buku-bung-hatta

Mengenal Tulisan Filsafat Bung Hatta

Kata Plato dalam bukunya yang berjudul The Republic, pemerintahan terbaik dikepalai oleh “raja-filsuf”. Apa artinya? Kira-kira secara sederhana dapat dimaknai: seorang pemimpin, semestinya juga merupakan seorang pemikir. Meski hampir semua pemimpin negara kita pernah menulis buku, namun perhatian khusus patut kita berikan pada wakil presiden Indonesia yang pertama, Mohammad Hatta. Bung Hatta -demikian ia akrab dipanggil- merupakan penulis yang produktif. Beberapa buku yang dihasilkannya antara lain Demokrasi Kita, Krisis Ekonomi dan KapitalismeSekitar Proklamasi, dan Alam Pikiran Yunani. 

Judul terakhir menarik untuk diulas. Pertama, buku tersebut mencerminkan kemampuan Bung Hatta sebagai akademisi dalam merangkum pemikiran-pemikiran lain. Ia sangat bertanggungjawab dengan mencantumkan referensi tersebut langsung di bagian pengantar. Kedua, motif penulisan buku ini dapat dikatakan sangat mulia. Semasa Bung Hatta diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1934 ke Boven Digul, Papua, ia membuat kursus filsafat untuk para tahanan. Agar pengajaran filsafat lebih mudah, maka disusunlah buku Alam Pikiran Yunani. Begini pengakuan Bung Hatta yang ditulisnya di bagian pengantar, “Dalam pergaulan hidup, yang begitu menindas akan rohani, sebagai di tanah pembuangan Digul, keamanan perasaan itu perlu ada. Siapa yang hidup dalam dunia pikiran, dapat melepaskan dirinya daripada gangguan hidup sehari-hari. Dengan timbangan seperti itu kami menyusun pelajaran filosofi ini.”

buku-bung-hatta

Judul Buku: Alam Pikiran Yunani
Penulis: Mohammad Hatta
Penerbit: UI – Press bekerjasama dengan Tintamas
Tahun Terbit: 2006
Halaman: 180 halaman
ISBN: 979-8034-58-9

Buku Alam Pikiran Yunani membahas pemikiran orang-orang Yunani dari masa sebelum Sokrates (disebut juga para filsuf alam), di masa sekitar Sokrates (termasuk di dalamnya pemikir besar lain seperti Plato dan Aristoteles), dan masa pasca Aristoteles yang salah satunya ditandai dengan bercampurnya kebudayaan Yunani dan Romawi. Pemikiran Yunani adalah pemikiran yang dapat dikatakan sudah cukup lengkap -seorang pemikir abad ke-20, Alfred North Whitehead mengatakan bahwa sejarah filsafat Barat hanyalah catatan kaki dari pemikiran Plato-. Di masa Yunani, sudah ada orang yang berpikir mulai dari tentang asal muasal semesta, asal muasal manusia, hakikat ketuhanan, hingga yang paling konkrit seperti etika dalam pemerintahan, dan klasifikasi ilmu-ilmu hayati.

Meski ini adalah buku filsafat yang disarikan dari berbagai sumber, namun terlihat sekali Bung Hatta memahami apa yang dirangkumnya. Hal tersebut terbaca dari bagaimana Bung Hatta menyampaikan dalam bahasa yang sangat mudah dipahami -bandingkan dengan buku tentang filsafat Yunani yang serupa, misalnya karya Kees Bertens yang berjudul Sejarah Filsafat Yunani atau karya Bertrand Russell yang berjudul Sejarah Filsafat Barat-. Di buku ini juga ada pembahasan-pembahasan yang cukup jarang muncul di buku tentang filsafat Yunani pada umumnya, misalnya tentang pemikiran Sekolah Skeptis Pyrrhon, Sekolah Skeptis Akademia dan aliran Neo-Pythagoras.

Sebagai penutup, Bung Hatta menulis bahwa berakhirnya ajaran Plotinos adalah sebuah tanda berakhirnya alam pikiran Yunani. Kaisar Romawi, Justinianus, memerintahkan untuk menutup semua sekolah mistik dan filosofi Yunani yang ada di wilayah kekuasaan Romawi yang membuat para pengajarnya terpaksa lari hingga ke Persia dan Kaldea. Dengan kalimat yang terasa seperti sebuah kesedihan -terutama jika kita membayangkan bagaimana suasana di pengasingan Boven Digul-, Bung Hatta berkata di bagian pamungkas, “Berakhirlah suatu kerajaan pikiran yang seribu tahun lebih usianya.”

Meski tidak terlalu dapat dikatakan lengkap dan komprehensif, namun buku ini patut dibaca untuk mereka yang tidak hanya punya minat untuk melengkapi pengetahuannya tentang filsafat Yunani, melainkan juga bagi mereka yang ingin lebih mengetahui secara lebih mendalam kontribusi Bapak Bangsa kita untuk dunia pemikiran.

, ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan