sumber gambar dari massresistence.org

Buku Kontroversi: Dongeng “King & King”

Berita Buku – Homoseksualitas memang sering menuai kontroversi. Tak hanya di Indonesia saja, di luar negeri juga banyak orang yang menentang hal itu. Di satu sisi, banyak orang menyatakan bahwa homoseksualitas adalah hak setiap individu, jadi sah-sah saja untuk mencintai sesama jenis. Di sisi lain, homoseksualitas dipandang sebagai sesuatu yang tabu; orang yang memiliki orientasi seperti ini seringkali dipandang rendah dan bahkan kebanyakan orang secara terang-terangan menolak akan hal itu dengan berbagai macam alasan.

Meski begitu, hal kontroversi seperti ini rupanya sering menjadi inspirasi para penulis untuk menceritakan kisah yang tidak biasa. Salah satunya adalah Linda De Haan dan Stern Nijland, penulis berkebangsaan Belanda yang menulis buku kontroversi dalam bentuk dongeng untuk anak-anak berjudul “King & King”. Buku kontroversial itu diterbitkan oleh Tricycle Press pada tahun 2002 lalu. Ditulis dalam bahasa Belanda, buku itu dengan segera diterjemahkan ke berbagai bahasa dan sudah sering diangkat ke panggung teater.

Dongeng “King & King”

Diterjemahkan dari: Wikipedia
Dari judul ceritanya saja sudah bisa ditebak bahwa tokoh dalam cerita itu pasti dua orang raja yang mempunyai hubungan tertentu. Dikisahkan bahwa ada seorang pangeran bernama Bertie yang belum menikah. Sang ratu yang sudah lelah memerintah memaksa anaknya itu untuk segera menemukan putri. Tetapi, sang pangeran berkata pada ibunya bahwa dia tidak pernah peduli dengan para putri. Meskipun sang ratu sudah mencarikannya putri-putri dari berbagai kerajaan, mulai dari Greenland sampai Mumbai, Pangeran Bertie tetap tidak tertarik. Sampai pada suatu hari, datanglah seorang putri bernama Madelaine yang didampingi oleh saudara laki-lakinya bernama Pangeran Lee. Pangeran Bertie jatuh cinta pada Pangeran Lee dan kemudian mereka menikah. Pernikahan itu dihadiri oleh para putri yang ditolak dan keluarga dari kedua pihak. Kedua pangeran itu kemudian dinamakan sebagai King & King—Raja & Raja. Sang ratu akhirnya dapat melepaskan tahtanya dengan tenang. Cerita itu berakhir dengan adegan ciuman dari kedua pangeran.

Meskipun dongeng ini menuai kontroversi di berbagai negara, sekuelnya tetap dibuat. Sekuel itu diterbitkan pada tahun 2004 oleh penerbit yang sama dan berjudul “King & King & Family”. Diceritakan bahwa para pangeran sedang berbulan madu. Ketika sedang berjalan-jalan di hutan, kedua pangeran itu melihat berbagai binatang dengan anak-anak mereka. Pangeran Bertie berharap ingin memiliki anak. Ketika mereka pulang, mereka menemukan seorang gadis kecil yatim piatu yang kesepian. Mereka mengadopsinya dan kemudian memberinya nama Daisy. Gadis itu dibesarkan sebagai seorang putri.

Kontroversi Dongeng “King & King”

Buku dongeng “King & King” rupanya sudah menuai kontroversi sejak pertama kali diterbitkan. Karena mengandung tema homoseksualitas, buku itu dilarang oleh American Library Associations (ALA). Bahkan buku kontroversi itu sempat dianggap sebagai buku porno yang tidak seharusnya dibaca oleh anak-anak, karena ada gambar dua pangeran yang berciuman, meskipun sudah ditutupi oleh gambar hati berwarna merah. Meski begitu, ada juga yang menyatakan bahwa buku itu merupakan buku yang bagus untuk mengajari anak-anak tentang pasangan sejenis, seperti Phildelpia Gay News. Karenanya, buku itu sering digunakan sebagai “alat” untuk menghentikan bullying pada anak dengan LGBT, atau mereka yang mempunyai orang tua dengan LGBT–Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Buku itu juga unik karena berani menentang unsur-unsur tradisional yang biasa ada dalam kisah dongeng anak.

Sekitar bulan April lalu, seorang guru dari sebuah sekolah dasar di bagian utara Carolina, yakni di Efland-Cheeks Elementary School, mengadakan “reading”, sebuah aktivitas membaca bersama di kelas. Guru kelas tiga bernama Omar Currie itu memilih dongeng “King & King” sebagai bahan bacaan. Alasannya, seorang anak di kelasnya dituduh gay, dan dia berusaha membuat suasana netral kembali dengan cara membaca buku dongeng itu bersama-sama. Meskipun niatnya baik, rupanya tidak semua orang tua setuju dengannya.

Para orang tua menyatakan bahwa buku itu tidak sesuai untuk anak-anak yang masih duduk di kelas tiga, dan seharusnya cerita-cerita lain bisa digunakan untuk mengajari bahwa bullying adalah sesuatu yang salah. Mereka juga menyatakan bahwa dengan membaca buku bertema seperti itu sebenarnya sama saja dengan membawa homoseksualitas ke dalam sekolah. Anak-anak bisa menirukan apa yang ada dalam cerita itu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Currie, yang seorang gay, sengaja memilihkan buku itu dengan maksud lain dan bukannya karena ingin menghentikan bullying di kelasnya.

Di sisi lain, beberapa orang tua rupanya menanggapi hal itu dengan positif. Seorang wali murid bernama Tyla Olson menyatakan bahwa anak-anak seharusnya diajarkan untuk damai dan menerima dengan pernikahan sesama jenis. Sedangkan menurut Presiden PTA, Paquita Lyons, buku dongeng itu sebenarnya sesuai untuk anak-anak karena tidak menggunakan kata-kata yang sulit.

Dari seluruh hadirin yang hadir, sekitar tiga perempat—dari aplaus yang terdengar—mengindikasikan bahwa mereka mendukung Currie. Meski begitu, Currie masih harus menghadapi masalah lain, yakni kebijakan sekolah yang berbunyi bahwa guru-guru harus memberi informasi kepada orang tua tentang buku yang direncakan dibaca di kelas, dan juga untuk menulis dokumen setiap ada kasus bullying.
Bagaimana menurut Anda?

Sumber:
abc11.com
adweek.com
advocate.com

, , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan