56jrdUZ-

Teman Ahok, Politik dan Pluralitas

Pertama-tama saya tertarik untuk menulis tulisan ini karena kekaguman saya atas sikap dan tindakan anak-anak muda Jakarta yang tergabung dalam kelompok Teman Ahok. Atas penilain dan pertimbangan, saya merasa bahwa apa yang dilakukan anak-anak muda Jakarta ini patut untuk dicontohi oleh kaum muda zaman sekarang ini lebih khusus dalam konteks ke- Indonesia-an, anak-anak muda Jakarta patut menjadi contoh bagi anak muda lain, untuk bagaimana di era moderen ini mengambil sikap secara cerdas terlibat dalam politik dan membangun masyarakat.

Saya merasa apa yang telah diperbuat oleh anak-anak muda Jakarta yang tergabung dalam kelompok Teman Ahok begitu inspiratif, cerdas dan berani sebab mereka semua yang tergabung dalam Teman Ahok benar-benar mengambil sikap untuk mengusung calon pemimpin yang mereka anggap baik dan pantas untuk memimpin Jakarta ke depan. Pertimbangan untuk mendukung pastinya telah didahului refleksi yang panjang dan mendalam untuk sampai pada putusan mendukung Ahok.

Titik fokus tulisan ini adalah pembahasan tentang keberanian anak-anak muda Jakarta, maka tulisan ini seperti memberi informasi namun ada sisi reflektifnya yaitu pada sisi pluralitas dan contoh yang harus ditiru oleh anak-anak muda Indonesia untuk lebih aktif dalam perpolitikan dan penghargaan pluralitas yang menjadi harta terindah bangsa Indonesia.

Teman Ahok

Menarik bila kita terus mengikuti geliat pesta demokrasi yang akan terjadi pada tahun 2017 nanti. Kemenarikan itu paling panas datang dari daerah Ibu Kota DKI Jakarta. Saya tidak akan membahas tentang pribadi Ahok. Yang mau saya bahas adalah anak-anak muda Jakarta yang tergabung dalam Teman Ahok yang berani mengambil sikap mendukung Ahok secara total dan penuh.

Kepercayaan anak-anak muda pada Ahok bersumber dari cara memimpin Ahok. Mereka percaya bahwa Ahok adalah tipe pemimpin yang dinantikan dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat DKI. Dan Ahok sudah menunjukannya dengan membangun kota Jakarta ke arah yang baik. Itulah alasan utama para anak muda mendukung Ahok.

Anak muda Jakarta bersatu menggalang dukungan untuk Ahok. Bukan perkara mudah bagi mereka sebab mereka harus mengumpulkan KTP agar Ahok dapat maju lewat jalur independen. Mereka yakin jalur independen lebih transparan dari pada lewat partai. Menggunakan kemajuan teknologi adalah cara pandai yang mereka gunakan untuk menggalang dukungan. Mereka bekerja dengan dana yang mereka hasilkan sendiri tanpa bantuan bahkan dari Ahok sendiri. Hal itulah yang banyak menimbulkan kecurigaan namun anak-anak muda itu punya bukti yang jelas. Salut untuk anak-anak muda Jakarta.
Anak-anak muda Jakarta memang lihai sekaligus pandai. Ada banyak tokoh yang tidak suka pada Ahok. Mereka mencerca Teman Ahok. Namun Teman Ahok secara pandai pula menjawabi segala keraguan orang-orang yang menentang Ahok. Sekali lagi salut untuk anak-anak muda Jakarta. Mereka telah menampilkan kapasitas sebagai anak-anak muda yang cerdas.

Tak dapat dielakan bahwa tidak banyak kaum muda zaman sekarang yang terkungkung dalam penjara modernitas. Mendewakan teknologi sehingga melupakan tugas utama sebagai seorang pelajar dan masyarakat cerdas yang harus aktif berpolitik. Juga terperangkap dalam perkembangan zaman yang tidak jelas membuat anak-anak muda kita zaman sekarang ini lebih sibuk merokok, miras, bolos sekolah, tawuran dan masih banyak lagi sikap buruk lainnya. Yang lebih parah lagi anak muda juga rentan dan ikut dalam organisasi yang mengusung ideologi agama yang berakhir pada kekerasan. Fonomena munculnya Teman Ahok seharusnya menjadi pembelajaran bagi anak-anak muda kita untuk sadar dalam memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menunjang hidup sendiri sekaligus hidup bersama. Misalnya mengunakan teknologi untuk aktif dalam berpolitik adalah tindakan yang patut diapresiasi seperti yang dilakukan oleh Teman Ahok.

Anak muda itu cerdas, berani dan tak takut tantangan. Seperti kata Sukarno, “Berikanlah kapadaku 10 pemuda dan kami akan mengguncangkan dunia.” Kata-kata Sukarno tepat. Anak muda memiliki otak yang cerdas, otot yang kuat. Anak muda pastinya akan lebih bersuara lantang menggoncangkan dunia dengan pemikiran-pemikiran mereka yang brilian. Jiwa anak muda adalah jiwa pemberani, hal itu nampak dalam diri Teman Ahok.

Pluralitas

Pluralitas merupakan fakta yang tak terbantahkan dalam kehidupan kita. Pluralitas merupakan harta berharga manusia yang jika dihargai merupakan aset penunjang hidup bersama yang tak akan lekang oleh waktu. Hannah Arendt secara singkat mendefensikan politik sebagai pluralitas. Bagi Hannah politik sebagai kebersamaan yang saling mengait dalam kebhinekaan. Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam masyarakat memampukan masyarakat bertindak untuk memahami masyarakat lain. Dengan bertindak masyarakat berusaha membangun relasi dengan masyarakat lain dan relasi itu hanya terbangun lewat komunikasi (Mokos, dalam opini Pos Kupang, 02/01/2016: 4). Konsep Hannah jelas, jika komunikasi yang baik terjalin dalam masyarakat, politik akan baik pula, dan jika politik pada jalur yang baik pluralitas akan begitu dihargai oleh masyarakat.

Emanuel Levinas secara lebih radikal mendefenisikan pluralitas sebagai diri manusia itu sendiri. Bagi Levinas, wajah adalah tempat wahyu keadilan. Keadilan terletak dalam usaha mengakui yang lain menurut keberlainannya. Artinya ketika saya menghargai yang lain saya berusaha menciptakan keadilan di dalam masyarakat dan dengan demikian saya juga menciptakan keadilan bagi diri saya sendiri bahwa orang lain akan menghargai saya.

Teman Ahok adalah anak-anak Jakarta. Itu berarti kelompok ini lepas dan jauh dari SARA. Mereka semua satu. Bukan islam, kristen, atau berlabel agama lainnya. Mereka Teman Ahok pendukung Ahok yang juga belum tentu seagama dengan mereka. Bagi mereka komunikasi yang baik menghasilkan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik akan menghargai pluralitas untuk menciptakan keadilan bagi semua orang. Mereka mendukung Ahok bukan karena label agama tetapi karena Ahok pemimpin yang baik. Ini merupakan contoh yang baik bagi kaum muda untuk lebih menghargai pluralitas sebagai aset bangsa sebab menghargai pluralitas berarti menciptakan politik yang adil.

Ajang Pemilihan Kepala Daerah sebenarnya adalah jalan untuk bersatu dan penghargaan terhadap keberagaman. Sebab dalam politik kita mencoba menciptakan politik yang adil. Anak-anak muda Jakarta telah mengambil sikap secara berani mendukung Ahok, bagaimana dengan anak muda Indonesia? Apa sikap yang akan dilakukan anak muda Indonesia untuk secara cerdas aktif dalam politik? Masyarakat tentu sangat menantikan gebrakan baru dari anak-anak muda Indonesia. Semoga!

, ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan