gambar milik abcnews.go.com

I am Malala: Buku Malala yang Dibredel

Malala Yousafzai atau biasa dipanggil Malala adalah seorang gadis Pakistan kelahiran 12 Juli 1997. Namanya mencuat semenjak ia aktif di dunia blogger yang menyuarakan hak-hak pendidikan  perempuan di negaranya. Kenekatannya di dunia maya berimbas pada peristiwa penembakan oleh Taliban pada 9 Oktober 2012. Penembakan yang mengenai kepalanya itu tidak berhasil merenggut nyawanya dan kini Malala bermukim di Inggris.

Upayanya menyuarakan hak-hak pendidikan perempuan dan risiko-risiko yang telah dialaminya, menyentuh perhatian dunia hingga Uni Eropa memberinya penghargaan Sakharov Prize for Freedom of Thought.

i am malala

gambar milik abcnews.go.com

Semua hal-hal yang dialaminya kemudian dicatat dan dengan bantuan jurnalis Inggris, Christina Lamb, Malala membukukan memoarnya. Buku Malala meledak di pasaran Eropa dan Amerika. Ketenaran nama Malala nyaris menyamai ketenaran bintang-bintang Hollywood dan buku yang ditulis dan dikampanyekan ke berbagai belahan dunia, membuatnya masuk nominasi peraih hadiah nobel perdamaian. Adalah Organisasi Pelucutan Senjata Kimia yang sedang menjalankan tugasnya di Suriah, mengalahkan Malala sebagai peraih hadiah Nobel Perdamaian.

Jika buku ‘I am Malala’ tenar di Eropa dan Amerika, tidak demikian di negaranya sendiri, Pakistan. Adeeb Javedani, presiden Asosiasi Manajemen Sekolah Swasta Seluruh Pakistan melarang buku Malala beredar di 4000 perpustakaan sekolah-sekolah yang ada di bawah kendalinya. Sebagaimana disampaikan Adeeb Javedani kepada Associated Press, Malala bukan representasi Pakistan, melainkan representasi barat. Hal serupa disampaikan Presiden Federasi Sekolah Swasta Pakistan, Kashif Mirza, Malala adalah panutan bagi gadis-gadis Pakistan, namun bukunya itu membuatnya jadi bahan perdebatan. Kashif menambahkan, Malala telah menjadi kepanjangan tangan kekuatan barat.

“Buku itu tidak menunjukkan penghormatan terhadap Islam karena menyebut nama Nabi Muhammad tanpa menggunakan SAW singkatan – ‘shallallahu’alaihi wasallam’ -. seperti kebiasaan di banyak bagian dunia Muslim. Ini serupa dengan penulis Salman Rushdie, yang membuat marah banyak Muslim dengan bukunya ‘The Satanic Verses’, dan Ahmadiyah, anggota sekte minoritas yang telah dinyatakan non-Muslim di bawah hukum Pakistan. “

Seorang penulis lepas Pakistan melaporkan bahwa Pakistan termasuk negara yang paling berbahaya bagi jurnalis. Dalam tahun ini saja, setidaknya lima jurnalis telah dibunuh.

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan