brain-20424__480

Membuka Imajinasi

Pergi ke pantai. Lihat deburnya. Rasakan belaian anginnya. Dengarkan bisik pasirnya. Bayangkan bahwa engkau yang sendiri ini tengah berada pada pelukan kekasih. Atau engkau yang bersuka cita bermain buih-buihnya. Atau bayangkan tentang mereka para pecinta panorama yang senantiasa memburu senja. Memanjakan matanya dengan segala hamburan sinar merahnya yang memesona. Segala apa yang kau bayangkan lalu tuang lewat tulisan, lewat kata yang teruntai-membuai, atau terpampang lewat lukisan kanvas yang maha agung.

Di atas, adalah cara membuka imajinasi. Imajinasi datang dari sebuah pekerjaan “membayangkan”. Membayangkan apa saja yang ingin kau bayangkan. Membawa jauh fikiran ke kemayaan. Mengembangkan sebuah kisah, perasaan, pengalaman pribadi atau pengalaman orang, menjadi sebuah kisah yang lebih menarik, kadang dramatis, romantis atau bahkan cerita tersebut menjadi begitu tampak luwes bahkan terlihat menjadi sangat rumit. Begitulah sebuah karya tercipta, perlu imajinasi. Tak cukup hanya sekedar ditulis atau digores, sebab hasilnya akan terasa hampa tak bernyawa.

Nyawa. Ya, sebuah karya perlu nyawa. Sebab hal itu adalah unsur penting bagi sesuatu yang disebut kehidupan. Tanpa nyawa berarti dia mati. Seni pun demikian. Tanpa nyawa, seni itu mati. Imajinasi hadir sebagai ruh-nya seni. Dan ruh-nya seni dibangun dari fikiran dan hayalan yang terus berkelana.

Jangan takut untuk berandai-andai, bahkan setinggi langit pun. Bagi pecinta seni, ketika andai-andai tertuang dalam sebuah cerita atau dalam bentuk karya apapun yang merupakan bentuk pengekspresiannya, itulah puncak kepuasannya. Apalagi seni yang bernyawa itu bisa menghipnotis manusia lainnya dengan segala bentuk keindahan yang dihadirkan, maka tingkat kepuasannya akan semakin bertambah.

Jika cinta seni, jangan takut karyamu dikatakan buruk. Lihatkan saja! Pertontonkan saja! Sebab dalam seni, tidak ada yang disebut buruk apabila lahir dari sebuah pemikiran dan imajinasi. Dan imajinasi tidak bisa dibuat serta merta dan begitu saja. Masih sering kita dengar tentang orang yang mengeluh karena kehilangan inspirasi? Sejatinya itu bukan tak ada inspirasi, tapi karena miskin imajinasi. Jika ia adalah yang kaya akan imajinasi, sebutir pasir pun akan mudah menjadi inspirasinya. Karena begitu panjangnya perjalanan imajinasi, maka tidak ada alasan bagi seseorang untuk mengatakan ‘buruk’ terhadap sebuah karya seni.

Jangan ragu untuk membuka imajinasi. Mulailah dengan tema-tema kecil seperti dari diri sendiri, dari keluarga, dari ruang tidurmu, dari bunga-bunga yang kau tanam, dari tangisan manja si adik kecil atau dari lelaki tua pendorong gerobak yang tiap hari melewati pintu pagar rumahmu di tengah usianya yang renta. Mulailah untuk mengembangkan layar khayalmu selebar-lebar dan seluas-luasnya. Lalu jadikan tulisan, jadikan goresan-goresan gambar, jadikan dialog-dialog peran, atau jadikan nada-nada indah dalam lantunan musikal.

Seni bukan hanya sekedar bentuk pengekspresian diri, namun menghadirkan pula pesan-pesan moral. Untuk siapa? Untuk siapa saja yang menikmatinya. Karena seni hadir untuk dinikmati, maka belajarlah pula untuk menikmati indahnya perjalanan berimajinasi.

Apa kau sadar jika kau tengah berimajinasi kadang kau senyum-senyum sendiri?

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan