mendidik-anak-dengan-nasihat

Nasihat

Nasihat mengingatkan kita pada kisah Adam. Manusia pertama kali ini pernah merasakan kebimbangan. Ia ragu, antara mereguk nikmatnya buah kuldi yang dilarang itu, atau memilih untuk menuruti perintah Tuhan untuk menjauhinya. Disanalah kita mengenali telinga kanan dan kiri, ada bisikan baik, ada bisikan buruk. Barangkali bisikan baik itulah yang kita kenal dengan nasihat. Adam mendapati nasihat dari malaikat. Apa yang dialami oleh Adam, pun dialami oleh anaknya.

Qobil dan Habil pun diberi nasihat. Alkisah mereka pergi ke hutan. Mereka dinasihati untuk tidak saling menyakiti, rukun. Tapi apa boleh buat, nasihat bapaknya ini tak didengar oleh qobil. Qobil pun harus menuruti hawa nafsunya. Ia menghabisi nyawa adiknya Habil di hutan. Manusia, meski nabi sekalipun ia masih memerlukan nasihat. Kita dapati pula nasihat Tuhan melalui Jibril saat Nabi Muhammad melakukan suatu hal yang salah.

Nasihat diperlukan bukan hanya karena kita memiliki telinga sebagai alat untuk mendengar. Tapi nasihat membuat kita menjadi sadar, bahwa manusia bagaikan gelas. Ia akan haus oleh hadirnya kesegaran.

Jim penulis buku A Gift to My Children (2012) adalah catatan nasihat yang ditulis oleh seorang Ayah untuk anaknya. Dulu, Jim Rogers, penulis ini dihujani nasihat oleh ayahnya. Ayahnya memberi petuah kecil, kata-kata penting sebagai bekal hidup. Kata-kata yang ditanam oleh ayahnya ibarat bibit. Ia tumbuh dalam hidup Jim Rogers. Sampai akhirnya ia menjadi ayah, ia ingin memberikan bibit pula untuk anaknya. Melalui buku yang ia tulis, ia berharap anaknya dapat menghadapi dunia yang tantangannya lebih berat dari yang ia hadapi.

Apa yang ditulis oleh Jim membuka pikiran kita tentang bagaimana petuah atau cara orangtua mendidik memberi pengaruh pada bagaimana kita nanti menjadi orangtua. Kita bakal mendapati hal-hal penting yang pada mulanya diceritakan untuk anaknya, tapi menjadi penting untuk kita cermati bersama. Apa yang ditulis Jim pada akhirnya menjadi sesuatu yang universal.

Sebut saja ketika Jim memberikan saran dedikasikan dirimu pada apa yang kamu minati. Banyak orang gagal bukan karena ia tak pandai, tapi karena ia tak melakukan apa yang mereka sukai. Cara tercepat untuk sukses adalah dengan melakukan apa yang kamu suka dan memberikan yang terbaik (h.13). Melakukan apa yang kita sukai adalah tak ternilai harganya. Ia tidak hanya membuat kita puas secara batin, tapi juga tak membuat kita merasa capek secara fisik. Orang tak bisa membeli kenikmatan dari apa yang kita lakukan secara senang dan tanpa beban.

Di era informasi yang berjubel seperti sekarang, tiap orang perlu memahami banyaknya informasi itu. Jim memberikan saran penting untuk anaknya. Ia menuliskan “Kamu harus membaca surat kabar setiap hari, tapi bersikaplah kritis terhadap semua media.” Apa yang dinasihatkan Jim seperti pas pada kondisi remaja kita sekarang. Kita memasuki era internet yang penuh dengan informasi. Saat Jim menyarankan surat kabar, kini, anak muda kita semakin meninggalkan surat kabar.

Informasi kini lebih bertebaran di sosial media yang masih belum jelas kebenarannya. Dalam hitungan detik, kabar burung sekalipun bisa dipercaya dan disebarluaskan oleh ribuan bahkan jutaan orang. Saat kabar yang belum jelas kemudian diimani, saat itulah kebenaran informasi bisa sedemikian cepat berubah jadi kebohongan. Jim memahami bila hal ini terjadi pada anaknya, ia tak ingin anaknya menjadi seorang pengabar kebohongan. Karena itulah, ia percaya pada media. Ia masih mempercayai media sebagai medium penjaga kebenaran.

Aspek lain yang menjadi perhatian Jim adalah aspek pendidikan dan aspek sejarah. Ia memberikan nasihat untuk anaknya soal sejarah. “Belajarlah sejarah dengan sangat cermat. Pelajari persis apa yang terjadi dan apa yang tidak. Ini akan membantumu memahami apa yang akan terjadi di dunia.” (h.52).

Pesan yang menarik untuk kita gali adalah soal himbauan dalam mempelajari bahasa dan pendidikan. Jim percaya kebangkitan Cina memberikan tuntutan kepada dunia, bahwa mempelajari bahasa Cina menjadi satu aspek penting dalam pendidikan. Tak hanya bahasa, Jim memberikan gambaran bahwa di masa mendatang, kita juga perlu memahami mengenai pendidikan yang ada di Cina, serta manusia dan peradabannya.

mendidik-anak-dengan-nasihat

Judul Buku: A Gift to My Children
Penulis: Jim Rogers
Tahun: 2012
Halaman: 92 Halaman
Penerbit: Esensi Erlangga
ISBN: 308-370-041-0

Meski melanglang memberi nasihat perkara-perkara besar. Jim tak melupakan aspek penting dalam menggapai kesuksesan adalah menaklukkan diri. Ia memberi nasihat tentang pentingnya mengenali setiap bagian dari diri. “Tentu saja kamu perlu tahu tentang dunia, kamu perlu tahu sejarah, namun yang lebih penting kamu perlu mengenal diri sendiri.”(h.60).

Jim tak ingin menjadi orang yang gagal. Ia pernah berhasil sebagai seorang investor, ia membagi apa yang ia alami untuk dijadikan inspirasi bagi anaknya. Buku A Gift to My Children dituturkan dengan bahasa yang lentur. Cerita-cerita dan pitutur yang dihadirkan di buku ini, memberikan banyak hal bajik dan bijak untuk anaknya dan kita semua.

Dunia telah berubah begitu cepat, terlampau cepat bahkan. Untuk menggapai dunia yang penuh dengan kecepatan itu, perubahan di setiap aspek menjadi penting untuk kita pelajari. Sebagaimana yang ditulis Jim pula di buku ini. “Mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan akan tersingkir.” (h.71).

Buku ini ditulis sebagai salah satu jalan untuk menghadapi perubahan yang cepat dan tak menentu di kehidupan mendatang. Ada nilai-nilai penting bersifat edukatif-pedagogis yang coba dituturkan oleh seorang ayah kepada anaknya, kepada kita semua.

, , ,

2 tanggapan ke Nasihat

  1. Bekti Anis 11 November 2018 pada 14:07 #

    subhaanallah, sangatlah mengagumkan dan memotivasi Pak Arif Saifudin Yudistira

    • arif yudistira 28 November 2018 pada 15:24 #

      Terimakasih semoga bermanfaat

Tinggalkan Balasan