buku-dunia-seleb-undercover

Kisah di Balik Dunia Seleb Kita

Dunia seleb memang selalu penuh sensasi. Seolah hampir setiap apa yang dilakukannya berhak untuk diketahui oleh pemirsa. Karena itulah, wartawan infotainment kerap memburu dan mencari berita tentang dunia seleb ini tak ada habisnya.

Sebagai dunia yang penuh warna-warni, penuh dengan teka-teki, Maman Suherman menyuguhkan sedikit dari yang masih terselubung dari dunia seleb itu di bukunya bertajuk Bokis, Kisah Gelap Dunia Seleb (2012). Buku yang ditulis Maman Suherman ini tak hanya menyuguhkan bagaimana sisi gelap dunia seleb, tetapi juga menghadirkan rona dan romantika seorang jurnalis.

Banyak kisah yang membuat kita prihatin dan miris. Bagaimana mungkin, ada seorang Ayah yang rela membuang uang berjuta-juta hanya untuk mengejar impiannya membahagiakan anaknya untuk menjadi seorang artis. Yang pada kenyataannya anaknya tak memiliki bakat atau suara yang bagus untuk menjadi penyanyi, dan tak memiliki modal untuk menjadi populer. Akhirnya sang Ayah pun menempuh berbagai cara agar anaknya menjadi artis. Tak hanya menyewa produser dengan membuat video lipsync. Sudah habis miliaran, bapak dan anaknya akhirnya kembali ke kampung halaman. “Uang saya sudah habis miliaran, hasilnya nggak ada”, keluh sang pengusaha. Jakarta terlalu kejam buatnya….(h.8).

Tak hanya sang bapak, ada pula ibu-ibu yang tiba-tiba mengejutkan Maman, saat ia menjadi redaktur di sebuah majalah infotainment terkenal di Jakarta. Ia tiba-tiba dikejutkan oleh ibu yang berpakaian seksi yang datang bersama anaknya yang tak kalah seksi pula. Ibu ini cuma singkat berkata pada Maman : “ Saya tinggal anak saya di sini. Terserah, anak saya mau diapain aja. Mau dibawa kemana aja, yang penting dia masuk di media bapak. Sore nanti saya jemput”.

Apa yang dialami oleh Maman itu adalah pengalaman dan sisi gelap dunia selebriti kita. Ada pula seleb yang sampai sekarang menjadi terkenal dan jadi artis.

Buku kecil ini tak hanya mengungkap sisi gelap selebriti, tetapi juga bagaimana pengalaman-pengalaman Maman menelisik dan menelusuri dunia seleb. Ia tak hanya dipermainkan narasumber, bahkan ditantang satu miliar saat menelusuri apakah wajah selebriti masih asli apa tidak. Pada akhirnya seleb tersebut mengakui kalau wajahnya sudah tak asli setelah bukti-bukti diungkapkan.

Ada pula kisah seorang desainer sekaligus artis ternama yang ingin diwawancarai dan masuk majalah tempat Maman bekerja. Ada juga kisah ustadz seleb yang mengundang wartawan-wartawan hanya untuk mengabarkan mau nikah dan milih baju pengantin.

Apa yang dipotret Maman sepertinya sampai sekarang tak banyak yang berubah. Apalagi dengan semakin membanjirnya media online. Banyak informasi yang menyesatkan dan hanya berisi sampah informasi.

Tak hanya gosip, di sana kita juga akan menjumpai foto seronok, dan cerita dunia selebriti tanah air. Boleh jadi apa yang ada di berita itu, memang sengaja dibuat oleh artis dengan membayar wartawan dan media online tersebut. Sebut saja misalnya dengan judul berita berikut “ Nikita Mirzani memakai baju seksi jelang magrib”. Tentu saja menyimak berita seperti ini, tak lain hanya sekadar sensasi, alias bokis.

Dan anehnya, berita semacam ini makin banyak dan semakin bervariasi, yang intinya mengangkat pamor seleb yang diberitakan agar semakin diperhatikan oleh masyarakat.

Maman pun mengakui, dunia seleb yang gelap itu tak hanya didukung oleh uang, dan kapital, tetapi juga wartawan bodong yang banyak berseliweran. Mereka rela membuat berita palsu, dengan dua atau tiga narasumber, dan disebar di tiga media yang berbeda padahal ia sedang duduk-duduk santai tanpa melakukan wawancara.

Maman mengisahkan dunia seleb yang abu-abu itu dengan menelusuri dan memasukinya dengan pelan-pelan dan menyuguhkannya pada kita. Diselingi canda di sana-sini, kisah Maman memang menggoda dan membuat bulu kuduk kita berdiri. Bayangkan saja ketika menyimak seorang suami artis tertentu ingin bercerai dan merekam video aborsi istrinya (seorang artis). Ia tega menyuruh istrinya seperti itu, agar ia bisa mulus menceraikannya.

Menyimak buku ini seperti menyimak catatan harian jurnalis handal. Kita menemukan “makna” dari apa yang dia tuturkan tentang dunia jurnalisme yang masih banyak kekurangan dan dunia artis yang gelap itu.

Kita pun diajak untuk menyimak bagaimana pengalaman pribadi penulis saat meliput kasus perceraian artis. Ketika narasumber tak mau membuka diri, ia pun memaksa mengunjungi rumah narasumber. Ketika hampir setengah jam berdiri di depan pagar, tiba-tiba hujan turun. Sambil memegang pagar, Maman kembali mengucapkan salam. Maman berharap diberi tempat untuk berteduh di teras rumahnya. Tiba-tiba ibu tua itu keluar rumah dan kembali membentak. Ia pun nyerocos seperti tak bisa dihentikan.

 “ Eh, kamu jangan pegang pagar anak saya! Tangan kamu berkeringat campur hujan! Kamu tahu, itu pagar dari stainles steel? Kalau berkarat kena keringatmu, apa kamu bisa ganti? Berapa gaji kamu sebulan? Pasti tidak cukup! Ayo, lepas tanganmu dari pagar anakku! Atau saya lapor polisi!”. Maman pun merasa dadanya terbakar. “Profesi mulia” sebagai jurnalis yang selama ini saya agung-agungkan bak dihempas ke tanah yang ada kotoran kerbaunya, lalu diinjak-injak anjing buduk secara semena-mena. Ingin rasanya menghardik balik, tapi tak sepatah katapun keluar. Balik badan, saya tinggalkan rumah itu. Sepanjang jalan, ada air yang terasa panas meleleh di pipi, bercampur air hujan. Entah mengapa, saya menangis dan merasa sangat terhina. Ya, Allah, segitu  susahnyakah menjadi jurnalis?. Kejadian itu membekas hingga puluhan tahun.

Pengalaman Maman yang tabah ini menjadi cermin bagi kita, bahwa di negeri ini, profesi jurnalis belum sepenuhnya dihargai. Barangkali karena itulah, banyak wartawan yang rela mengorbankan idealismenya demi uang dan mempertahankan hidup di Jakarta.

Buku ini memang hanya berisikan cerita dan pengalaman, meski dengan ukuran tipis, tak tebal, buku ini mampu menyuguhkan cermin buram dunia seleb kita dan dunia infotainment  yang ada di sekitarnya.

 *) tuan rumah Pondok Filsafat Solo, Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan