review-lolita-novel

Lolita

Portal – Pada kata pengantarnya, Jhon Ray, menyebutkan kalau novel ini terdiri atas lembaran-lembaran ganjil yang ditulis oleh seorang tahanan yang meninggal dunia sebelum sidang pengadilannya, seorang pria bernama Humbert Humbert. Ini adalah sebuah pengakuan tertulis untuk sebuah kejahatan dari Humbert Humbert, bukan kepada pengadilan, tetapi kepada seseorang yang dicintainya; baik sebagai anak tiri maupun sebagai seorang kekasih: Lolita.

Humbert Humbert, seorang profesor, telah melakukan kejahatan moral terhadap anak tirinya sendiri. Tetapi yang lebih jahat dari kasus ini adalah fakta bahwa anak tirinya masih tiga belas tahun! Dalam buku ini, Humbert Humbert menuliskan sendiri semua itu; mulai dari masa lalu, keganjilan orientasi seks yang dia alami di masa dewasa, hasrat tak tertahankan kepada anak tirinya, dan rasa berdosanya sendiri. Humbert Humbert adalah gabungan antara keganasan dengan rasa tak berdaya yang sayangnya jarang mengundang rasa simpati.
Buku ini sangat serius dan penuh metafora, mungkin dipengaruhi oleh mental Humbert Humbert (dia mengakui bahwa dia menulis dalam pengawasan). Banyak kalimat panjang yang membutuhkan ketelitian untuk menemukan artinya menunjukan bahwa masalah yang sedang dia tuliskan itu terlalu berat untuk disederhanakan dalam sebuah tulisan. Ketika dia membuka tulisannya, Humbert menyapa dengan: Lolita, cahaya hidupku. Api sulbiku. Dosaku, sukmaku. Lolita: ujung lidah mengeja tiga suku kata, menyentuh langit-langit mulut….Dia adalah Lo yang biasa-biasa saja di pagi hari, setinggi seratus lima puluh senti, mengenakan sebelah kaus kaki. Dia adalah Lola saat mengenakan celana panjang longgar. Dia adalah Dolly di sekolah. Dia adalah Dolores pada data isian bertitik-titik. Namun dalam pelukanku, dia adalah Lolita.
Humbert Humbert (disingkat H.H) sendiri lahir di Prancis. Ayahnya seorang duda kaya raya dan mempunyai hotel mewah di Riviera. Ibunya meninggal ketika H.H masih berusia tiga tahun. Dia hidup dalam kekayaan ayahnya dan kasih sayang bibinya hingga suatu hari sang ayah pergi ke Italia bersama seorang wanita meninggalkannya. Pada masa kecilnya itu ada sebuah perihal penting dan mendasar, yang mana Humbert Humbert sendiri yakin bahwa dari sanalah semua masalah dimulai. Ada seorang gadis kecil bernama Annabel; seorang gadis kecil yang lebih muda beberapa bulan darinya, seorang gadis yang menurut H.H mempunyai kerapuhan yang sama dengannya. Orang tua Annabel menyewa sebuah vila dan berteman baik dengan sang bibi sehingga H.H dapat mengajak gadis itu bermain. Sampai pada suatu hari keduanya yang masih sangat belia, merasa ada yang terjalin diantara keduanya. Sekonyong-konyong, tulis H.H, dengan gilanya, dengan canggungnya, tanpa malu-malu, kami saling jatuh cinta. Maka H.H menggambarkan kebersamaan mereka sebagai sepasang kekasih kecil; sering bermain bersama di tepi pantai, berbaring bersama di atas pasir, saling memegang tangan, menyentuh lutut dan dengan takut-takut saling menyentuh bibir mereka yang asin. Di kemudian hari Humbert Humbert akan mengenangnya sebagai “peristiwa tepi laut” mereka. Kisah masa kecilnya ini dikatakan begitu terkekang karena keduanya selalu berada di bawah pengawasan orang-orang dewasa di sekitar mereka.
Annabel meninggal dalam beberapa bulan kemudian karena tifus. Namun, H.H mengakui bahwa memori singkatnya bersama Annabel bertahan begitu lama, hingga dia dewasa. Bahkan karena cinta masa kecil yang tidak terpuaskan ini, Humbert Humbert tumbuh menjadi lelaki pedofil. Dalam catatan ini, H.H mengatakan kehadiran Annabel di masa lalu dan kebersamaan mereka yang singkat itu adalah sesuatu yang fatal. Semacam inspirasi bagi tindakan-tindakan tidak terbendung yang akan dilakukannya hingga pada akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis kecil lain: Lolita! Humbert Humbert menggambarkan pengaruh itu dengan; …melalui keajaiban yang telah ditakdirkan, Lolita berawal dari Annabel.

Masa muda Humbert Humbert menunjukan kalau dia seorang terpelajar; dia kuliah di London kemudian di Paris. Dia pernah berniat menjadi ahli jiwa sebelum beralih mengambil sastra Inggris. Dia lalu mendapat gelar profesornya. Kemudian dia mengajar bahasa Inggris di Auteuil kepada kelompok dewasa. Humbert Humbert menuliskan kalau masa-masa itu adalah masa-masa yang gila dan sunyi. Dia terkungkung oleh hasrat liarnya terhadap gadis-gadis beranjak remaja. Dia meniduri wanita sewaan sebagai pria normal, namun hasrat liar sesungguhnya kepada sekelompok remaja yang dia juluki sebagai “peri asmara”. Bagi H.H para gadis-gadis remaja yang selalu mengingatkannya pada Annabel terlalu menggairahkan, tiada bandingannya dengan penampilan wanita dewasa. Maka, kehidupan seksnya dengan perempuan-perempuan dewasa hanyalah topeng sebagaimana dia mengakuinya; Humbert bisa saja bersenggama dengan Hawa, tetapi sesungguhnya yang dirindukannya adalah Lilith. Secara tidak rinci, Humbert Humbert menuliskan hubungan-hubungan cinta sesaatnya dengan gadis-gadis muda bayaran, yang telah dijadikan sebagai peri asmara dalam imajinasinya yang menyedihkan.
Dia menikahi seorang gadis yang berpenampilan kekanak-kanakan bernama Valerie tetapi tidak bertahan lama karena bagi Humbert, Valerie hanyalah seorang istri lelucon. Usai bercerai dengan Valerie, Humbert menuju New York. Suatu ketika, dia ingin menghabiskan musim panasnya di pedalaman New England, tempat dimana takdir telah menempatkan seorang gadis dua belas tahun untuknya; Dolores Haze, yang dia panggil Lolita. Dolores Haze adalah putri nyonya Haze yang menyewakan rumah musim panas kepadanya.

Profesor Humbert Humbert, secara sadar tahu bahwa ada kegilaan di dalam dirinya. Kejanggalannya. Sejauh ini dia telah menekan hasratnya itu dengan meniduri wanita-wanita dewasa. Namun, pada detik ketika dia melihat Lolita; dia merasa gila! Kegilaannya kepada Lolita tercetak di dalam buku hariannya yang ditulisnya (mungkin sejak hari-hari pertama di rumah musim panasnya). Dalam buku harian itu, ada Nyonya Haze, ibu dari gadis itu, yang sejak semula tertarik kepada Humbert.
Lolita baru saja tumbuh dan duduk di kelas satu SMP. Sebagai seorang gadis di ambang puber, dia pemberontak. Dalam ingatan Humbert, dia melihat pembangkangan Lolita merupakan bagian dari aspek yang meledak-ledakan hasratnya. Saya melihat hal menarik ini; cara Humbert Humbert menggambarkan sosok Lolita dalam kacamata seorang pria pedofil. Segala aspek kekanakan dalam diri Lo, begitu sapaannya, membakar dirinya. Ketika Lolita tengah berbaring di luar rumah sambil membaca komik, Humbert mengagumi gerakan-gerakan kecil tubuh gadis itu. Ketika Lolita matanya kemasukan kotoran di mana Humbert memanfaatkan situasi untuk menggunakan lidahnya di bola mata gadis kecil itu dalam usaha mereka mengeluarkan kotoran.

Humbert Humbert memang gila, tak bermoral dan pantas dihina karena kelakuannya. Seperti dalam berbagai kasus pedofilia, orang cenderung hanya melihat dari satu sisi di mana pelaku yang dewasalah yang menjadi penjahatnya. Tetapi dalam novel ini, saya menemukan sesuatu yang lain. Lolita, kelihatannya, menanggapi apa yang sedang dirasakan Humbert Humbert kepadanya. Banyak hal yang menjurus ke arah sana, misalnya; ketika Humbert baru datang dan diajak berkeliling rumah oleh nyonya Haze, mereka melewati tempat di mana Lolita tengah berjemur, Humbert melihat ke arahnya dan Lolita lalu mengedipkan mata dari balik kacamata hitamnya; Lolita memberitahu Humbert supaya pria itu membujuk ibunya mengajak mereka berdua ke danau, di mana di danau mereka bisa bermain bersama; saat Humbert dan nyonya Haze lagi menonton film, Lolita menyelipkan diri di antara mereka; memberi peluang kepada Humbert untuk merasakan keberadaan tubuhnya. Pertanyaannya; apakah ini hanyalah imajinasi H.H saja untuk mengurangi rasa bersalahnya ataukah memang Lolita memberikan respon yang memuluskan keinginan dari Humbert Humbert?
Saya semakin yakin bahwa Lolita, yang baru tiga belas tahun itu, entah karena mulai memasuki masa pubertas atau hal lain, dia menyukai Humbert Humbert. Pada suatu hari minggu, Lolita yang sedang marah kepada Humbert Humbert karena suatu hal yang biasa membuat anak kecil marah, hendak diantar oleh ibunya untuk ikut perkemahan. Sebelum mobil mengantarnya pergi, Lolita tiba-tiba berlari masuk ke dalam rumah, menuju kamar Humbert Humbert yang terbuka, melemparkan dirinya ke dalam pelukan lelaki itu. Mulut polosnya meleleh di bawah lumatan ganas sepasang rahang lelaki yang muram, tulis Humbert Humbert. Dan pernyataan lain yang menunjukan hal ini adalah percakapan keduanya saat H.H menjemput Lolita dari perkemahan;
“Tidakkah mama akan benar-benar marah jika ia tahu kalau kita ini sepasang kekasih?”
“Astaga, Lo, jangan bicara seperti itu…”
“Tapi kita memang sepasang kekasih, bukan?”

Di awal-awal hubungan mereka, untuk berkamuflase Humbert Humbert menikahi nyonya Haze yang memang kesepian dan jatuh cinta pada H.H. Mereka menikah, saat itu Lolita masih dalam kegiatan perkemahannya. Humbert Humbert sadar nyonya Haze yang berubah menjadi nyonya Humbert berusaha melnjadi istri yang baik, penuh cinta, penuh pengabdian. Namun, Humbert tidak bisa menghalau niat jahatnya. Ada keinginan gelap untuk membunuh istrinya agar dia bisa bebas memiliki Dolores; Lolita. Jika istrinya meninggal maka hak asuh Lolita akan jatuh pada dirinya sebagai ayah tirinya. Nasib baik datang pada Humbert suatu hari karena dia tidak perlu membunuh istrinya dengan tangannya sendiri. Bermula dari nyonya Humbert yang menemukan buku catatan harian Humbert yang ditulisnya sebelum mereka menikah, berisikan hasratnya pada Lolita dan kebenciannya pada Charlote sebagai ibu gadis itu. Charlote (nama gadis nyonya Haze) naik pitam mendapati kenyataan yang sebenarnya tentang Humbert serta segala hasrat yang melekat dalam diri suaminya itu terhadap putrinya. Pada hari itu juga, dalam kemarahan besarnya Charlote tewas tergilas mobil di depan rumahnya sendiri. Tidak ada yang tahu, apakah itu kecelakaan atau tindakan bunuh diri.

Setelah kematian Charlote, Humbert Humbert menjemput Lolita dari perkemahan. Sejak saat itu, dimulailah perjalanan mereka mengunjungi negara-negara bagian Amerika serikat; menginap di losmen-losmen sepi, menghindari jalan-jalan ramai dan melampiaskan hasrat terlarang antara sepasang ayah-anak tiri. Dalam perjalanan ini, Humbert akan dihadapkan pada sifat pubertas Lolita yang keras kepala dan bengal serta dari seorang detektif yang diam-diam curiga terhadap mereka. Mereka pindah dari satu tempat ke tempat lain. Mereka merasa cemburu dan marah; Lolita dalam keremajaannya dan Humbert Humbert dalam jerat nafsu tak wajarnya sendiri. Humbert menuliskan juga keinginan-keinginannya untuk sembuh lalu merawat Lolita sebagai ayah yang baik. Tetapi Lolita kemudian melarikan diri dan H.H menghabiskan dua tahun untuk mencarinya.
Buku ini belum selesai di sini, tetapi yang pasti Humbert Humbert, seorang profesor gila, dengan obsesi akan percintaan masa kecilnya yang tidak tuntas bersama Annabel, telah melanggar norma yang berlaku dengan bercinta diam-diam bersama kekasih kecilnya. Lolita. Dolores Haze. Dolly.
Rasa bersalah dalam diri Humbert sangat riil dengan menuliskan pengakuan ini. Dia berusaha menjelaskan kepada pembaca bahwa sebagai lelaki pelaku pedofilia, dia tidak melakukan kejahatannya itu atas dasar pemuasan nafsunya semata. Dia tidak sepenuhnya bersalah. Kehadiran Lolita dengan segala pesona “peri asmaranya” adalah sebuah takdir tak terbantahkan. Saya ingat membaca sebuah bagian dari buku ini, suatu ketika, saat mereka telah menikah, nyonya Haze bertanya padanya apakah dia percaya pada Tuhan? Humbert menjawab; pertanyaannya adalah, apakah Tuhan percaya padaku?
…..
Buku ini, konon menjadi salah satu buku paling berpengaruh di dunia. Kasus profesor Humbert menjadi masukan yang sangat penting bagi ilmu kejiwaan dalam menilik kasus-kasus pedofilia yang terjadi. Sebagaimana dikatakan Jhon Ray dalam kata pengantarnya, sebagai sebuah karya seni, buku ini telah melampaui sisi-sisi buruknya.

Judul : Lolita
Penulis : Vladimir Nabokov
Penerjemah : Anton Kurnia
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Maret 2008
Tebal : 529 hal

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan