terbatas-waktu-kerja

Terbatas Waktu

Hidup itu ternyata bukan hanya tentang cinta, persahabatan, dan cita-cita. Tapi terkadang juga tentang kejadian tak terduga dan tiba-tiba yang membuat kita satu langkah lebih dekat dengan mimpi. Seperti kata Winston Churchill, “waktu tidak berpihak pada siapa pun. Tapi waktu dapat menjadi sahabat bagi mereka yang memperlakukannya dengan baik.” Sesingkat apapun waktu yang kita miliki, jika kita mampu membuat waktu, kerja keras, pantang menyerah dan doa bersahabat dengan diri, maka seakan-akan dunia berpihak pada kita.

***

Terik matahari siang ini tidak mengurangi semangat siswa siswi SMA Harapan Bangsa, salah satunya bernama Elza. Cewek cantik dan pintar itu terlihat sedang duduk di bawah pohon, menikmati hembusan angin sepoi-sepoi sambil membaca buku entah apa.

“Za! Gue cariin dari tadi ternyata…… ck,ck,ck! Mau jadi penunggu pohon lo? Nyaingin mak kunti?” yang hanya ditanggapi pandangan bosan dari Elza.

“ Apaan sih lo Wen? Sirik aja! Ngapain nyari gue? Mau mentraktir mie ayam?” kata Elza ketus.

Emang gue dompet elo! Lo dicariin pak Jae sayang!” balas Wenda dengan alay.

sayang-sayang kepala lo peyang! Eh, tunggu! Lo bilang gue dicari pak Jae?”

hu.um” balas Wenda sok imut.

“mampus gue!”

***

“tok..tok..tok” suara ketukan pintu terdengar di antara kebisingan sekolah pada jam istirahat.

“permisi, kata Wenda bapak mencari saya?” tanya Elza dengan sopan.

“ ya, duduk Elza! Jadi begini, tadi malam kepala sekolah mendapatkan telepon dari dinas. Menanyakan kesiapan kita dalam mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) tingkat provinsi. Padahal pihak sekolah baru mengetahui tentang hal ini. Setelah diselidiki, ternyata surat tugasnya dibekukan oleh SMK saingan sekolah kita. Lomba diadakan tanggal 20 Agustus, dua hari lagi. Dan kami telah sepakat menugaskan kamu. Apakah kamu siap?” jelas pak Jae.

“jadi, saya di sini bukan untuk dihukum pak?” tanya Elza bingung.

“Memangnya kesalahan apa yang telah kamu perbuat? minta saya hukum?”  kata pak Jae setengah bergurau.

“he.. he.. seingat saya sih nggak ada pak, jadi nggak perlu repot-repot.”

“Elza, Elza, kamu itu ada-ada saja. Jadi bagaimana, apakah kamu siap?” tanya pak Jae

“tapi pak, waktunya tinggal dua hari. Sedangkan saya tidak ada persiapan apapun.” Kata Elza menjelaskan keraguanya.

“begini Za, kamu tahu Winston Churchill? Beliau adalah Perdana Menteri Britania Raya pada tahun 1940-1945. Ada satu ungkapan beliau yang saya percaya sampai saat ini, mau dengar?  ‘Waktu tidak berpihak pada siapa pun. Tapi waktu dapat menjadi sahabat bagi mereka yang memperlakukannya dengan baik.’ Kamu itu seorang yang cerdas dan pekerja keras. Kamu hanya perlu bersahabat dengan waktu, berjuanglah sekuat tenaga, fight with your best abilities, dan terus berdoa agar membuahkan hasil yang maksimal.”

Elza pun termenung sesaat. Hatinya masih dipenuhi kebimbangan. “tapi pak, dengan keadaan kita sekarang apalagi hanya tersisa dua hari, apa yang bisa saya lakukan dengan waktu sesingkat itu? bagaimana jika saya hanya memperburuk keadaan?” tanya Elza menyuarakan keraguannya.

“seperti yang kamu ketahui, kita memiliki waktu yang sangat singkat. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik mungkin. Berdoa supaya kita bisa memberikan yang terbaik pada lomba kali ini.  Dan saya pikir tugas tadi cukup menarik untuk dijadikan sebagai tema KIR. Begini saja, sekarang kamu mencari bahan-bahan yang kamu butuhkan dengan Pak Budi. Nanti malam kamu menginap di rumah saya. Kiat lakukan percobaan yang sekiranya diperlukan untuk menyempurnakan apa yang sudah kamu mulai.  Besok kita baru bisa menyusun laporan.”

***

ELZA POV

Ku rasakan sinar keemasan nan hangat menerobos tirai kamarku, yang dengan kurang ajarnya mengganggu bobok cantik kesayanganku. Dua hari berlalu begitu cepat. Hari ini tanggal 20 Agustus 2015, yang artinya aku harus mengikuti lomba KIR. Sebenarnya, aku kurang percaya diri! Aku akan mewakili sekolahku dengan persiapan yang bisa dibilang asal-asalan. Uh! Apa yang bisa kamu dapatkan hanya dengan dua hari? Tapi, aku nggak mau perjuanganku berhari-hari untuk tugas waktu itu (yang aku nggak nyangka akan dilombakan) dan dua hari ini berakhir sia-sia. Mengkhianati kepercayaan orang tua, guru, dan teman—temanku. Aku tidak akan menyerah!

            ***

            Waktu terasa begitu cepat bergulir. Saatnya pengumuman pemenang lomba KIR telah tiba. Jantungku bertalu-talu. Keringat dingin membasahi dahi dan leherku. Aku begitu tegang saat ini. Walaupun sudah kusiapkan jauh-jauh hari sebelumnya mengenai kemungkinan terburuk, tetap saja saat ini terlalu menegangkan untuk kulalui dengan biasa saja.    

            “za, menurutmu kita juara ngaak?” tanya pak Jae.

            “ya saya tidak tahu pak. Tapi saya tidak terlalu muluk-muluk untuk bisa menang. Takut kalau jatuhkan sakit pak. ”  Jawab ku agak bingung dengan pertanyaan pak Jae. Kan beliau yang tahu hasilnya, tapi malah tanya aku sih?

            Pak Jae membuka map yang dibawanya dari tadi. Beliau memilah-milah mana yang akan diambil dari tumpukan kertas dalam map birunya.“ah kamu. Kenapa nggak mencoba untuk berpikir positif?”

            “Saya selalu berpikir positif pak, hanya saja saya takut jika berharap terlalu tinggi. Cukup realistis.” Aihhh, kenapa bertele-tele sih. Aku bisa penasaran kalau begini!

            Pak Jae menyerahkan kertas yang ia ambil dari map biru tebalnya tanpa berkata apapun lagi.

“pak ini palsu ya?” tanyaku setengah tak percaya.

            Pak Jae hanya mengangkat sebelah alisnya untuk menanggapiku.

            “nggak lucu ah pak!” kataku tidak percaya

            Pak J hanya diam menatap ketidakpercayaanku.

            ‘Ayah! Bunda! Aku berhasil!’ aku hampir menangis di hadapan pak Jae. Kertas itu menyebutkan bahwa aku berada di posisi ketiga! Walaupun bukan juaranya, tapi tetap saja sulit dipercaya, jika dilihat dari persiapan kami untuk menghadapi lomba. Jika kami yang berada di posisi pertama, Akan tidak adil bagi mereka yang benar-benar bekerja keras (kami juga berkerja keras tentu saja, hanya tidak sebanding dengan mereka). Dan tentu saja, hasil ini tidak lepas dari doa.

            “aku merasa dunia berpihak padaku” kataku dengan menatap lurus mata pak Jae, yang baru kali ini kulakukan.

, , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan