albert-camus-2

Yang (Mungkin) Kamu Tidak Tahu Tentang Albert Camus

albert-camus-2

Gambar dari huffingtonpost.com

Portal – Jika kamu pernah dengar cerita mitos Sisipus, mitologi Yunani itu, mestinya mengenal juga ‘The Myth of Sisypus” esai filsafat karya Albert Camus.

Beberapa orang, terutama orang-orang politik, senang menggunakan cerita mitos Sisipus untuk menggiring audien mereka. Secara sederhana, perjuangan manusia untuk menegakkan kebenaran adalah seperti Sisipus, -orang yang dikutuk untuk menaikkan batu ke puncak gunung. Kadang dalam kondisi ‘sadar’ ia tahu itu adalah pekerjaan yang sia-sia, dan lebih banyak menyiksa diri sendiri. Namun begitulah yang seharusnya dilakukan. Menegakkan kebenaran harus seperti itu. Dalam esainya, Albert Camus menegaskan bahwa orang harus melihat Sisipus berbahagia dengan penderitaannya itu. Absurd. Itu pula sebabnya muncul istilah Absurditas Camus.

Esai Sisipus memiliki arti penting tersendiri bagi Albert Camus. Selain sebagai tonggak penting filsafatnya tentang absurditas, karya itu juga semacam pemberontakan atas kehidupan nyatanya yang baginya memang absurd.

Albert Camus lahir pada 7 November 1913 di daerah Aljazair-Perancis, tepatnya di kota yang kemudian dikenal sebagai Modhovi. Ia dibesarkan dalam keluarga pekerja miskin. Di bawah asuhan neneknya yang buta huruf, tangan sang nenek lebih banyak bicara dari pada mulutnya. Ibunya seorang buruh cuci yang lebih banyak membisu. Pada usia dini, ia telah menderita TBC. Absurditas hidup yang dihadapinya sejak kecil telah membuatnya di kemudian hari dikenal sebagai pendiri filsafat absurdisme.

Sejak kecil, Albert Camus berjuang melawan perlakuan tidak adil. Pada masa mudanya ia menentang perlakuan brutal Perancis terhadap penduduk Arab dan Berber di Aljazair. Ia juga menolak pidana mati dan penggunaan bom atom, praktik penyiksaan dan terorisme dalam perang. Berkat komitmen dan karya-karyanya, Albert Camus mendapat penghargaan tertinggi, Nobel di bidang sastra.

Selain cerita tersebut, berikut ini, hal-hal yang mungkin kamu tidak tahu tentang Albert Camus.

  1. Meski senang dengan fashion, bersahabat dengan Jean-Paul Sartre, mengkritik filsafat nihilisme, namun Albert Camus bukan seorang eksistensialis. Dalam sebuah wawancara ia menyatakan: Merokok dan minum kopi di sebuah kafe tidak serta merta menjadikan seseorang eksistensialis.
  2. Meski lahir di Aljazair-Perancis, Camus bukanlah orang Perancis. Meski ayahnya dari Bordeaux dan Ibunya dari Spanyol, Camus lebih percaya bahwa ia berasal dari Aljazair. Setengah abad setelah kematian Camus, penulis Aljazair dan intelektual mulai setuju: untuk novelis (dan anggota française Academie) Assia Djebar, Camus adalah putra terbaik asli Aljazair dan salah satu martir yang besar.
  3. Camus lebih suka disebut esais daripada filsuf. Meski mengambil gelar filsafat dan orang-orang menyebutnya filsuf, Camus menyebut karyanya hanya esai, sebuah upaya sementara untuk memahami kondisi manusia. ‘The Myth of Sisypus’ yang berlembar-lembar dalam sebauh buku pun disebutnya esai. Ia hanya menambahkan, esai-esai itu berusaha untuk mengajukan pertanyaan, tidak memberikan jawaban.
  4. Camus bukan orang yang pesimis. Meski karyanya penuh absurditas menyedihkan, namun Camus sendiri bukanlah orang yang pesimis. Kehidupan yang keras dan ketidakpedulian yang sering kali dihadapinya justru membentuknya untuk bersikap: tidak pernah ada alasan untuk berputus asa. Ketika seseorang menanyakan karyanya: apakah realitas hidup yang absurd dan menyedihkan itu menjadi alasan untuk mengakhiri hidup ini (bunuh diri?). Camus menjawab: Tidak. Itu alasan untuk melakukan pemberontakan.
  5. Camus tidak anti Amerika. Albert Camus bergabung dengan Partai Komunis Perancis pada musim semi 1935, dan ia melihat komunis sebagai cara untuk “melawan ketidaksetaraan antara orang Eropa dan pribumi di Aljazair”. Meski dia juga membaca Das Kapital-nya Karl Marx, itu tidak menjadi alasan untuk menyebutnya Marxis. Ia menulis, “Kita mungkin melihat komunisme sebagai batu loncatan dan asketisme yang mempersiapkan tanah untuk kegiatan spiritual lainnya.” Sebuah media mengabarkan bahwa pada perang dunia II ia bergabung dengan kaum Republikan Perancis. Ia juga dilaporkan pernah berada di Amerika, memberikan kuliah umum di Universitas Colombia dan hasilnya disumbangkan untuk mengatasi kemiskinan masyarakat setempat.

Ringkasan The Myth of Sisypus dapat diunduh di sini.

Diolah dari berbagai sumber.

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan