buku-shandy-aulia

Kisah Hidup Shandy Aulia

Buku In Complete, My Life, My world, My Story (2014) kubeli di bazar Jogja. Dulu, aku sering pilih-pilih buku, biasanya buku yang tak ilmiah, atau buku dari penulis besar, tak aku beli. Selain selera, ternyata membeli buku juga berkaitan dengan kantong kita. Tak bisa rasanya berhutang di toko buku, meski kita sangat ingin buku yang kita incar. Beruntung sepertinya aku mendapati buku ini. Aku tertarik membacanya bukan hanya karena cover buku ini yang memikat, tetapi juga pertimbangan penerbit. Penerbitnya pun Gramedia, hingga aku merasa tertantang memilikinya.

Aku mendapati buku ini bermula dari pengumuman di facebook teman, yang memberi kabar kalau ada obral serba lima ribu rupiah buku terbitan Gramedia di Sleman selama sebulan yakni bulan september 2016. Dan waktu itu, aku memang tak memiliki banyak uang. Tanggal 7 september anakku lahir. Semenjak itu pula aku mesti memacu sepeda motorku dari klaten sampai solo.

Aku pun meminta izin istriku untuk membeli buku di obral buku di Jogja. Aku senang, karena akhirnya istriku memberikanku uang untuk belanja buku. Salah satu buku yang kubeli adalah buku In Complete, My Life, My world, My Story (2014). Senang rasanya pulang membawa buku seplastik besar. Diantara aku, masih banyak ratusan yang berbondong-bondong pula ke bazar buku di Sleman, antri dari jam sembilan pagi sampai jam satu.

Buku ini pun kutuntaskan membacanya sembari melakoni aktifitasku sebagai bapak, sebagai guru di Madrasah. Membaca ini aku jadi ingat buku Maman Suherman Bokis!. Semula aku pikir, kehidupan artis hampir sama dengan kehidupan yang digambarkan oleh Maman, ternyata tidak untuk Shandy Aulia.

Shandy Aulia lain, ia menjadi artis lebih karena ketidaksengajaan. Bermula dari jalan-jalan ke mall bersama ibunya, dan tiba-tiba ada yang tertarik menyeretnya untuk casting menjadi bintang iklan rexona. Dan benar saja, karirnya beranjak setelah jadi miss  burket itu. Kehidupannya bersama ibunya ia jalani dengan penuh ketabahan setelah cerai dari Ayahnya.

Setelah itu, ia pun mendapati kepercayaan untuk menjadi bintang film Eiffel I’m in love (2003). Pengalamannya menjadi artis dengan berbagai kesibukan membuatnya senang sekaligus merasa kosong. Di saat-saat ia kehilangan kasih sayang dari Ayahnya, membuatnya ingin menjalin kasih sayang bersama orang yang lebih tua darinya. Ia pun seperti mendorong diri sendiri untuk mengatasi apa yang ia rasakan : “lahir dan besarkan dalam keluarga tak sempurna tidak menjadikanku putus asa untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik ketika dewasa nanti. Setiap orang punya kesempatan!”.

Shandy Aulia mengawali karir di usia yang cukup muda, di usia SMA ia sudah menjadi artis. Dan banyak suka-duka yang diawalinya, ia juga membagi cerita mengenai dunia artis. Ternyata dunia artis tak selalu mudah. Ia menceritakan bahwa artis yang main sinetron shooting stripping, seperti tak pernah kenal kata lelah. “jadi kapan ada waktu untuk belajar?, napas aja susah”.

Simaklah pengakuannya lebih lanjut saat ia menjadi artis sinetron : aku sudah terikat kontrak sinetron Inayah. Ya, sinetron stripping yang pada tahun 2009 merajai tangga rating. Setiap hari aku menghabiskan waktu di lokasi shooting, karena waktuku seratus persen untuk shooting. Sinetron itu tayang setiap hari. Semua pemain dan kru harus selalu ada di lokasi shooting. Kami shooting dari pagi hingga pagi lagi, seperti kerja rodi. Begitulah industri sinetron bekerja. Tidak ada kara istirahat”.

Ia pun pernah mengalami apa yang dialami seseorang ketika mendadak sukses. Dan itu pula yang dialami oleh Shandy Aulia. Di saat uang yang ada padanya dikelola langsung olehnya, ia pun tak bisa membendung hasrat dan nafsu berbelanja. Rumah, apartemen, dan mobil, kini semua ia miliki. Tapi beruntung ia pun lekas menyadari, sehingga ia segera sadar.

Yang menarik di buku ini, adalah ketika Shandy mengajak pembaca ikut merasakan apa yang ia alami, baik ketika ia mengalami masa-masa di bully teman-temannya, kesuksesannya, hingga saat-saat ia dalam titik nol, kekosongan. Inilah doa yang ia tuliskan dan ia bagi bersama kita. Tuhan tidak hanya memberikan kemiskinan sebagai ujian. Tidak hanya sakit. Tidak dengan sesuatu yang rasanya pedih, perih, pahit, dan tanpa nikmat. Tuhan bisa memberikan ujian dengan memberi kita kenikmatan dunia. Uang. Harta. Pekerjaan. Popularitas. Kekuasaan. Wanita. Pria. Apa saja. Dan semua yang seharusnya menjadi berkat selalu bisa berputar menjadi negatif jika kita tak pandai-pandai mencermatinya. Manusia terpesona pada gemerlap dunia. Kebutuhan hidup telah terckupi, tapi tak pernah puas mencari. Nafsu untuk memiliki apa yang belum dimiliki, nafsu untuk berkuasa, nafsu untuk selalu berada di atas membuat manusia lupa pada Sang Pencipta yang bermurah hati memberi nafas kehidupan. Kewajiban manusia mengingat Sang Pencipta, menyebutnya, meluangkan sedikit saja waktu, berterimakasih pada-Nya,da nemmanjatkan syukur pada-Nya, terlupakan begitu saja, tertutupi nafsu memuaskan diri pada duniawi.

Renungan itulah yang membuat Shandy Aulia akhirnya menemukan cahaya. Pernah ia sampai putus tak jadi menikah karena iman yang ada padanya lebih ia kuatkan. Ia tahu, resiko yang mesti dihadapi, yakni keluarga calonnya, kepopulerannya, dan sebagainya. Tapi ia merasa Tuhan lebih dekat dan lebih kuasa atas dirinya. Saat itulah ia kemudian menemukan jodohnya.

Ia pun kemudian merasa ada yang lebih berarti, berharga daripada menjadi seorang artis. Ada titik balik dalam hidupnya, saat menemukan suami yang taat, suami yang mampu menuntunnya kepada Tuhan. Melalui buku ini, Shandy ingin membagi kepada kita, bahwa ditengah gemerlap dunia, masih ada Tuhan.

Kita seperti disuguhi gambaran lain tentang dunia artis melalui buku In Complete, My Life, My world, My Story (2014) ini. Sepertinya jarang seorang artis yang menemukan jalan kembali seperti Shandy, bahwa ada yang lebih berharga dari kehidupan yang selama ini ia jalani. Yang penuh dengan gemerlap keindahan dan kenikmatan. Ia justru ingin memilih hidup tenang, damai, dan bahagia bersama suaminya, yang membawanya kepada Tuhan. Boleh jadi inilah buku kisah hidup artis yang kental dengan religiositas yang tak hanya mengenalkan dunia artis yang serba kecukupan, tetapi juga mengisahkan bagaimana perjalanan spiritualnya menemukan kembali makna Iman, makna Tuhan.

*) tuan rumah Pondok Filsafat Solo, Kontributor di bukuonlinestore.com

, , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan