mindfulness-cara-mengendalikan-pikiran

Mindfulness: Cara Mengendalikan Pikiran dan Tubuh

Seringkali dalam keseharian kita, kita tak bisa mengendalikan tubuh kita untuk melakukan satu aktifitas dengan tenang. Kita bisa sebut misalnya dalam keseharian, hampir-hampir tidak kita temukan orang yang makan dengan tenang. Mereka biasanya makan sembari mengobrol dan bercakap-cakap. Begitu pula ketika kita melihat orang-orang di jalan raya, ada yang mendengarkan musik, ada yang sembari melihat-lihat media sosial meski ketika mereka harus fokus menyetir mobil atau naik kendaraan. Meski ada himbauan bagaimana cara berkendara yang aman, namun sering kali hal ini bertolak belakang dengan realitas masyarakat kita. Apakah benar kehidupan kita sudah tak bisa tenang, kita seperti dikejar oleh sesuatu yang sebenarnya tidak wajar untuk kita takutkan.

Berbagai arus informasi dan teknologi membuat kita semakin merasakan kecepatan nyaris dalam segala hal. Hampir-hampir kita tak pernah melakukan aktifitas yang membuat kita berhenti untuk tidak melakukan aktifitas-aktifitas yang rutin. Apalagi di kota-kota besar dan kota industri seperti Jakarta, kehidupan seolah tak ada hentinya, siapa berhenti maka ia akan dilindas gerak jaman. Pada saat, kita seperti merindukan kehidupan yang tenang, damai dan bisa mengendalikan tubuh dan pikiran kita dengan sangat baik.

Keadaan ketika kita tidak bisa mengatur dan mengendalikan pikiran dan tubuh kita secara baik, bisa mengakibatkan kita tak fokus, atau malah berantakan. Di tengah semua ketidaknyamana itu, boleh jadi kita perlu sedikit menengok Buku Adjie Silarus bertajuk Hadir Utuh, Sadar Penuh (2015). Buku ini menghadirkan berbagai cara agar kita sebagai manusia menjalani aktifitas dan rutinitas dengan cara yang wajar. Menurut penulis, kehidupan kita sekarang ini menjadikan kita tak lagi dapat melakukan aktifitas secara sadar penuh. “Segala yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk makan, dapat menjadi kesempatan yang indah untuk kita gunakan berlatih menjaga kesadaran“ (h.7). Pasalnya, selama ini kita tak bisa melakukan sesuatu aktifitas dengan santai, tenang, tanpa harus diganggu dan dikejar oleh aktifitas berikutnya. Menurut penulis, fokus dan perhatian sangat penting dalam melatih kita untuk dapat santai dan tenang dalam melakukan sesuatu.

Metode Mindfulness

Rutinitas, kesibukan kerja dan padatnya kegiatan kita terkadang membuat kita tak fokus dan tak bisa menyatukan pikiran dan tubuh kita. Tubuh kita berada di sini, tetapi pikiran kita bekerja keras dan memikirkan aktifitas lainnya. Dari sebab itu kita memerlukan rehat dan jeda agar kita bisa sejenak tenang dan menenangkan diri dari rutinitas dan kesibukan kita. Untuk melakukan itu, tidak mudah memang, tetapi latihan untuk mengendalikan pikiran dan tubuh ini perlu dan penting. Sebab kalau kita tak bisa fokus dan hadir utuh, seringkali kegiatan kita justru berantakan.

Adjie Silarus dalam buku ini menyarankan metode mindfulness, yakni sebuah latihan yang membuat kita sadar akan keadaan kita, sadar akan suasana, sadar sedang berada disini, saat ini, sekarang. Jadi, pikiran tidak melayang kemana-mana, atau bahkan dalam keadaan kosong (h.21). Melalui mindfulness kita bisa melihat realitas sebagaimana adanya dengan cara mengenali mind kita sendiri, cara emosi kita muncul dan kemudian hilang, juga mengatur cara sisi rasional  bisa ditempatkan. Mindfulness juga mengajak kita melihat realitas sebagai fakta yang murni dengan cara mengenali sifat-sifat dasarnya yaitu menyadari bahwa realitas pasti akan habis, lenyap atau rusak (h. 29).

Metode mindfulness ini bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti konsentrasi dan fokus terhadap apa yang kita lakukan saat ini atau hidup untuk saat ini. Selain itu, kita bisa melakukan meditasi sebagai cara untuk menenangkan dan mengendalikan pikiran dan tubuh kita. Kita bisa untuk sejenak istirahat dan tenang tanpa harus menggunakan teknologi.

Buku Adjie Silarus (2015) bisa dijadikan sebagai rujukan agar kita bisa hidup dengan tenang dalam menjalani kehidupan ini. Tidak ikut arus rutinitas maupun terjerat dalam belenggu teknologi, dan tentu saja buku ini menyarankan agar kita tak berhenti bersyukur sebagai sebuah cara menggugah kesadaran kita, bahwa kita adalah makhluk kecil yang tak bisa berbuat banyak tanpa kasih sayang dari-Nya.

 *) Penulis adalah Pegiat Tadarus BUKU BILIK LITERASI SOLO

, ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan