sumber gambar dari worksmartlivesmart.com

Seperti Apa Buku yang Bagus?

Bagus itu relatif. Jika ada orang mengatakan kalau buku “A” itu bagus, bisa jadi ada orang lain yang mengatakan kalau buku “A” itu jelek. Begitu juga sebaliknya. Lalu, seperti apa buku yang bagus?

Dikutip dari situs entrepreneur.com, ada beberapa tingkatan untuk mengkategorikan seperti apa buku yang bagus itu. Pertama, average books–buku biasa; yang mempunyai satu atau dua ide utama. Kedua, good books–buku bagus; mempunyai dua atau tiga ide utama. Dan ketiga, great books–tingkatannya di atas buku bagus. Buku jenis ini mempunyai tiga atau lima ide utama yang bisa diceritakan kepada para pembacanya. Lebih lanjut lagi, situs itu menyatakan bahwa kebanyakan buku-buku di pasaran masuk ke dalam kategori average books–buku biasa. Mengapa bisa begitu?

Seorang pengarang biasa, menurut situs itu, dapat menulis 20-an halaman untuk menceritakan ide-idenya kepada para pembaca. Namun, tentu saja tak ada penerbit yang mau menerbitkan buku semacam itu. Pada akhirnya, 200-an lebih halaman ditambahkan agar buku itu layak dijual. Kebalikannya, seorang pengarang yang hebat tentunya tidak membutuhkan 200 halaman tambahan untuk membuat sebuah buku layak untuk dibaca.

Namun, hal itu bukan berarti bahwa buku-buku yang ada di pasaran saat ini kebanyakan bukanlah buku yang bagus. Masih ada kategori lain untuk menentukan apakah sebuah buku termasuk bagus atau tidak. Misalnya, dari segi pemilihan bahasa–jika itu buku terjemahan. Kemudian, sesuatu yang ditawarkan. Apakah buku itu menawarkan ide-ide segar atau sekedar ide usang yang didaur ulang? Lalu, apakah cara yang disampaikan terkesan bertele-tele atau tidak? Jika buku itu buku motivasi, maka sudah pasti akan segera dibiarkan berdebu di atas meja setelah dibaca beberapa lembar saja.

Jika berbicara mengenai buku fiksi yang bagus, tentunya akan lebih rumit lagi. Seorang penggemar cerita romantis tentu akan mengatakan novel-novel cinta lebih bagus jika dibandingkan dengan novel-novel detektif. Belum lagi buku-buku nonfiksi, yang lebih mengutamakan data-data dan fakta. Jika seorang pembaca tidak puas dengan fakta yang disajikan oleh sebuah buku biografi, maka buku itu pasti dicap jelek.

Tentunya diperlukan sebuah rating–bukti dengan angka-angka apakah sebuah buku bisa dicap bagus atau jelek. Jika film bisa dirating, mengapa buku tidak? Situs seperti imdb.com dan rottentomatoes.com dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui apakah sebuah film layak ditonton atau tidak. Untuk buku, tersedia situs goodreads.com. Orang dapat mengetikkan judul buku, pengarang, atau nomor ISBN untuk mengetahui berapa rating buku yang sedang dibacanya. Meskipun begitu, rating tetaplah diberikan oleh orang dengan selera masing-masing. Jadi hal itu tidak bisa dijadikan sebagai sandaran mutlak untuk mengetahui apakah sebuah buku bagus atau jelek.

Selera setiap orang memang berbeda. Bagi saya, buku yang bagus adalah buku yang layak dibaca berjam-jam sampai kursi yang diduduki terasa panas. Buku yang bagus juga layak dibaca berulang kali. Bagaimana dengan kamu?

, ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan