Televisi Di Ruang Tamu dan Pelawak Yang Tidak Lucu

Begini, karena saya yang membeli televisi di ruang tamu itu, dan bukan kau yang membelinya, bukan pula hadiah atau gratisan atau bantuan pemerintah dan semacamnya, maka saya pastikan kalau itu barang milik saya. Tahukan, arti barang yang sudah dibeli dan jadi milik pribadi? sama halnya kalau kau membeli sebuah handphone dan karena benda itu ternyata jelek kau bisa membantingnya lalu memaki-maki. Sebab, bagaimana pun itu uangmu, kan?

Bukan jeleknya televisi yang dipermasalahkan. Teve itu 21 inci layarnya, datar dan bagus kalau menonton bola. Ketika siaran bola sedang berlangsung semuanya akan baik-baik saja. Kau bisa duduk berlipat kaki di tengah sofa dengan roti bakar dan segelas kopi, berteriak-teriak jika gol dicetak dan memaki wasit jika tim andalanmu kalah. Hal seperti itu, bagi saya sangat fair; televisi yang saya beli telah menghibur saya dengan caranya.

Namun, betapa tolol dan sialannya benda itu, misalnya ketika kau sedang mencari-cari saluran yang bagus namun kebanyakan malah mempertontonkan artis abal-abal yang mencoba melawak namun lawakannya kering kerontang, kosong, sama kosongnya dengan tong sampah sehabis dikuras. Kau bisa melihat mereka, sekelompok orang yang merasa kalau mereka bisa menghibur itu, berjalan-jalan di depan kamera dan sekonyong-konyong mencoba membuat lucu dari materi tidak lucu, yang…ya ampun, kok televisi saya ini mau saja menampilkannya?!

Anehnya, saya masih terus pindah-pindah saluran, berharap dengan sedikit keajaiban menemukan satu-dua acara komedi yang memang lucu. Kenapa tidak dibuang saja teve itu?

ilustrasi: google

,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan