PENA DALAM TAS SEKOLAH BAPAK

Seharusnya ia tidak menyembunyikan pena dalam tas sekolah bapaknya, tetapi ia rindu mengecap setiap peluru yang dibahasakan bapak di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

“Saya akan menenggelamkannya dalam tas bapak, biar ia tahu kalau setiap berseragam sekolah, saya selalu mengenangnya di setiap akhir pelajaran sekolah saya”.

Ia yakin, pena selalu membahasakan apa yang ada dalam pikiran, karena itu bapak selalu dititipi pena agar tidak pernah lupa membahasakan apa yang paling benar dalam setiap pikrannya.

“Jangan sampai bapak lupa, saya punya kerinduan yang seringkali tidak dapat dibahasakan. Pena mungkin adalah bahasa metafor yang paling tepat. Jika bapak sampai lupa, janganlah sampai coretannya mengambang di atas meja hijau”.

Baginya, pena bukan saja kejujuran, tapi sekaligus muslihat yang mesti diwaspadai. Ia pernah mendengar soal isu wakil rakyat yang dimasukan ke bui akibat salah mengatakan apa yang mesti diungkapkan lewat pena.

“Ia bukan saja keliru menggunakan pena, tetapi sekaligus memuslihatkan pena di atas kertas dan di borgol dalam bui”.

“Apakah mungkin ia salah membahasakan maksud???”

“Itu bukan urusan saya,. Saya hanya ingin bapak memanfaatkan pena dengan benar di gedung DPR, -agar tak masuk bui”.

“Jika bapak sampai salah menuliskannya???”

“Itu juga bukan urusan saya. Jika hal itu masih saja terjadi, masukan saja ia ke bui, dan saya akan selalu paham bahwa jika hal itu terjadi, dia bukan saja tidak pernah jadi bapak saya, tapi ia milik kapitalis yang tidak tahu diri. Bukankah saya pernah ingatkan, kalau pena dalam tas sekolahnya selalu saya titipkan.”

“Apa kamu tidak punya kerinduan padanya setelah masuk bui??”

“Sudah saya katakan, jika hal itu terjadi, ia milik kapitalis, bukan bapak saya. Satu-satunya hal yang dapat membuat saya menjadi wanita dengan rindu yang teramat sangat sakit adalah saat kehilangan pena dalam tas sekolah”.

“Jadi, siapa bapak anda saat itu nanti??”
“PENA DALAM TAS SEKOLAH BAPAK!!!!!”

, , ,

Satu tanggapan ke PENA DALAM TAS SEKOLAH BAPAK

  1. mamah kradenan 3 Februari 2015 pada 11:02 #

    Cerita di atas punya makna yang dalam, saya sendiri kesulitan dalam memaknainya..

Tinggalkan Balasan