HB. Jassin: Paus Sastra dari Gorontalo

Jika menyinggung masalah kesusastraan Indonesia, sosok HB. Jassin akan selalu terlibat di dalamnya. Siapa dia? Bagi mereka yang mencintai dunia satra tanah air sosok tersebut tidaklah asing. HB. Jassin adalah seorang kritikus, penyunting, pengarang, dan dokumentator. Konstribusi terbesarnya pada dunia satra tanah air adalah dengan terwujudnya PDS atau Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin.

Jassin begitu dia dipanggil lahir 31 Juli 1917 di Gorontalo dari seorang ayah bernama Bague Mantu Jassin dan ibu Habiba Jau. Jassin dibesarkan dalam lingkup keluarga muslim yang taat. Minatnya terhadap dokumentasi terlihat sejak dia berumur 10 tahun. Jassin sudah senang menyimpan buku-bukunya dengan rapi. Jasssin tidak menghendaki buku-bukunya rusak dan sobek. Tugas-tugas sekolah dari guru sejak di HIS Balikpapan hingga Universitas Jassin simpan dengan baik.

Seperti yang dikatakannya pada peresmian PDS HB. Jassin tahun 1977, Jassin mengatakan bahwa dokumentasi adalah alat untuk memperpanjang ingatan, memperdalam dan memperluasnya. PDHS HB. Jassin merupakan pusat dokumentasi yang paling lengkap di dunia. Di sana terdapat tulisan tangan asli para sastrawan, surat, guntingan pers, makalah, majalah, tesis, skripsi, naskah drama dalam dan luar negeri, lukisan, kaset, mikrofilm hingga CD. Setelah nasib PDS HB. Jassin ini terkatung-katung, akhirnya pada pemerintahan Anies Baswedan pusat dokumentasi penuh sejarah ini resmi berada di bawah naungan Pemprov DKI.

Jassin menyebut bahwa tujuan dari dokumentasi sastra adalah untuk dimanfaatkan oleh kaum akademisi seperti mahasiswa jurusan sastra yang memerlukan banyak informasi guna keperluan tugas-tugas atau bahkan skripsi.

Sebagai kritikus, Jassin berhasil menemukan Chairil Anwar sebagai pencetus penyair angakatan 45.  Ya, pada masa itu seseorang belum dikatakan sebagai sastrawan jika belum “dibaptis’ oleh Jassin. Maka tidak berlebihan jika akhirnya dia dijuluki sebagai Paus Sastra Indonesia.

Pengetahuan Jassin tentang kesustraan tidak hanya ia dapat dari bangku sekolah yang ada di tanah air seperti UI, ia pun pernah menimba ilmu di Universitas Yale, Amerika Serikat dalam ilmu perbandingan sastra. Jassin kemudian menjadi dosen luar biasa untuk mata kuliah kesusastraan modern pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tahun 1972, Jassin mendapat Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia. Atas penghargaan itu, selama delapan Minggu Jassin mengunjungi pusat-pusat pengajaran budaya dan bahasa Malaysia/Indonesia di Australia.

Sebagai pecinta sastra, perjalanan Jassin tidaklah mulus. Ada jalan terjal yang harus dilalui, salah satunya adalah ketika Jassin terlibat dalam gerakan Manifes Kebudayaan. Jassin termasuk ke dalam salah satu tokoh di dalamnya. Manifes Kebudayaan berdiri dengan tujuan menentang LEKRA atau Lembaga Kebudayaan Rakyat. Sejak Manifes Kebudayaan dilarang oleh Bung Karno, Jassin menuai getahnya. Dia dipecat dari Fakultas Sastra UI. Pemecatan itu berlangsung hingga G-30 SPKI terjadi. Setelah itu Jassin kembali ke UI dan menjadi Lektor tetap untuk Fakultas Sastra UI.

Banyak karya Jassin yang tertuang dalam tulisannya baik itu puisi atau tulisan-tulisan non fiksi seperti kritikan. Kritikannya antara lain:

  • Tifa Penyair dan Daerahnya (1952)
  • Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei I-IV (1954, 1967; edisi baru, 1985)
  • Kisah: Sorotan Cerita Pendek (1961)
  • Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia (1983)
  • Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983)
  • Sastra Indonesia dan Perjuangan Bangsa (1993)
  • Koran dan Sastra Indonesia (1994)

Semua karya-karyanya, hasil kritikannya dan ketekunannya dalam mendokumentasikan sesuatu yang bebau sastra menjadi warisan besar bagi tanah air yang harus dirawat dengan baik. Berkat Jassin, kita yang hidup di zaman modern ini di mudahkan untuk mencari dokumentasi sastra di masa lalu beserta seluruh informasi apa saja yang menyangkut kesusastraan Indonesia.

Kini, sang kritikus telah tiada. Tepatnya 18 tahun lalu. Jassin meninggal pada tahun 2000 pada usia 83 tahun. Dia dimakamkan di Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Warisan terbesarnya berupa PDS HB. Jassin semoga tetap terjaga kelangsungannya jangan sampai apa yang telah diperjuangakan oleh Jassin selama hidupnya menjadi mati suri.

, ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan