Menciptakan Karakter 1

Apa itu Karakter

Jika orang berbicara tentang buku Bumi Manusia, maka yang pertama saya ingat adalah Minke bukan isi ceritanya. Demikian pula saat ada yang membicarakan buku Orphan Pamuk, yang terlintas pertama dalam kepala saya adalah Ka dan kekasihnya Ypek. Bila orang berbicara tentang harry Potter, apa yang saya ingat? Banyak. Mulai dari Hermione hingga Voldemort. Lalu tokoh siapa yang paling dikenang dalam serial epik The Lord Of The Rings? Bagi saya adalah Gandalf, lelaki tua keriput dengan suara bijak.

Bagi saya, adalah lebih mudah mengingat sosok dalam suatu cerita ketimbang alur cerita bahkan judul bukunya. Saya lebih mudah mengingat apa yang pernah dilakukan kekasih saya ketimbang hal-hal yang dikatakannya. Tidak tahu bagaimana dengan kalian, namun, karakteristik suatu hal mendekam lebih lama dalam kepala saya ketimbang hal-hal lainnya.

Saya tidak sekedar mengingat nama tokoh-tokoh semacam ini tentu saja, karena, nama hanyalah sebuah nama jika tidak ada sesuatu yang memahatnya. Harus ada ruh yang membuat nama suatu tokoh begitu berkesan. Barangkali,sosok Voldemort akan menjadi biasa-biasa saja jika tidak ada ‘sesuatu’ yang membuat kehadirannya begitu mendebarkan, pekat dan menakutkan.

Karakter Nyata.

Menciptakan sebuah karakter barangkali sama halnya ketika Tuhan menciptakan seorang manusia, lengkap dengan rambut, mata, gigi, cara dia tertawa, menghujat dan menyuapkan senduk ke dalam mulut. Ketika dia hadir di tengah dunia, maka dia bakal diakui kehadirannya karena ada hal yang berbeda di sana, misalnya kau akan diingat memiliki rambut kering dan bertangan kidal.

Penulis adalah seorang pencipta. Seperti Tuhan, dia menciptakan sosok dalam sebuah karya, memberinya napas pertama, lalu mendorongnya ke tengah dunia. Di sanalah, karakter bersangkutan akan berinteraksi, merasa sakit, senang, tertawa, makan, berak, bercinta dan bahkan mencuri. Setiap orang ingin eksis, kecuali beberapa orang saja yang memutuskan untuk menyepi. Kehadiran adalah untuk diingat, baik manusia maupun tokoh fiksi, saya kira. Mari kita lihat; Tuhan adalah pencipta yang luar biasa, sehingga tiap manusia yang diturunkan di dunia, bahkan bayi yang baru lahir dan langsung mati, akan diingat oleh orang lain. Ada sesuatu yang bekerja di sini. Maka, seperti halnya Tuhan, penulis seharusnya melakukan hal yang sama terhadap setiap individu ciptaannya.

Dan untuk diingat; tidak pernah ada karakter yang begitu sempurna dalam fiksi. Dan bukankah, Tuhan juga menciptakan manusia penuh dengan kekurangan?

sumber ilustrasi : google

, , , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan