manusia-mau-apa

Sebenarnya Manusia Mau Apa

Memang benar bahwa pada dasarnya manusia memiliki daftar kemauan yang amat beragam. Mulai dari mau makan, mau minum, mau tidur, mau punya pacar, mau punya mobil mewah, mau punya gadged baru, mau jadi artis, mau jadi sutradara, mau jadi youtuber, bahkan ada juga mau cepat cepat gede supaya cepat nikah katanya. Dari sederatan daftar kemauan manusia itu dapat disederhanakan demikian bahwa manusia mau ini itu, mau punya ini itu, mau jadi ini itu, dan mau ini ini dan itu itu.

Namun, manusia dengan aneka kemauan yang dimilikinya itu justru dilanda kebingungan. Dan kebingungan itulah yang menjadikan manusia kadang-kadang stress, depresi, berhalusinasi, dan lain sebagainya yang membuatnya mengisolasikan diri dalam kesunyian kamar. Kamar baginya tempat yang mapan untuk menampung segala rasa yang bergemuruh dalam otak dan hatinya.

Semuanya muncul, barangkali akibat dari terlalu banyaknya kemauan yang ada di kepala sehingga manusia kebingungan sendiri untuk mendahulukan yang mana. Apalagi jika hal itu dibarengi dengan isi saku yang tidak seberapa maka beban di kepala semakin bertambah pula.

Sampai di sini, sudah bahwasannya manusia mesti lihai dalam mengatur kebutuhannya. Manusia mesti pandai mengatur segala kemauan yang ada. memang tidak salah kalau manusia – termasuk saya dan kau/kita – memiliki banyak kemauan. Toh itu sangatlah wajar. Hanya saja, perlu dipertimbangkan soal skala prioritas.

Kalau lapar ya manusia pasti maunya makan. Kalau haus ya mau minum. Tapi kalau mau kawin jangan ngegas ya. Sampai di sini rem-remlah. Ingat, halalin dulu anak orang! Untuk itu, segala kemauan sudah ada masa dan waktunya. Selain itu, mesti dipertimbangkan juga soal goceng dalam saku. Jangan sampai pengen punya mobil mewah tapi belum punya penghasilan tetap. Pokoknya, mesti sadar-sadar dirilah. Karena itu, cari dan daftarlah kemauan yang standar-standar saja sesuai dengan kondisi dan keadaan ‘saku’.

Akan tetapi, bukan berarti saya mau menghalangi manusia untuk bermimpi (harapan). Setiap manusia diharuskan punya mimpi. Sebab, dari mimpi orang akan berusaha dan berjuang untuk mewujudkannya. Tentu dengan cara yang halal, yakni kerja keras. Tentang hal ini, benarlah apa yang dikatakan oleh Edith Stein, seorang filsuf berkebangsaan Jerman, bahwa hidup ini merupakan sebuah rangkaian pilihan dan perjuangan; perjuangan yang terus-menerus untuk mewujudkan harapan. Karena itu, haram hukumnya bagi manusia untuk berhenti berharap. Harapan menjadi langkah awal bagi manusia untuk memantik semua potensi yang ada dalam dirinya. Melalui potensi tersebut manusia takkan pernah berhenti berusaha dan berjuang demi mewujudnyatakan harapannya.

Sehubungan dengan hal itu, dalam suatu kesempatan saya pernah bertanya kepada seorang anak kecil yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar; apa cita-cita atau harapannya jika sudah dewasa kelak? Sambil melirik kepada teman di sampingnya, ia pun secara spontan menjawab: saya mau jadi youtuber. Mendengar jawaban anak itu saya langsung mengacungkan jari jempol kepadanya. Tapi sebelum itu, saya sempat bertanya kepadanya soal kenapa dia mau jadi youtuber. Katanya, menjadi seorang youtuber itu menyenangkan, dikenal banyak orang dan dapat uang pula.

Inilah salah satu fakta yang sedang terjadi saat ini. Bahwa banyak manusia sekarang mulai tertarik untuk menjadi seorang youtuber. Hal itu wajar-wajar saja. Siapa pun boleh bermimpi untuk menjadi apa saja selama hal itu menyenangkan baginya. Entah dia mau jadi penari jalanan, penyanyi, beatboxer, pelukis, pejabat pemerintah, atau jadi youtuber – seperti anak kecil tadi – tidaklah jadi soal selama itu baik dan membuatnya bahagia. Jadi, sebenarnya kebahagiaan menjadi kunci utama dari setiap kemauan yang ada dalam diri manusia.

Untuk itu, jawaban atas pertanyaan; sebenarnya manusia mau apa? ialah kebahagiaan. Manusia mau bahagia dalam hidupnya. Tujuan utama dari aneka kemauan manusia ialah merasakan kebahagiaan yang ada di balik dari setiap kemauan itu. Ketika manusia lapar, tentu manusia maunya makan. Ketika sudah makan, dia merasa kenyang. Kenyang membuatnya bahagia.

Ya, sesungguhnya sulit untuk melihat kebahagiaan dari setiap kemauan yang dimiliki manusia. Misalnya saja manusia A menilai kebahagiaan yang terkandung dalam kemauan dari manusia B. Manusia A misalnya seorang penulis (artikel, cerpen, puisi, dan lain sebagainya) dan manusia B adalah seorang gamer. Tentu manusia A menilai biasa saja dan bahkan dia tidak merasakan ada sensasi kebahagiaan yang ada dalam kemauan dari manusia B. Demikian pun sebaliknya. Dalam persoalan tersebut, sangatlah tidak mungkin untuk menilai sisi kebahagiaan seseorang dari perspektifnya masing-masing. Bagaimana mungkin seorang penulis menilai seorang gamer perihal sensasi bahagia yang diperoleh dari profesinya? Dengan demikian, sesungguhnya masing-masing orang punya pandangannya sendiri soal sensasi bahagia yang dia dapatkan dari apa yang dia geluti dan mau. Setiap orang punya kemauannya masing-masing – sekalipun itu banyak – dan hal itu akan membuatnya terus berjuang dan bekerja keras demi mewujudkan apa yang diimpikannya. Tidak ada kemauaan yang dicapai tanpa melalui suatu perjuangan dan kerja keras. Ketika semuanya terwujud tentu ada kebahagiaan yang dirasakan.

Jadi, apa mau-nya kalian?

Kalau saya, untuk saat ini, hanya mau hidup soalnya covid-19 masih merajalela. Padahal ini sudah tahun 2021 loh, kok virusnya gak kelar-kelar?

, , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan