cara-menumbuhkan-minat-baca

Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak

Membaca seharusnya menjadi suatu aktivitas yang menyenangkan. Dengan membaca, kita dapat memperoleh informasi tanpa perlu mengunjungi suatu tempat. Di samping itu, dengan membaca pula kita dapat memperoleh gambaran khayal yang mungkin belum pernah terlintas di benak kita. Namun, bagi anak jaman sekarang, membaca mungkin bukan hal menyenangkan lagi.

Seperti dilansir dari pojoksatu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2012 lalu, minat baca masyarakat Indonesia hanya sampai pada indeks 0,001. Hal ini berarti bahwa dari 1.000 masyarakat Indonesia, hanya ada satu orang saja yang memiliki minat baca serius. Dalam berita itu, disebutkan pula bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah.

Apa Masalahnya?

Dalam situs berita itu disebutkan pula bahwa minimnya ketersediaan buku di perpustakaan sekolah menjadi salah satu penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Di samping itu, guru juga memiliki keterampilan rendah dalam mengelola perpustakaan sehingga hal ini secara tidak langsung berdampak pada minat baca masyarakat. Namun, masalahnya tidak hanya itu saja.

Buku-buku sekarang sudah dicetak menjadi lebih menarik. Penuh gambar dan berwarna-warni. Kenyataannya, hal itu tidak cukup untuk membuat seorang anak membukanya, atau sekadar menyentuhnya. Mengapa?

Dikutip dari viva, hampir setengah dari anak-anak remaja saat ini bergantung pada smartphone atau tablet. Survei yang dilakukan oleh ComRes, sebuah lembaga survei di Inggris, menunjukkan hasil bahwa sekitar 47 persen dari orang tua mengatakan bahwa anak sering menghabiskan waktu di depan layar gadget seharian. Sisanya, sekitar 43 persen mengatakan bahwa anak mereka sudah memiliki ikatan emosi dengan perangkat mobile yang dimiliki. Namun sedikit beda dengan anak amerika.

Tak hanya di luar negeri saja, di dalam negeri sendiri juga begitu. Ya, kebanyakan anak sekarang lebih suka memperhatikan layar gadget untuk bermain games daripada membaca buku. Tentu saja hal ini tidak berarti kalau game virtual tidak bermanfaat sama sekali; nyatanya memang ada game yang dapat digunakan sebagai sarana belajar anak. Namun, meskipun hal itu kelihatannya sepele, dampaknya cukup besar. Minat membaca anak menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Jika sudah begini, ketika mereka menginjak usia dewasa, bisa dipastikan minat baca mereka menjadi rendah.

Di samping itu, sikap orang tua dan guru–sebagai sumber pengetahuan anak–secara tidak langsung juga membuat minat baca anak menurun. Alih-alih memberikan perhatian nyata pada anak, orang tua seringkali hanya menuruti keinginan anak agar anak dapat tenang. Kembali lagi kepada gadget–orang tua lebih suka ndolani anak mereka dengan gadget daripada membacakan mereka dongeng dari buku-buku. Anak jadi lebih memilih untuk bermain game daripada membaca buku karena mereka memang tidak terbiasa.

Selain itu, orang tua jaman sekarang juga cenderung untuk membuat anaknya terlihat sempurna. Tentu saja hal itu tidak salah, karena setiap orang tua pada dasarnya menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang pandai dan mandiri. Namun, karena mengejar kesempurnaan itu, orang tua jadi memberikan banyak tuntutan untuk anak. Anak jadi sibuk dengan berbagai les, yang membuat mereka kehilangan waktu untuk membaca buku.

Bagaimana dengan guru? Guru, di samping terdesak dengan kurikulum buatan pemerintah yang membingungkan, seringkali memberikan beban pada anak di luar batas kemampuan si anak. Berbagai macam pekerjaan rumah diberikan pada anak dengan alasan untuk mengejar materi yang ketinggalan. Karena si anak terlalu sibuk mengerjakan PR, anak jadi tidak mempunyai waktu untuk membaca buku-buku dongeng di perpustakaan.

Menumbuhkan Minat Baca Anak

Dikutip dari metrotvnews, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah mencanangkan gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui membaca berbagai dongeng atau buku yang dapat menginspirasi anak. Secara tidak langsung, program ini juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan minat baca anak. Namun, gerakan literasi seharusnya tak hanya dilakukan di sekolah saja. Orang tua haruslah tetap menemani anak untuk membaca, dan guru sebaiknya membuat program belajar untuk menumbuhkan minat baca anak.

Ada baiknya orang tua menyempatkan waktu untuk menemani anak membaca. Seminggu sekali, dua kali, tiga kali, atau lebih baik lagi, setiap hari. Luangkan waktu di saat-saat senggang atau di malam hari ketika anak sudah selesai belajar. Pilihlah sebuah buku bagus untuk anak, dan bacalah bersama dengan anak.  Jika tidak tahu buku seperti apa yang harus dibaca bersama anak, orang tua dapat mengajak anak ke toko buku dan membiarkan si anak memilih sendiri buku yang disukai. Ketika membaca dengan anak, anak cenderung akan terus bertanya tentang buku yang dibaca. Biarkan, dan jawab dengan sabar. Hal ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang bisa membuat minat baca anak menjadi tumbuh.

Orang tua sebaiknya juga tidak menenangkan anak yang menangis dengan langsung memberikannya gadget. Sebisa mungkin, hindarkan anak dari gadget. Ketika anak ngambek, alihkan perhatiannya dengan buku-buku yang berwarna-warni, atau yang sesuai dengan usia anak. Perlahan-lahan, anak akan tahu kalau membaca ternyata bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Kemudian, orang tua sebaiknya jangan memberi anak terlalu banyak les. Belajar memang penting, tapi istirahat sebentar dari belajar juga penting. Di waktu-waktu senggang, berilah anak sebuah buku bacaan yang tidak berkaitan dengan pelajaran. Kemudian baca bersama-sama. Jangan menuntut anak; seolah-olah buku yang dibaca harus selesai dalam satu malam. Biarkan saja anak santai membaca; dia akan menyadari kalau membaca bisa juga menjadi kegiatan refreshing dari belajar. Orang tua juga dapat memberikan buku sebagai hadiah dari sikap atau prestasi anak yang baik. Dengan begini, anak akan merasa senang dan mencintai buku; karena buku adalah sesuatu yang berharga baginya.

Untuk guru, sebaiknya tidak memberikan PR terlalu banyak kepada anak agar anak bisa membaca buku selain buku teks pelajaran; yang mungkin jadi penyebab mengapa anak takut dengan buku dan tidak suka membaca. Perlu diketahui bahwa PR sebenarnya dapat divariasi. Misalnya dengan memberikan PR membaca beberapa halaman saja agar anak dapat siap untuk pelajaran besoknya. Guru juga dapat menekankan kepada anak tentang betapa menyenangkannya membaca. Minta anak untuk menyelesaikan satu buku saja dari perpustakaan setiap satu atau dua minggu, dan hasilnya dilaporkan pada guru. Yang bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan dapat menceritakan isi bukunya boleh diberi hadiah. Jika hal ini dilakukan secara rutin, anak akan terbiasa membaca dan akan menyadari kalau membaca itu menyenangkan. Dengan begini, minat anak untuk membaca akan tumbuh.

Minat berarti ketertarikan. Jika tidak senang, maka tidak akan tertarik. Menumbuhkan minat baca anak sebenarnya mudah saja. Buat si anak menyadari kalau membaca itu menyenangkan, dan lama kelamaan minat baca anak akan tumbuh. Semoga ke depannya anak Indonesia lebih suka membaca buku.

, , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan