Honor tulisan Rp 20.000,- per tulisan sebagai honor awal. Selain honor awal, tambahan honor akan diberikan jika:
  • Jenis artikel Anda berupa, resensi buku, reviu buku atau tinjauan buku akan ada tambahan honor sebesar Rp 25.000 untuk tiap artikel terbit.
  • Tulisan dibaca 1000 pengguna unik atau kelipatannya dalam waktu 1 bulan pertama sejak artikel terbit. Tambahan honor 200% dari honor awal untuk setiap 1000 pembaca unik. Contoh, jika artikel resensi Anda terbit dan dalam waktu sebulan sejak diterbitkan telah dibaca 2000 pengguna unik, maka total honor yang akan Anda terima sebesar Rp 20.000+25.000+40.000+40.000= Rp 125.000.
  • Tulisan terpilih sebagai headline berdasarkan pertimbangan redaksi, diberikan tambahan honor 100% dari honor awal.
Penulis tidak diberikan honor untuk tulisan yang dijual (artikel premium) dan produk yang dijual.

Artikel Terbaru

Seorang Pelacur dan Ibu Pengemis di Jalanan

Aku begitu takjub memandang peristiwa yang terjadi di depanku. Mataku terpana menyaksikan iblis beruban putih menampar pipi malaikat berwajah sendu. Bibirnya yang hitam legam menjulurkan lidahnya yang bercabang. Sementara malaikat yang aku anggap makhluk paling sabar ternyata roboh jua imannya. Matanya menyala. Tangan kirinya menuding-nuding mata iblis yang bulat nan juling itu. “Tidak bisakah mulutmu […]

Lanjut Baca

Pesan Terakhir Salira

Pagi ini kabut melingkupi pelataran rumah. Embun-embun juga masih tampak menggantung di dahan-dahan daun singkong.Terdengar ayam-ayam berkokok bersahutan satu sama lain, pun terdengar pula suara gemercik air dari parit samping rumah. Masih terlalu pagi, jam di sudut atas ponselku juga baru menunjukkan pukul 05.51. Aku membuka jendela kamarku untuk sekadar menghirup udara pagi. Kebiasaan ini […]

Lanjut Baca

Surat yang Tak Diharapkan

Terhitung sejak hari di mana saat terakhir kali menatap lesung pipi, alis tebal, juga gigi putihmu yang berderet rapi serupa dengan gigi kelinci itu, sudah lima tahun lebih terlewatkan. Namun aku masih ingat betul bagaimana saat kau menyilakan rambutku ke belakang telinga, menggenggam tangan ini menyusuri pasir putih di Pantai Selatan, pun saat kau meminta […]

Lanjut Baca

Takdir yang Berbicara

Mendung menyelimuti pagi yang sunyi. Di sepanjang tali yang memanjang membelah sungai, kedua kaki Agam melilit kuat perut Maimunah. Sementara Kedua jari tangannya saling berkaitan mengunci pundak. Ia memandang ke seberang, arus sungai begitu deras dan mengerikan. Meski begitu, mereka harus tetap menyeberang. Maimunah mengeratkan ikatan selendang menoleh ke arah Agam yang mulai gamang. Tali […]

Lanjut Baca

Ironi di Ujung Senja

Suara gemuruh dari jalan besi itu kembali mengganggu tidur nyenyak gadis mungil ini. Entah berapa kali Risa harus terbangun bahkan di tengah malam. Ia menghembuskan napas sesekali mencoba membuka mata yang terasa begitu berat. Jam beker di atas meja menunjukkan pukul tujuh pagi. Hari ini tepat dua bulan ia mulai pindah dari kampung ke kota […]

Lanjut Baca
images (1)

Pesan Yang Tertunda

Asmara Erna dan Romi kandas hanya karena ‘menunda pesan’ yang mereka anggap kurang penting. Mereka tidak menduga hal itu bisa menjadi masalah serius ketika dibiarkan begitu saja. Tentunya , tidak ada alasan yang tepat untuk pembenaran diri. Celah pembenaran tertutup rapat karena mereka sama-sama melakukan kesalahan yang mirip. Romi suka melakukan penundaan, dan Erna pun […]

Lanjut Baca

Hujan Tak Pernah Salah

Matanya hampir tak berkedip, terlihat genangan di dalam bola mata itu. Genangan itu tak sebesar arus di depannya, tapi cukup mengoyak hati. Nafas Marsudi terlihat berat, dia menarik dadanya ke atas mencoba menahan  air mata agar tidak tumpah. Malu rasanya apabila harus menangis, apalagi dia seorang laki-laki. Tapi laki-laki juga manusia, dia punya segala rasa: […]

Lanjut Baca
Tersingkir dan Terbuang

Tersingkir dan Terbuang

Nasibku sudah seperti lumut saja. Aku menempel di bahu jalan, pondasi tiang listrik, dinding pasar dan terkadang di teras ruko. Namun pantatku hanya bisa duduk sejenak. Saat fajar menyingsing, aku dan pedagang tanpa sepetak tanah lainnya diusir dari tempat-tempat itu. Kami dianggap merusak ladang rezeki pedagang resmi. Mereka memperlakukan kami hampir seperti hama. Nyatanya, kami […]

Lanjut Baca