jenis-dan-membuat-alur-cerita

Tujuh Alur Dasar: Dari Derita, Gapai Bahagia

Jenir alur kedua yang disodorkan Booker (2010)[1] adalah rags to riches. [Baca juga: Tujuh Alur Dasar: Menaklukkan Monster ] Dalam kamus Longman, rags to riches itu dimaknai dengan ‘cerita tentang seseorang yang menjadi sangat kaya setelah berawal dengan kehidupan yang sangat miskin.’ Akan tetapi, saya merasa makna itu kurang kena setelah mengamati beberapa cerita yang dicontohkan oleh Booker yang menggunakan jenis alur itu. Kekurangkenaan itu disebabkan bahwa yang ditonjolkan pada hakikatnya bukan semata-mata kemiskinan yang dialami oleh tokoh utama, tetapi pada penderitaan yang dialaminya. Pun, pada akhirnya (ending), bukan semata-mata tokoh utama memperoleh kekayaan, tetapi juga mencapai kebahagiaan. Jadi, atas pertimbangkan tersebut, saya merasa rags to riches—untuk kepentingan artikel ini—saya indonesiakan menjadi ‘dari derita, gapai bahagia’, dan Anda boleh juga menyebutnya, ‘dari penderitaan hingga kebahagiaan’, atau apa saja boleh.

Contoh cerita yang menggunakan jenis alur ini adalah Cinderella, Aladin dan Lampu Ajaib, Alibaba dan Empat Puluh Penyamun, dan The Ugly Duckling. Cerita-cerita itu mewakili cerita (rakyat) klasik dari luar yang pada level tertentu dianggap telah dikenali oleh masyarakat di belahan dunia mana pun. Dalam khazanah tradisional kita, dapatlah saya sebutkan contoh, antara lain Bawang Merah dan Bawang Putih dan Ande Ande Lumut. Sayangnya, saya belum membaca novel David Copperfield yang oleh Booker dianggap contoh penerapan alur ini dalam kesusastraan Barat. Mungkin Pembaca bisa menyebutkan novel dalam khazanah kesusastraan kita yang alurnya memiliki kemiripan dengan cerita-cerita yang saya sebutkan di atas?

jenis-alur-cerita

Alur ini memiliki lima tahapan. Pertama, initial wretchedness at home and the ‘Call’. Pada tahap pertama ini, kita diperkenalkan pada tokoh utama oleh penulis dengan menggunakan pernyataan-pernyataan (kalimat-kalimat) yang menunjukkan penderitaan yang dialami sang tokoh utama saat berada di rumah. Penderitaan itu terjadi sebab sang tokoh utama dikelilingi oleh tokoh-tokoh jahat yang melakukan penganiayaan dan penyiksaan pada dirinya. Fase atau tahapan ini berakhir saat terjadi sesuatu yang “memanggil” atau membuat sang tokoh utama harus keluar dari rumah tersebut. Misalnya, dalam cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, peristiwa itu adalah pakaian ibu tiri dan saudara tirinya yang terbawa arus hingga hanyut di sungai sehingga Bawang Putih harus mencari pakaian yang hanyut tersebut.

Kedua, out into the world, intial success. Meskipun pada fase ini, sang tokoh mengalami siksaan atau cobaan baru, tetapi ia menerima kesuksesan pertama sekalipun itu terbatas, dan menerima ramalan-ramalan tentang takdirnya yang luar biasa pada akhirnya. Bahkan, sang tokoh utama untuk pertama kalinya dipertemukan dengan “Putri” atau “Pangeran”. Perlu dicatat kata putri dan pangeran tidak selalu mengacu pada putri dan pangeran dalam arti sebenarnya. Pun, sang tokoh utama mampu mengatasi lawan-lawan, sekalipun itu masih belum secara total mengalahkan mereka, dan kondisi itu menunjukkan bahwa pada dasarnya sang tokoh utama belum siap menerima “untuk disempurnakan takdirnya”.

Ketiga, the central crisis. Dalam tahapan ini, segala sesuatu tiba-tiba menjadi kacau. Bayangan nasib kelam dari tokoh jahat kembali mengancam. Sang tokoh utama terpisah dari sesuatu yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya di dunia sehingga sang tokoh utama diliputi keputusasaan. Ia kehilangan kekuatannya. Inilah tahapan di mana sang tokoh utama mengalami kejadian paling buruk dalam cerita. Dalam cerita Aladin dan Lampu Ajaib, misalnya, peristiwa hilangnya lampu ajaib dari tangan Aladin.

Keempat, independence and the final ordeal. Pada fase ini, kita disajikan secara bertahap bagaimana sang tokoh utama mendapatkan “cahaya” baru yang akan membawanya keluar dari krisis. Sekalipun masih belum terpenuhi, mereka mencari pada dirinya sendiri sebuah kekuatan baru yang membebaskannya. Dalam perkembangan pada fase ini, sang tokoh utama akan menghadapi tantangan akhir yang biasanya berupa pertarungan hidup mati dengan tokoh hitam nan jahat. Inilah klimaks cerita yang membawa sang tokoh utama memusnahkan semua bayangan hitam dan mencapai tahapan akhir cerita.

Kelima, final union, completion, and fulfilment. Pada akhirnya, sang tokoh utama mendapatkan “hadiah” atau “ganjaran”, seperti dipersatukan dengan putri atau pangeran, berbesar hati memaafkan tokoh jahat dan mengajaknya bergabung di istana, atau bentuk-bentuk lainnya. Tapi, pernyataan akhir dari sang penulis menutup bagian ini adalah “Mereka pun hidup berbahagia selamanya”.

Wallahu a’lam

Tambun Selatan, 29 Juli 2015

[1] Booker, Christopher. 2010. The Seven Basic Plots: Why We Tell Stories. New York: Continuum.

, , , , , ,

Satu tanggapan ke Tujuh Alur Dasar: Dari Derita, Gapai Bahagia

  1. Dian Kelana 31 Juli 2015 pada 14:57 #

    Bagaimana dengan sengsara membawa nikmat?

Tinggalkan Balasan