kalimat-pembuka-cerita-yang-baik

Tentang Pembuka Cerita yang Baik

Salah satu kekuatan cerpen mungkin terletak pada paragraf atau bahkan kalimat pertama pembuka cerita. Saya menyangka begitu karena beberapa cerpen yang memberikan efek psikologis terhadap saya, kebanyakan mempunyai kalimat pembuka cerita dan atau paragraf yang wah! Efek psikologis yang saya maksud ini adalah ketika saya baru mulai membacanya saya tidak jadi mengantuk, tidak pergi kemana-mana hingga cerpennya selesai, dan setelah cerpen usai saya masih dapat mengingat bunyi paragraf atau kalimat pembuka ceritanya.

Saya masih ingat yang pernah saya baca. Barangkali ini bisa menjadi contoh kalimat pembuka atau contoh paragraf pembuka sebuah cerita yang baik.

“Lelaki yang tahu apa yang akan kukatakan duduk di sampingku di dalam pesawat, seulas senyum dungu menyilangi wajahnya. Ini hal yang menyebalkan tentangnya, fakta bahwa ia tidak cerdas atau bahkan sensitif, meskipun begitu ia tahu kalimat tersebut dan memutuskan untuk mengatakannya, seluruh kalimat yang aku ingin mengatakannya, tiga detik sebelumku.”

Etgar Keret dalam Mystique. Saya membaca cerpen ini pertama kali diterjemahkan oleh Eka Kurniawan, lalu saya membaca cerpen Keret yang lain dan menemukan hal yang nyaris sama, sehingga saya akhirnya terpancing untuk memburu cerpen-cerpen Etgar Keret lainnya hanya karena sesuatu yang dia tanam pada setiap awal cerpennya.

“Suatu pagi yang cerah di bulan April, di pinggiran jalan sempit di Harajuku, sebuah area perbelanjaan di Tokyo, aku berjalan melewati seorang gadis yang 100% sempurna.” Haruki Murakami dalam Gadis Yang 100% Sempurna. Saya pikir cerpen ini salah satu cerpen Murakami yang popular. Saat membaca bagian awal dari cerpen ini, saya bertanya-tanya seperti apa bentuk seorang gadis yang bisa dikatakan 100% sempurna itu.

“Ada seorang laki-laki yang hidup di sebuah padang pintu.” Ben Loory dalam Tembok Misterius. Ini cerpen yang aneh, yang sayangnya saya tertarik sekali.

“Senator Onésimo Sánchez hanya punya sisa waktu enam bulan sebelas hari sebelum dijemput maut kala dia menemukan perempuan idamannya.” Gabriel G. Marquez dalam Maut Lebih Kejam Daripada Cinta. Gabriel Marquez menurut kebanyakan pembaca dan penulis diyakini sebagai salah satu maestro sastra dunia. Hampir semua tulisannya menarik orang, dan ini hanya salah satu yang saya hadirkan.

“Aku menjauh dari trotoar, berjalan mundur beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!”.” Italo Calvino dalam Teresa. Saya suka membaca paragraf awal dari cerpen ini, meskipun Calvino menggambarkan sebuah hal yang sepele, tetapi gambaran yang dia tulis ini memikat menurut saya.

Begitulah, benar atau salah, bagi saya paragraf atau kalimat pembuka cerita yang seperti di atas itu semacam energi yang membakar hulu ledak sehingga menghasilkan gema bahkan hingga akhir cerita. Kau bisa bisa menggebrak, menggertak, berteriak, bernyanyi, berbisik atau pun bersiul di paragraf atau kalimat pertamamu; selama kau bisa menahan pembaca untuk tidak beranjak dari tempat, maka kau mungkin berhasil dengan ceritamu dan pembaca ceritamu memberi ekspresi “WOW…”

Baca juga:

Sumber ilustrasi Pulsk

, , , , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan