monster-dalam-fiksi-alur-cerita

Tujuh Alur Dasar: Menaklukkan Monster

Pendahuluan

Dalam proses pembelajaran kesusastraan di sekolah (atau di universitas), alur atau plot dikenal sebagai salah satu unsur intrinsik yang terdapat pada dongeng, cerpen, dan novel. Dalam proses pembelajaran itu biasanya diperkenalkan tiga jenis alur, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Ketiga jenis alur itu dibedakan dari bagaimana peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh adanya konflik itu disusun atau ditempatkan oleh penulisnya; apakah urutan waktunya linear, yaitu dari awal hingga akhir berurutan sempurna; ataukah peristiwa akhir ditempatkan di awal, lalu kita diajak menengok peristiwa-peristiwa yang terjadi dari awalnya; ataukah dicampur kedua jenis tersebut.

Berbeda dengan jenis alur yang kita kenal di atas, Booker (2010) menawarkan tipe alur yang berbeda. Berdasarkan pengamatannya terhadap berbagai jenis bentuk fiksi, mulai dari mitos kuno, dongeng atau cerita rakyat, drama dan novel-novel berpengaruh dalam kesusastraan hingga film dan opera sabun yang tayang di televisi dewasa ini, menurut Booker, hanya ada tujuh alur dasar yang dipakai. Ketujuh alur itu adalah overcoming the monster, rags to rich, the quest, voyage and return, comedy, tragedy, dan rebirth. Booker mendasarkan pembagian alur itu kepada peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Pada setiap jenis alur dasar itu terdapat struktur yang berupa tahapan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Setiap jenis alur dasar memiliki struktur yang berbeda.

Overcoming the Monster

Jenis pertama dari tujuh alur dasar adalah overcoming the monster (penaklukan monster). Dalam alur ini, tokoh utama yang berperan sebagai pahlawan harus berhadapan dengan monster dan harus mengalahkan monster tersebut agar dirinya dan umat manusia terbebas dari teror sang monster. Monster tidak selalu dalam pengertian ‘makhluk-makhluk yang berbentuk menyeramkan’, tetapi bisa jadi hanya simbolisasi atas tindakan-tindakan teror yang disebarkannya. Artinya, tekanan pengertian monster tidak selalu pada wujud fisiknya, tetapi pada tindakan atau perilakunya yang meneror. James Bond, dalam film-filmnya, berhadapan dengan penjahat yang dianggap sebagai “monster” sebab tindakan atau perilakunya. [lebih jauh tentang monster dapat dibaca Mengungkap Monster dalam Cerita Fiksi]

Alur ini memiliki lima tahapan dengan sedikit variasinya. Pertama, anticipation stages and “Call” (Tahapan antisipasi dan “panggilan”). Pada tahap ini, digambarkan situasi sebuah daerah, baik berupa kampung maupun kota, yang diteror oleh kedatangan monster. Monster yang datang bertipe predator, yang menyerang dan memusnahkan orang-orang di daerah itu sehingga orang-orang di tempat itu sangat ketakutan. Sebab itu, sang pahlawan merasakan “panggilan” untuk menghadapinya.

Kedua, dream stage (tahapan impian). Pada tahap ini, sang pahlawan mempersiapkan diri untuk melawan monster. Namun, kita—sebagai pembaca atau penonton—merasakan bahwa apa yang dilakukan oleh sang pahlawan belum bisa menjauhkannya dari bahaya yang mengancamnya.

Ketiga, frustation stage (tahapan frustasi). Akhirnya, sang pahlawan seorang diri berhadapan langsung dengan monster. Tampak oleh kita, pahlawan begitu kecil dihadapan monster yang memiliki kekuatan luar biasa. Sepertinya, pahlawan tidak akan memenangi pertarungan dengan monster itu.

Keempat, nightmare stage (tahapan “mimpi buruk”). Pada tahapan ini, pahlawan merasakan penderitaan atau siksaan berat terakhirnya dalam pertarungan yang menjadi mimpi buruknya. Pahlawan sudah berkali-kali terjatuh. Namun, sebagai klimaks cerita, ketika pahlawan terlihat akan kalah, terjadilah pembalikan situasi. Biasanya, pembalikan situasi terjadi ketika dalam situasi krisis, pahlawan menyadari kelemahan sang monster atau mampu menjangkau senjatanya yang terlempar dalam pertarungan itu.

Kelima, the thrilling escape from death, and the death of monster (tahapan lolos dengan mendebarkan dari kematian dan kematian monster). Dalam satu waktu yang singkat, secara ajaib, monster terkena pukulan atau serangan yang fatal sehingga moster itu pun tewas. Lantas, kekuatan jahatnya pun memudar. Seiring dengan itu, orang-orang merasakan terbebas dari kekuatan jahat. Kemudian, sang pahlawan memenangkan “hadiah”, seperti diberi harta kekayaan, bersatu atau dinikahkan dengan “putri”, atau diangkat menjadi raja baru.

Tahapan pada alur “Overcoming the Monster” di atas dapat dijadikan kerangka dasar bagi mereka yang akan menulis fiksi dalam tema tersebut. Pada beberapa tahapan dapat dilakukan modifikasi agar cerita lebih menarik dan memberikan efek kejutan. Silakan mencoba!

Wallahu a’lam

Tambun Selatan, 25 Ramadan 1436 H

, , , , , , , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan