Arsip | Cerpen

Kadang suatu realitas tidak dapat disampaikan begitu saja, apa adanya. Kedewasaan seseorang berpengaruh dalam menyikapi realitas. Cerpen hadir sebagai bentuk cerita dewasa, bukan cerita kekanak-kanakan. Cerita adalah salah satu jalan terang dari kebuntuan dari hal-hal yang demikian. Mengutip kata-kata Seno Gumira Ajidarma: “Ketika jurnalisme bungkam, maka saatnya sastra bicara.”Apakah Anda merasa juga demikian? Rubrik ini disediakan untuk mewadahi karya fenomenal Anda.

persahabatan-bagai-kepompong

Tidak Selamanya Kepompong Mengubah Ulat Menjadi Kupu-Kupu

“Barangsiapa menaruh ingin, maka letakkan satu tangan berisi kebahagiaan sedang satu lagi berisi kekecewaan di sampingnya. Apabila keinginan itu tidak tercapai, setidaknya ada satu tangan menopang” Aku tertawa mendapati paragraf pembuka yang kau tulis tangan itu. Struktur kalimatnya mengingatkan aku pada sabda Nabi atau setidak-tidaknya susunan tubuh Pasal 362 KUHP yang berbunyi, “barangsiapa mengambil seluruhnya […]

Lanjut Baca
ilustrasi-celeng-cerpen

Celeng-celeng Warno

Setelah mendengar kabar tak sedap, Jawir tak jenak memejamkan kedua matanya, lebih-lebih sulit sekali untuk bisa makan dengan tenang. Jawir menduga-duga semua pasti gara-gara celeng Warno. Ya, hewan bermoncong itu pasti yang telah menyebabkan dusunnya yang semula tentram dan damai, sekarang jadi tercoreng. (lebih…)

Lanjut Baca

Bicara

“Gi, Pulang!” suara khas ayah yang sering terdengar, setiap kali terlihatnya aku sedang asyik bergumul dengan remaja yang tinggal di sekitar perumahan. Padahal hanya bertegur sapa–tak lebih. Lagi pula aku kenal sebagian remaja yang bergerombol di depan gang ini dan mereka orang baik.  “Agi!” gertak ayah yang masih menungguiku tak beranjak dari gerombolan. Tatapan tajamnya […]

Lanjut Baca

Seorang Pelacur dan Ibu Pengemis di Jalanan

Aku begitu takjub memandang peristiwa yang terjadi di depanku. Mataku terpana menyaksikan iblis beruban putih menampar pipi malaikat berwajah sendu. Bibirnya yang hitam legam menjulurkan lidahnya yang bercabang. Sementara malaikat yang aku anggap makhluk paling sabar ternyata roboh jua imannya. Matanya menyala. Tangan kirinya menuding-nuding mata iblis yang bulat nan juling itu. “Tidak bisakah mulutmu […]

Lanjut Baca

Pesan Terakhir Salira

Pagi ini kabut melingkupi pelataran rumah. Embun-embun juga masih tampak menggantung di dahan-dahan daun singkong.Terdengar ayam-ayam berkokok bersahutan satu sama lain, pun terdengar pula suara gemercik air dari parit samping rumah. Masih terlalu pagi, jam di sudut atas ponselku juga baru menunjukkan pukul 05.51. Aku membuka jendela kamarku untuk sekadar menghirup udara pagi. Kebiasaan ini […]

Lanjut Baca

Surat yang Tak Diharapkan

Terhitung sejak hari di mana saat terakhir kali menatap lesung pipi, alis tebal, juga gigi putihmu yang berderet rapi serupa dengan gigi kelinci itu, sudah lima tahun lebih terlewatkan. Namun aku masih ingat betul bagaimana saat kau menyilakan rambutku ke belakang telinga, menggenggam tangan ini menyusuri pasir putih di Pantai Selatan, pun saat kau meminta […]

Lanjut Baca

Takdir yang Berbicara

Mendung menyelimuti pagi yang sunyi. Di sepanjang tali yang memanjang membelah sungai, kedua kaki Agam melilit kuat perut Maimunah. Sementara Kedua jari tangannya saling berkaitan mengunci pundak. Ia memandang ke seberang, arus sungai begitu deras dan mengerikan. Meski begitu, mereka harus tetap menyeberang. Maimunah mengeratkan ikatan selendang menoleh ke arah Agam yang mulai gamang. Tali […]

Lanjut Baca

Ironi di Ujung Senja

Suara gemuruh dari jalan besi itu kembali mengganggu tidur nyenyak gadis mungil ini. Entah berapa kali Risa harus terbangun bahkan di tengah malam. Ia menghembuskan napas sesekali mencoba membuka mata yang terasa begitu berat. Jam beker di atas meja menunjukkan pukul tujuh pagi. Hari ini tepat dua bulan ia mulai pindah dari kampung ke kota […]

Lanjut Baca