pagerank-popularitas-puisi-esai

Menyoal Popularitas Puisi Esai

Polemik buku 33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh tampaknya masih akan panjang. Ini tak terlepas dari hiruk pikuknya para sastrawan menulis puisi esai. Popularitas puisi esai melejit. Apa yang harus dijelaskan soal popularitas puisi esai ini? Hari ini (22/1), Ahmad Gaus melalui blog pribadinya memberi respon untuk menjawab pertanyaan beberapa pihak yang menyoal pendanaan program pembuatan buku tersebut. Pada artikel tersebut, terdapat satu hal yang perlu saya kutip kembali di sini sebagai berikut:

Tentang pertanyaan mengapa nama Denny JA masuk ke dalam daftar itu, jawaban saya adalah, justru aneh kalau nama dia tidak masuk. Sebab, dialah yang paling fenomenal dengan puisi esainya sekarang ini. Denny JA adalah wakil kontemporer dari dinamika sastra dalam 3 tahun terakhir. Sampai saat ini saya belum mendengar ada penyair yang karya puisinya dibaca oleh begitu banyak orang seperti puisi esai yang digagas oleh Denny JA. Hanya satu tahun setelah buku puisi esainya yang berjudul Atas Nama Cinta dipublikasikan di web (2012), puisi itu dibaca oleh hampir 8 juta orang dengan ribuan respon, seperti bisa dilihat di website puisi-esai.com. Sebagai perbandingan, di kalangan selebriti saja, rekor semacam itu hanya bisa dicapai oleh Agnes Monica yang video youtube-nya “Matahariku” dihit oleh 7 juta netters.

Kemudian pada bagian “Puisi di Era Cyber” dapat kita simak:

Sekarang zaman sudah berubah. Sastra sekarang berkembang di dunia cyber. Ini juga yang mungkin tidak diperhatikan oleh para sastrawan kita. Padahal saat ini kebanyakan anak muda tidak membaca puisi kecuali di internet. Denny JA melihat peluang itu untuk menyosialisasikan karya-karya puisinya. Dan dia berhasil memkampanyekan temuan barunya itu (puisi esai) melalui website yang diakses oleh banyak orang….

…Tim 8 memilih Denny JA karena sesuai dengan kriteria yang dibuat, terutama kriteria nomor 4 yaitu: “Dia menempati posisi pencetus atau perintis gerakan baru yang kemudian melahirkan pengikut, penggerak, atau bahkan penentang, dan akhirnya menjadi semacam konvensi, fenomena, dan paradigma baru dalam kesusastraan Indonesia.”

Soal Popularitas Puisi Esai

Sebagai blogger, saya tidak ingin mengomentari puisi esai yang disebut temuan baru tersebut. Juga bukan kapasitas saya untuk memberi sanggahan atau penjelasan fenomena bersastra di dunia maya. Anda bisa googling dengan mudah mencari blog-blog unik dan menarik tentang sastra. Saya justeru tertarik dengan popularitas puisi esai di website tersebut yang kemudian oleh Ahmad Gaus dijadikan ‘legitimasi’ keberterimaan umum yang disebut puisi esai. Soal keberterimaan umum, biarlah orang lain yang mengupasnya (jika ada yang tertarik).

Blogger-blogger pasti akan lebih ngiler melihat statistik website yang luar biasa tersebut. Mereka pasti akan mencari tahu bagaimana caranya untuk menghasilkan traffik sebesar itu. Ahmad Gaus sendiri juga menulis di blognya dan bisa kita lihat traffiknya, sekitar 16 ribu pengunjung dalam kurun waktu Oktober 2012 sampai dengan Januari 2014. Sangat jauh jika dibandingkan dengan situs puisi-esai yang mencapai traffik 7 jutaan dalam satu tahun. Situs puisi esai juga disebut Ahmad Gaus mengalahkan tayangan youtube Agnes Monica yang mendapat 7 juta lebih pengunjung sejak Mei 2008. Dengan kata lain, youtube membutuhkan waktu 5 tahun untuk jumlah pengunjung tersebut.

Blogger-blogger dan pemasang iklan (advertiser) biasanya menguji popularitas dengan melihat pagerank situs yang diminati. Jika Anda awam dengan istilah pagerank ini, Anda bisa membukanya dengan klik link pagerank ini. Sederhananya, traffik yang besar kemungkinan besar mempunyai pagerank tinggi. Dengan kata lain, banyak link masuk dan keluar di situs tersebut. Kenapa blogger mencari ini? Sebab dengan menempel pada situs ber-pagerank tinggi, popularitas blognya akan ikut terdongkrak.Cara yang mudah untuk mencari tahu, kita buka Google Pagerank dan kita bisa lihat berapa pagerank untuk situs puisi esai yang terdaftar di jejaring dunia maya pada tanggal 31 Januari 2012 ini. Jika Anda mendapat nilai 1/10 berarti sama dengan gambar berikut.

pagerank puisi esai

Tidak yakin dengan hasil tersebut? Kita coba pakai situs lain: Pagerank Info. Jika Anda mendapatkan hasil 1/10 juga, berarti sama dengan gambar berikut ini.

pagerank puisi-esai

Dengan demikian maka dua situs menunjukkan hasil yang sama: 1 dari 10. Nilai satu berarti popularitasnya di dunia maya buruk. Lalu darimana traffik tersebut berasal?

Bagi blogger yang berminat mempelajari statistik visitor, ada situs yang menyediakan alat menghitung kunjungan ke situs Anda. Misalnya situs freebloghitcounter   atau Flagcounter. Alat-alat pengukur statistik umumnya hanya menyediakan dua jenis kunjungan yaitu berdasarkan visitor (manusia yang berkunjung) dan pageviews (manusia yang meng-klik laman website).  Berikut gambar untuk salah satu alat penghitung klik (hit counter) yang tertanam pada situs.

plugin-wordpress-hit-counter-puisi-esai

Pada tampilan gambar, terdapat istilah unique visitor. Ini adalah istilah untuk satu pengunjung unik (berdasarkan IP Address pengunjung). Hal yang sering terjadi adalah satu pengunjung melakukan klik berkali-kali atas situs yang dikunjungi dan klik ini dinamakan pageviews. Beberapa blogger melakukan setting hit counter dengan mengabaikan unique visitor agar blognya tampak ramai pengunjung. Jika ia sendiri (pemilik blog) pada hari yang sama melakukan update situs atau membuka-buka blognya, kliknya akan dihitung, meskipun pengunjungnya tidak ada. Blogger yang mengejar kualitas situs tidak akan mau menipu diri sendiri semacam itu. Ia akan melakukan setting unique visitor agar mengetahui seberapa kuat daya tarik blognya di mata pengunjung. Pada alat yang lebih canggih lagi, hit counter dibedakan menjadi tiga, yaitu unique visitor, pageviews dan perambahan oleh robot (mesin).  Jika semua digabungkan maka hit counter bisa saja sangat banyak meskipun pengunjungnya hanya beberapa orang atau orangnya “itu-itu melulu”.

Ahmad Gaus tidak menjelaskan (atau memang belum tahu) angka terpampang di situs tersebut apakah unique visitor atau hit counter. Jika pembaca ingin mengujinya, caranya sederhana, bukalah situs tersebut dengan beberapa perangkat yang berbeda-beda. Bisa dua atau tiga komputer di warnet. Bukalah situs tersebut secara bersamaan, dan perhatikan apakah angkanya berubah atau tidak. Setelah terbuka, cobalah klik terus secara bergantian dan bukalah link-link yang ada di situs tersebut dan perhatikan apakah angkanya berubah atau tidak. Jika angka berubah seiring dengan klik Anda, berarti yang dihitung adalah hit counter. Saya mencoba mengamati statistik blog tersebut. Pada pukul 15.00 tanggal 22/1 menunjukkan angka 540.261.

statistik-popularitas-puisi-esai

Dan pada pukul 21.00 menunjukkan angka 563.363.

jumlah-hit-website-puisi-esai

Hanya dalam waktu kurang lebih 6 jam, situs tersebut diklik lebih dari 23.000. Luar biasa! Dan sampai pukul 23.00 angka tersebut tidak berubah, dengan kata lain, selama dua jam tidak ada pengunjung. Aneh!

Memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi hit counter, angka 8 juta kunjungan yang dijadikan alasan Ahmad Gaus, tidak serta merta menunjukkan popularitas situs tersebut. Apalagi jika memperhatikan pagerank situs tersebut yang masih dalam kategori buruk. Lebih tidak beralasan lagi menjadikannya dasar memasukkan nama Denny JA dalam kategori tokoh sastra paling berpengaruh.

Atau barangkali Ahmad Gaus bersedia membantu menjelaskan bagaimana dan darimana angka 8 juta yang menjadi dasar klaim popularitas puisi esai tersebut. Penjelasan juga akan sangat membantu para blogger untuk meningkatkan popularitas blognya.

Bagi blogger, sangat disarankan untuk mengacu pada unique visitor. Itulah ukuran sebenarnya daya tarik blog Anda. Jangan mencoba mengelabui mesin jika Anda tidak cukup paham bagaimana melakukannya. Tetaplah otentik menjadi diri Anda. Salam blogger.

Ragil Koentjorodjati, blogger pengelola situs RetakanKata

, , ,

19 tanggapan ke Menyoal Popularitas Puisi Esai

  1. Sigit JH 23 Januari 2014 pada 09:57 #

    Wah, seru juga yah artikel terkait buku yang satu ini. Setelah selesai membaca, secara keseluruhan saya berpendapat (walau sekadar spekulasi) hanya ada satu faktor utama tingginya hit point situs puisi-esai.com itu: lomba puisi yang Denny JA adakan. Coba deh perhatikan hadiah lomba tersebut yang pasti bisa bikin ngiler para surfer. Dan kalau spekulasi ini benar, maka pembaca tentu lebih “terpengaruh” pada puisi esainya tapi uangnya. Ada yang berminat memastikan spekulasi ini? Hehe…

    • Redaksi 23 Januari 2014 pada 10:06 #

      kita lihat saja nanti mas 🙂

  2. boy mihaballo 23 Januari 2014 pada 00:57 #

    wah iya, saat bersamaan barusan saya baca puisi-esai.com, tulisan ahmad gaus dan kemudian tulisan anda ini.
    pada saat saya membaca puisi-esai.com saya tidak tertarik untuk membaca puisinya yang “dipuja-puja” segelintir “dewa”, karena itu cuma puisi cerewet yang mirip orasi caleg.
    apakah ini genre baru? tentu tidak, saya yakin itu.
    lalu kaitannya dengan sastra cyber? tidak nampak secuilpun, karena ini puisi biasa yang di posting ke internet. Itu saja. Tidak baru.
    Tidak ada upaya memadukan data-data seperti gambar, grafik, font yang diberi efek, audio atau lainnya seperti layaknya tampilan data di internet. Ini cuma tulisan di kertas yang di copy-paste ke blog. Kebetulan tulisan itu puisi dan yang buat seorang Denny JA. Tapi bila dibilang ini genre sastra cyber, ITU PEMBODOHAN!
    Hal lain yg membuat saya tertarik menelisik lebih dalam ialah jumlah pengunjung yang ruarr biazzaa… Saya lihat komentar-komentarnya, lalu jadi curiga. misalnya (untuk yg singkat saja) di video puisi Sapu tangan Fang Yin.
    Ada 3 komentar (tambah satu yaitu saya tapi masih menunggu moderasi). Rizman Fadel dengan link twitter.com/Rizman_fadel ternyata tidak diketemukan di twitter.
    Lalu Halimah Munawir (tanpa tautan) dengan puja-puji setinggi pohon pisang. Dan satu lagi AXTRUECICGR dengan link yang tidak ada.
    Kesimpulan saya atas laman Sapu Tangan Fang Yin (versi video) tersebut dikomentari oleh orang-orang yang tidak jelas keberadaannya.
    Saya belum menelisik komentar-komentar di puisi yang lain, karena saya tak mau menghabiskan waktu saya untuk membaca komentar-komentar palsu dari “penyair wannabe” tersebut.
    Terima kasih atas tulisannya.

    • Redaksi 23 Januari 2014 pada 09:07 #

      terima kasih juga sudah mampir dan memberikan informasi berguna bagi khalayak.

Tinggalkan Balasan