pendidikan-di-finlandia

Belajar Masalah Pendidikan di Finlandia

Di bulan Desember tahun 2001, Finlandia mencatatkan sebuah prestasi yang membanggakan. Prestasi ini juga sekaligus mengejutkan semua pihak. Pada tahun itu, Finlandia memperoleh nilai tertinggi dalam pagelaran pertama Program Penilaian Siswa Internasional atau biasa dikenal dengan sebutan PISA (Programme for International Student Assessment).

Prestasi ini rupanya memantik rasa penasaran berbagai pihak dari seluruh belahan dunia tentang sistem pendidikan Finlandia. Sistem pendidikan Finlandia berbeda dengan sistem pendidikan di Jepang, atau sistem pendidikan ala Ki Hajar Dewantara di Indonesia. Sistem pendidikan di Finlandia termasyhur dengan pekerjaan rumah (PR) yang sedikit, ujian yang tidak distandardisasi, dan jam pelajaran yang relatif singkat. Rasa penasaran tersebut akhirnya terjawab pada tahun 2017 lewat sebuah buku karya Timothy D. Walker yang berjudul Teach Like Finland.

Meskipun telah terbit beberapa tahun yang lalu, buku ini tak akan pernah kadaluwarsa. Terbukti hingga Juli 2019, buku ini telah dicetak ulang sebanyak sembilan kali. Prinsip, sistem, dan cara mengajar dalam buku ini akan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Mungkin ilmu pengetahuan akan berubah dan bertambah, namun cara mengajar yang menyenangkan adalah hal yang berada di luar ilmu pengetahuan.

pendidikan-di-finlandia

Judul: Mengajar Seperti Finlandia (Terjemahan dari Teach Like Finland)
Penulis: Timothy D. Walker
Alih Bahasa: Fransiskus Wicakso
Penerbit    : Penerbit Grasindo
Cetakan: IX, Juli 2019
Tebal: 198 halaman
ISBN : 978-602-452-044-1

Secara umum, buku ini berisi tentang 33 strategi sederhana yang dapat digunakan untuk membuat suasana kelas yang menyenangkan, yang diilhami dari pengalaman seorang guru berkebangsaan Amerika yang telah mengajar di Finlandia. Faktor inilah yang sekaligus menjadi nilai lebih dari buku ini. Sebuah buku yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, sehingga semua strategi yang diungkapkan di dalamnya telah diujicobakan kepada siswa siswa Finlandia dan berhasil.

Hal yang perlu digarisbawahi menurut Timothy D. Walker adalah para pengajar di Finlandia sejatinya tidak memiliki strategi mengajar yang inovatif, justru mereka mengadopsi dari Amerika Utara dan negara-negara lainnya untuk masalah inovasi pedagogis (halaman xxviii). Faktor utama di balik keberhasilan siswa Finlandia bertengger di puncak dalam pagelaran PISA adalah prinsip pengajar Finlandia yang yang lebih menghargai kebahagiaan daripada pencapaian.

Atas dasar prinsip inilah, penciptaan suasana kelas yang menyenangkan menjadi tujuan menyeluruh di kelas-kelas Finlandia. Keberadaan emosi-emosi positif di dalam kelas akan dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan sosial. Timothy D. Walker juga menambahkan bahwa tekanan untuk menjadi yang terbaik (karena menganggap pencapaian lebih penting daripada kebahagiaan) membuat angka bunuh diri siswa kelas menengah di California mengalami kenaikan yang tinggi (halaman 5). Beranjak dari fakta ini, prinsip pendidik Finlandia tentang kebahagiaan di atas pencapaian agaknya memang perlu untuk diterapkan.

Selain prinsip, para pendidik di Finlandia juga membiasakan diri untuk bekerja cerdas, bukan bekerja keras (halaman 26). Artinya, para pendidik Finlandia mampu membatasi batas kekuatan mereka agar kondisi stamina tubuh tetap terjaga. Kebanyakan beranggapan bahwa seorang pendidik yang sukses adalah mereka yang bekerja penuh setiap hari, hingga mengabaikan jam istirahat; mengacuhkan pola makan; bahkan mengorbankan waktu bersama keluarga. Bagi para pendidik Finlandia, pendidik yang seperti ini adalah seorang pendidik yang tidak bekerja secara cerdas.

Rasa lelah yang kelewat batas hanya akan menyisakan rasa cemas yang berujung pada rasa ingin undur diri dari profesi mendidik (halaman 26). Pendidik yang cerdas dapat memahami urgensi meninggalkan sekolah untuk merecharge agar esok tetap kuat sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

Masih banyak hal-hal tentang pembelajaran yang dapat dipelajari dari buku setebal 198 halaman ini, namun membahas semuanya dalam tulisan ini adalah sebuah dosa besar. Ringkasan hanyalah jembatan untuk membawa ke pulau seberang, sementara keindahan pulau hanya dapat dinikmati dengan menjelajahinya sendiri. Selamat membaca!

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan