soe-hok-gie

Soe Hok Gie Menulis, Soe Hok Gie Ditulis

            Sastrawan besar kita, Pramoedya Ananta Toer pernah menulis: “ Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan lenyap ditelan sejarah”. Apa yang dikatakan Pramoedya ini seperti pas sekali dengan sosok Gie. Gie adalah mahasiswa yang beruntung karena menulis. Saya tak pernah membayangkan ketika Gie di waktu itu tak menulis Catatan Seorang Demonstran (2005) yang sampai kini masih terus dicetak, mungkin Gie tak bisa dikenal seperti sekarang. Dari banyaknya mahasiswa dan demonstran di masa itu, kita bisa mengatakan hanya Gie yang cukup populer selain karya-karyanya terus dibaca, ia juga difilmkan di tahun 2005.

            Gie menulis karangan-karangannya di rumah di Jalan Kebon Jeruk, di kamar belakang, ada sebuah meja panjang. Penerangan listrik suram, karena voltase yang selalu turun kalau malam hari. Disana juga banyak nyamuk. Karena orang-orang lain sudah tidur, seringkali masih terdengar suara mesin tik dari kamar belakang Soe Hok Gie, di kamar yang suram dan banyak nyamuk itu, sendirian, sedang mengetik membuat karangannya (h.85).

            Tapi siapa sangka, di kamar penuh nyamuk, yang suram itulah lahir ide-ide besarnya yang sampai sekarang masih mendapat banyak perhatian orang. Gie sudah menulis buku Di bawah Lentera Merah yang menyoroti gerakan SI Merah di Semarang. Gie juga menulis buku Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan yang mengupas bagaimana pemberontakan PKI di Madiun yang dinilainya tak hanya melibatkan Hatta di waktu itu. Dan ia juga menulis buku Zaman Peralihan yang merupakan kumpulan tulisannya di media massa.

            Sebagai seorang mahasiswa yang gelisah, dan tak pernah berhenti untuk bergerak dan berfikir, Gie pun akhirnya turun ke jalan ketika kritiknya tak di dengar. Pengetahuannya yang luas, serta pergaulannya yang tak terbatas membuatnya ia mudah dikenal dan memiliki banyak rekan.

            Di buku Soe Hok Gie, Sekali lagi kita akan menemukan bagaimana Gie ditulis oleh rekan-rekan dan teman dekatnya. Sebagaimana pengakuan yang dituliskan oleh Luki Sutrisno Bekti: Gie bagi saya adalah pribadi yang unik dan mengesankan. Ia adalah orang yang mempunyai perhatian kepada banyak hal dan juga banyak orang dengan sangat intens. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari pergaulan dengan Gie. Gie-lah yang menghidupkan kegiatan kampus. Ia mendorong mahasiswa bergairah mengikuti berbagai aktifitas kampus. Pernah ia menghadirkan W.S.Rendra ke kampus Rawamangun untuk berdiskusi (h.172).

            Sebagai seorang mahasiswa yang akrab dengan dunia pemikiran, Gie dinilai tak hanya sebagai seorang yang moralis absolut, ia juga dinilai sebagai seorang yang humanis universal. Sikapnya yang peduli dan memiliki empati kepada orang miskin membuatnya terang-terangan mengkritik pemerintah di masa itu. Ia menilai Soekarno di masa itu hanya bersenang-senang bersama istri-istrinya sementara rakyatnya sengsara. Ia turut memiliki sumbangsih besar dalam menumbangkan rezim Soekarno. Paska Soeharto naik, kritiknya pun seperti tak berhenti kepada rezim yang menyeleweng.

            Budiarto Shambazy kiranya tepat bila mengatakan kalau Soe Hok Gie diibaratkan sebagai tukang kebun indonesia. Melalui sosok Gie itulah, kita masih bisa mengenali dan belajar banyak hal diantaranya tentang sikap dan prinsip hidup. Gie adalah sosok yang bermentalkan pejuang dan konsisten terhadap apa yang ia perjuangkan. Meski banyak teman-temannya yang berubah tatkala mereka menduduki kekuasaan.

            Di lima bab buku ini, kita akan menemukan kisah tentang kiprah dan pemikiran Gie lebih jauh, dari rekan, sampai pada orang-orang yang mengenali dan mengagumi pemikirannya seperti Ben Anderson, maupun John Maxwell yang menuliskan disertasi tentangnya yang berjudul : Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani (2001).

            Meskipun Gie sudah meninggal sejak 16 Desember 1969 lalu, Gie telah meninggalkan warisan pemikiran dan komitmennya terhadap bangsa ini, kini kita menjumpai kembali Gie melalui tulisan-tulisan teman-teman dan orang yang pernah memiliki kedekatan dengan Gie. Gie tetap layak dikisahkan Sekali Lagi!!!, di tengah semakin meredupnya gerakan mahasiswa yang semakin hilang sikap kritismenya, dan semakin bermental pragmatis.

 *) Penulis adalah Pengasuh MIM PK Kartasura, Pengelola doeniaboekoe.blogpot.com

, , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan