buku-doa

Buku Doa Yahudi Abad ke-9 Masehi Jadi Koleksi Museum Israel

buku-doa

gambar oleh Associated Press

Portal – Baru-baru ini museum Israel menambah satu lagi koleksi uniknya: buku doa orang Yahudi pada abad ke-9 Masehi. Associated Press melaporkan, buku doa berukuran panjang 10 cm (empat inchi) dan lebar 7 cm tersebut merupakan sumbangan seorang pengusaha Green Steve dari Oklahoma. Steve terkenal sebagai salah satu kolektor buku-buku langka di dunia. Ia bersama dengan tim ahlinya telah bekerja secara independen untuk meneliti temuannya yang diyakini buku doa orang yahudi kuno. Buku itu sendiri ditemukan di sekitar Timur Tengah, ditulis dalam bahasa ibrani dan memuat sekitar 50 halaman yang tampak terikat seperti keadaan aslinya. Uji karbon yang dilakukan tim ahli steve menunjukkan bahwa buku tersebut kemungkinan besar berasal dari abad ke-9 Masehi.

Memperhatikan hasil uji karbon tersebut, Direktur Perpustakaan Nasional Israel, Hagai Ben Samai mengamini buku tersebut tampaknya akan menjadi salah satu koleksi buku doa Ibrani terkuno yang ada, selain satu lagi yang menjadi koleksi di Jerman. Sebelumnya, doa-doa berbahasa Ibrani hingga abad 5-6 Masehi biasanya ditulis dalam bentuk perkamen. Penemuan naskah yang terikat dalam bentuk buku dengan dua sisi halaman dipenuhi tulisan, merupakan penemuan besar dalam perkembangan naskah kuno orang Yahudi.

Direktur Museum Amanda Weiss mengatakan, dia yakin akan keaslian buku doa tersebut berdasarkan penanggalan uji karbon tim ahli Green. Menyinggung adanya doa dalam buku tersbut yang masih dibacakan hingga hari ini -dia bilang itu memiliki arti penting budaya khusus dan “bukti kelangsungan bangsa Yahudi”.

Namun kurator museum,  Aviad Stollman, tidak begitu yaki dengan temuan tersebut. Ia mengatakan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan keasliannya.

“Mungkin itu adalah kumpulan kertas,” kata Stollman. “Dalam beberapa hal lebih terlihat seperti seseorang mengambil sekelompok kertas menyusunnya hingga menyerupai sebuah buku,” tutupnya.

Atas komentar miring tersebut, Green menegaskan, ia datang dari keluarga yang sangat religius dan memiliki beberapa kerabat yang telah berkunjung pendeta. Ia mengatakan ia menyumbangkan buku itu karena ia ingin “membawa cinta kita pada Alkitab ke negeri Alkitab.”

Sejauh ini keluarganya telah berencana menghabiskan ratusan juta dolar untuk membuat sebuah museum Alkitab di atas tanah dekat National Mall di Washington. Rencananya museum akan dibuka pada 2017 dan akan menampilkan koleksi besar semacam artefak-artefak Alkitab, termasuk teks-teks kuno.

, ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan