siaran-radio-full-day-school

Full Day School dalam Tanya

Apakah kebijakan full day school (fds) yang diajukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dapat memajukan bangsa kita? Seperti kebijakan baru pada umumnya, tentu terdapat pro dan kontra. Beberapa berargumen bahwa Indonesia belum mampu memberikan fasilitas yang memadai untuk menerapkan kebijakan ini, sebagian lagi mendukung dengan tulus tujuan mulia program ini.

“Nggak setuju sama sekali. Karena pendidikan di luar sekolah juga penting untuk perkembangan anak, mereka butuh space untuk mampu mengembangkan diri di lingkungan luar dan juga di rumahnya sendiri.” Salah satu siswi, Sonia Azalia dengan tegas, mengungkapkan pendapat kontranya mengenai kebijakan baru pemerintah. (cosmogirl.co.id)

Pengembangan diri yang dapat dilakukan diluar sekolah dapat berupa les privat baik dalam bentuk pelajaran maupun dalam bentuk seni dan lain-lain. Beberapa murid yang memutuskan menjadi pebisnis (bisa juga bertugas membantu pekerjaan orangtuanya) juga memerlukan space untuk mengurusi dan mengasah bakat bisnisnya.

“Wacana menteri pendidikan mengenai hal ini perlu dikaji ulang sih. Di zaman modern ini, banyak anak-anak yang menganggap sekolah sebagai penjara. Banyak faktor yang membuat mereka seakan terkekang salah satunya jam sekolah yang terlampau panjang. Lembaga pendidikan seharusnya mengerti dan tahu betul bahwa kualitaslah yang seharusnya diutamakan, bukan kuantitas. Tidak semata-mata dengan memperpanjang jam sekolah akan menghasilkan siswa yang diharapkan. Walaupun memang sudah ada beberapa sekolah yang menerapkan full day school, rasanya tidak adil jika ini harus diterapkan di semua sekolah. Semua perlu riset, sosialisasi dan penjajakan.” Ungkap Ria Thahir panjang lebar. (cosmogirl.co.id)

Cara belajar yang monoton, waktu bermain dan istirahat yang berkurang, tak lupa beratnya buku-buku yang harus dipanggul bisa jadi adalah beberapa penyebab sekolah terasa seperti penjara. Belum lagi tenaga guru yang akan terkuras lebih banyak. Bagi guru maupun murid sekolah akan menjadi beban. (Yudistira, 2016:78)

Beberapa siswa mungkin merasa amat terbebani dengan program full day school, namun bisa jadi justru yang salah adalah persepsi mereka mengenai sekolah. Seandainya orang-orang menganggap sekolah sebagai sesuatu hal yang menyenangkan, tentu siswa lebih mudah menjalani. Apabila persepsi murid-murid mengenai sekolah sulit diubah, tugas para gurulah membuat kegiatan belajar-mengajar menjadi menyenangkan dan berkualitas. Murid-murid sebaiknya dibina untuk bekerja keras dan memanfaatkan waktu dengan baik sejak dini. Dengan begitu, diharapkan ketika keluar dari sekolah mereka telah siap menghadapi kerasnya dunia luar.

Di berbagai negara maju kebijakan ini telah lama dilakukan, seperti di Jepang yang terkenal akan kedisiplinannya, para siswa memulai kegiatan dari jam 3 sore dan baru akan kembali pukul 7 malam. Lebih ekstrem lagi seperti di negeri tirai bambu yang memulai program full day school sebelum pukul 7 pagi dan baru akan berakhir tergantung jenjang pendidikan itu sendiri (untuk SMA bisa sampai pukul 22.00). (kaskus.co.id)

Cina sendiri sangat terkenal dengan bakat bisnisnya. Produk-produk yang beredar di Indonesia sendiri kebanyakan adalah buatan Cina, dari mulai teknologi canggih seperti handphone, hingga barang-barang sepele seperti peniti. Sedangkan Jepang identik dengan animenya (manga) yang telah mendunia. Selain itu teknologi di Jepang jelas lebih maju apabila dibandingkan dengan negara kita, terutama dalam bidang transportasi, seperti kereta shinkansen, mobil, dan motor. Karakter orang Jepang juga sangat bagus, dari segi kesopanan dan ketepatan waktu. Hal ini adalah bukti dari kesuksesan pendidikan karakter di Jepang.

Di Indonesia sendiri full day school bahkan night school telah banyak diterapkan dalam bentuk pesantren. Dengan program tersebut anak-anak akan dididik untuk menjadi mandiri, berdisiplin, memanajemen waktu, dan bersosialisasi dengan baik. Guru-guru akan mengawasi para santri 24 jam penuh. Pendidikan di pesantren tidak hanya dilakukan ketika sekolah berlangsung, setelah kegiatan di sekolah berakhir, berbagai pendidikan non-formal seperti pembentukan karakter, kegiatan spiritualisme, dan lain-lain.

Meskipun fasilitas menjadi salah satu kunci penting bagi keberhasilan program ini, keikhlasan juga ikut andil. Jika ditinjau dari daerah-daerah kecil yang tidak memiliki transportasi memadai, tentu akan sulit untuk menerapkan full day school, tidak terbayangkan betapa lelahnya para siswa sekolah hingga sore hari, pulang dengan alas kaki seadanya, sampai rumah masih harus membantu orangtuanya bekerja. Selain itu, jumlah guru secara otomatis perlu ditambah karena jam pelajaran yang juga bertambah.

Telah menjadi kebiasaan pemerintah membuat kebijakan yang merujuk pada Jakarta-sentris tanpa mempetimbangkan secara matang keadaan-keadaan di daerah pelosok. Kebijakan yang baik semestinya menyentuh seluruh unsur dalam negara, dengan begitu negara kita akan menjadi lebih baik.

Salah satu pertanyaan menggelitik muncul mengenai kebijakan ini, “Memang gurunya mau dibayar berapa?”. Padahal pendidikan mestinya bukan suatu hal yang bersifat transaksional dan duniawi.  Pendidikan bukan hanya sekadar guru dibayar dan murid membayar, melainkan bagaimana kita ikhlas untuk dididik, mendidik, menitipkan anak-anak kita.

Asalkan sekolah dapat memajemen waktu belajar, beristirahat, dan refreshing untuk para siswa dengan baik, program ini akan sukses besar. Full day school yang baik dapat mengurangi kriminalitas yang biasa dilakukan para siswa (tawuran, narkoba, merokok sembarangan) serta meminimalisir waktu yang terbuang sia-sia. Mengutip kata-kata Ria Thahir di atas, kualitas memang penting, namun alangkah baiknya jika dibarengi dengan kuantitas yang baik.

Seandainya program ini belum mampu diterapkan di daerah-daerah kecil di Indonesia, saya amat berharap program ini dapat dilangsungkan di kota-kota yang memiliki fasilitas layak. Karena tujuan utama program ini adalah agar anak-anak selalu dalam pengawasan orang dewasa dan bukan demi mengejar nilai akademik semata.

, , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan