkuman dari pengalaman dan teori.

            Walau terkesan memudahkan kita sebagai pembaca untuk lekas menulis, buku ini menyampaikan dari gagasan paling sederhana hingga tips dan strategi menulis agar bisa membuat kita besar. Dan besar dalam hal ini tentu saja  tak hanya sekadar materi. Kita tentu bisa mendapatkan kepuasan batin yang cukup hingga bertemu orang-orang yang tak pernah kita duga sebelumnya melalui tulisan.

            Kebesaran yang melampaui materi itulah yang kelak lebih berharga ketimbang uang. Perasaan dihormati, dihargai, dan diapresiasi, rasanya tidak bisa diukur hanya dengan materi semata. Inilah barangkali kepuasan seorang penulis. Kebesaran seorang penulis adalah tatkala ia mendapati tak cuma pembaca, tapi juga orang-orang yang secara tak langsung sebenarnya berhubungan dengan kita dalam arti tertentu. Melalui tulisan kita, kita telah membuat sebuah relasi imajiner yang tak bisa dilihat tapi terus bergerak serta memberikan pengaruh kepada kesadaran orang. Itulah mengapa penulis akan merasakan kebahagiaan melebihi profesi lainnya.

*) Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com, tuan rumah pondok filsafat Solo

,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan