yesus -dan-penyamun

Sangkamu, Aku ini Penyamun

Saat itu, hari sudah malam. Jangkrik-jangkrik di balik semak mulai ribut. Krik….krik…krik…persis begitu bunyinya. Kegelapan menyelimuti setapak yang mengarah ke hutan, tempat di mana Yesus dan para murid-Nya berkumpul bersama untuk berdoa.

Rembulan pucat pasi di ketinggian awan. Remang-remang cahayanya membias di antara dedaunan pohon jati. Menerangi langkah Sang Guru dan murid-murid-Nya. Keheningan terpecah kala Yesus mengawali percakapan.

“Di manakah Yudas?”, tanya Yesus kepada murid-murid-Nya.

“Kami tidak tahu, Guru!” jawab salah seorang di antara mereka.

Yesus tak menyahut lagi, setelah mendengar jawaban itu. Dia menyimpan rasa penasaran-Nya dalam hati. Langkah kaki-Nya semakin dipercepat, terburu-buru seakan-akan sudah terlambat bagi-Nya untuk menyapa Bapa dalam doa.

Setibanya mereka di tempat itu, Yesus langsung menepi dan menyendiri hendak berdoa kepada Bapa-Nya. Sementara Yesus berdoa, para murid justru sedang asyik mengorok di bawah pohon. Mereka tertidur pulas seolah-olah seharian telah melakukan suatu pekerjaan yang berat. Yesus membangunkan mereka.

“Hei,,,kalian..bangunlah!”

“Ya, Guru”, sahut Petrus sambil mengusap-usap matanya.

“Sudahkah kalian berdoa?”, tanya Yesus.

Tak ada yang menjawab pertanyaan Sang Guru selain keheningan yang tercipta. Hening dan diam. Mereka belum berdoa.

“Maukah kalian bertahan bersama Aku sekalipun hanya satu jam saja?”, pinta Yesus kepada mereka. Mereka semua menganggukkan kepala pertanda mereka mau mengindahkan permintaan Sang Guru.

**

Tempat itu dirasuki keheningan yang amat. Bayangan kelebat Yesus dan para murid di remang-remang cahaya tak terlihat begitu jelas. Mereka sedang berdoa.

Tiba-tiba…..

Dari kejauhan terdengar suara teriakan. Suara itu semakin besar dan mengarah ke tempat Yesus dan para murid yang sedang berdoa.

“Mari kita cari si penghujat Allah itu, yang telah menghasut hati umat dengan ajaran sesat-Nya”, demikian suara teriakan itu terdengar.

Sekumpulan orang itu datang bersama Yudas sebagai pemandu dengan obor, pentung, pedang, tombak, rantai dan sebagainya di tangan mereka masing-masing. Kini mereka di hadapan Yesus dan para murid.

“Siapakah yang kalian cari?”, tanya Yesus dengan lembut kepada mereka.

“Yesus dari Nazaret…, Yesus dari Nazaret…”, teriak mereka bersamaan.

“Akulah Dia”, jawab Yesus secara singkat.

Mereka semua kaget dan terjatuh, kecuali Yudas, si pengkhianat. Sekali lagi Yesus bertanya kepada mereka.

“Siapakah yang hendak kalian cari?”

Mereka kembali menjawab secara bersamaan: “Yesus dari Nazaret…., Yesus dari Nazaret”.

Sahut Yesus kepada mereka: “Sudah Kukatakan, Akulah Dia”.

Serentak merekapun kaget dan jatuh bersamaan lagi. Akan tetapi, Yudas tetap tegap berdiri.

“Jikalau Aku yang kalian cari, mengapa kalian membawa serta barang-barang itu di tangan kalian?” tanya Yesus kepada mereka.

“Sangkamu, Aku ini penyamun!” lanjut Yesus.

“Padahal  selama ini, Aku mengajar di Bait Allah, di pasar, di lapangan, di tempat pelacuran, dan bahkan di halaman rumah kalian? Mengapa kalian tak menangkap Aku saat itu?”

Mereka semua tertunduk dan malu. Kebingungan juga tentunya ketika mendengar pertanyaan Yesus. Serentak mereka memandang ke arah Yudas, seolah-olah mempersalahkannya. Ketika kebingungan merundung mereka, Yesus pun kembali berbicara.

“Sudahlah. Tak usah dipikirkan. Pulanglah kalian ke rumah masing-masing. Dan kalau kalian hendak mencari dan menangkap Aku, tak usah kalian repot-repot membawa barang-barang itu lagi, cukup bawalah sebuah buku dan sebatang pena. Dan temui Aku di rumah Bapa-Ku”.

Akhirnya, mereka semua pulang dan kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan malu dan penuh kebingungan. Akan tetapi, Yudas  si pengkhianat itu ditahan oleh Yesus dan para murid untuk dimintai keterangan dan penjelasan mengenai kejadian itu.

      

,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan