buku-tentang-keris-muatan-dan-nilai-nilai

Buku Tentang Keris: Muatan dan Nilai-nilai Keris

Sebuah buku tentang keris berjudul Keris: Materi Muatan Lokal Bidang Kebudayaan, garapan Unggul Sudrajat dan Dony Satryo Wibowo ada di hadapan kita (pembaca). Mereka menggarap buku ini, karena keris telah menjadi Karya Agung Dunia Warisan Kemanusiaan, yang diakui dan ditetapkan UNESCO pada 25 November 2005. Dan, dari pengakuan tersebut, maka, selain menjadikan bangsa Indonesia berbesar hati, justru juga menjadi pelecut bagi kita. Dimana, sebagai bangsa yang memiliki warisan karya agung tersebut, kita selayaknya lebih tahu dan memahami tentang keris.

Tentu, mereka menggarap buku ini, juga dilatarbelakangi oleh potret masyarakat kita yang justru kurang tahu dan memahami keris, baik dari geografis, sejarah, fungsi, maupun proses pembuatannya. Dan, ketika buku ini hadir, barangkali, dalam pikiran kita terbersit pertanyaan, begini: apa pentingnya buku tentang keris ini?

Perlu diketahui, bahwa keris bukan sekadar menjadi karya seni, pelengkap busana dalam pernikahan adat daerah, ataupun bukan sekadar benda yang memiliki nilai jual tinggi. Keris, seperti yang diungkapkan penulisnya, selain memiliki fungsi tersebut, juga memiliki fungsi lain dilihat dari aspek budaya-sosial-sejarah.

Salah satu fungsi tersebut, dapat kita ketahui lewat penjelasan Bambang Harsrinuksmo. Menurutnya, zaman dahulu, seorang pria dianggap seperti telanjang bila keluar rumah tidak mengenakan keris. Bahkan, sejak anak-anak pun sudah disandangkan keris oleh ayahnya. Dimana, hal itu ditegaskan menurut kesaksian Ma Huan, seorang pengelana Cina yang datang ke Majapahit, bahwa seluruh pria Jawa mengenakan keris, bahkan anak-anak usia 5 tahun pun sudah dibekali keris (hal. 60).

Adapun, dengan membaca buku ini, kita semakin sadar, bahwa keberfungsian keris semakin terasa menciut atau bergeser, dikarenakan pula perubahan dari dinamika masyarakat. Keris yang dulu dianggap sebagai senjata, penanda sosial, identitas budaya Indonesia, dan memiliki nilai sakral, sekarang hanya cenderung dipandang secara ekonomis.

Selain itu, kita akan mengetahui bagaimana cara pembuatan keris. Dimana, dalam buku ini dijelaskan secara detail dan runtut, seperti ketika kita membaca proses pembuatan keris dari persiapan.

Garis besarnya, persiapan ini terdiri dari persiapan gagasan, teknis, spiritual dan persiapan seremonial. Persiapan gagasan adalah ide dan rancangan empu dalam berkreasi memilih jenis dhapur, pola pamor, serta cara pengerjaannya. Persiapan teknis adalah persiapan segala macam kebutuhan pelaksanaan, mulai dari tempat, alat-alat, bahan-bahan, hingga petugas-petugas yang terlibat di dalamnya. Sedangkan, persiapan spiritual dan seremonial berada di dalam satu konsep pemikiran, yaitu dilakukan dengan harapan agar pembuatan itu berjalan lancar dan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan (hal. 93).

Membaca lanjut buku ini, kita selain tahu dan sadar akan keberfungsian keris, kita  tak akan mengelak bahwa proses pembuatan keris merupakan hal yang rumit dan asing bagi kita kini. Seperti, bagaimana penulis menyuguhkan proses pola pamor keris, meliputi pelbagai pola pamor: pamor mlumah,  pamor Beras Wutah, sampai dengan pamor anukarta. Dimana, dari penamaan pola pamor keris ini saja, kita sudah merasa asing—meskipun, penulisnya telah memberi penjelasan-penjelasan.

Namun, kenyataan yang dihadapi oleh kita (pembaca) ini, justru memberikan gambaran lain yang dapat diambil nilai kandungannya. Yakni, dari proses pembuatan keris yang rumit, asing, dan membutuhkan kesabaran serta ketelitian ini, kita bisa mengetahui sekaligus mahfum bahwa para perajin keris memiliki etika, estetika, dan etos kerja tinggi. Dari hal inilah, maka tak salah bila pembuatan buku ini, selain bisa dibaca khalayak umum, dikhususkan untuk materi muatan lokal bagi peserta didik Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Dimana, dari materi muatan lokal tersebut diharapkan nilai-nilai yang terkandung (muatan) dalam keris, baik dari sejarah keris, fungsi, maupun proses pembuatannya, bisa terwarisi oleh generasi muda.

, , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan