sumber gambar dari news.discovery.com

Memahami Emosi Zombie

Tak banyak orang yang menyukai ide tentang zombie–mayat hidup yang berjalan. Cerita yang penuh dengan adegan mengerikan seperti santap-menyantap daging yang berlumuran darah, mungkin memang menghantui benak bagi mereka yang menontonnya. Belum lagi para zombie yang mengerikan; bertubuh busuk dan wajahnya menjijikkan. Namun, jika kamu ingin menulis sebuah cerita penuh tragedi, tak ada salahnya untuk mencoba menonton film atau membaca novel tentang zombie, misalnya serial televisi The Walking Dead atau World War Z karangan Max Brooks. Kamu akan mendapatkan ide dan pengalaman yang mungkin tak akan ditemukan dalam cerita lainnya.

Menulis Cerita Tragis

Sebelum menulis cerita tragis, ada baiknya untuk memahami apa itu tragedi terlebih dulu. Sebuah cerita memang harus dapat menguras emosi pembacanya, atau, paling tidak, meninggalkan kesan ketika selesai dibaca. Hal seperti ini dapat disematkan dalam perjalanan alur; baik ketika konflik muncul ataupun ketika tahap penyelesaian diberikan oleh pengarang. Beberapa pengarang mungkin akan memberikan akhir kisah bahagia di mana sang putri menikahi pangeran yang dicintainya. Namun, cerita tragis, tidak seperti cerita yang mempunyai happy ending. Bisa saja ketika sang putri akan menikahi pangeran, pangerannya tiba-tiba mati ketika sedang dalam perjalanan menuju altar.

Untuk menulis cerita tragis, kamu tidak harus mengalami pengalaman tragis terlebih dulu. Kamu dapat mendapatkannya dari membaca buku atau menonton film tragis, misalnya film-film bertema zombie. Kamu akan memahami emosi yang ditampilkan dalam film atau buku-buku zombie itu. Dari situlah, kamu dapat menulis cerita tragedi yang dapat menguras emosi pembaca.

Memahami Emosi Zombie

Dalam berbagai film maupun buku, diceritakan bahwa zombie adalah orang mati yang hidup kembali, bisa berjalan dan berlari, namun sama sekali tidak mempunyai emosi. Mereka berubah menjadi zombie karena digigit oleh zombie; entah itu di bagian leher, tangan, maupun kaki. Istilahnya, mereka terinfeksi. Jika seseorang sudah berubah menjadi zombie, dia tidak akan ingat siapa dirinya, siapa ayah ibunya, anaknya, maupun tetangganya. Hanya satu hal yang bisa dilakukan zombie: memakan siapa atau apa saja yang hidup. Begitu terus dan terus. Tak peduli siapa yang dimakan, apakah itu kakek-neneknya ataupun paman bibinya, zombie akan tetap memakan mereka layaknya orang kelaparan yang sudah tidak makan berminggu-minggu.

Nah, di balik hal-hal yang membuat mual itu, kamu dapat menemukan ide-ide unik untuk menulis cerita tragis. Perhatikan beberapa contoh berikut.

  1. Buatlah motif terlebih dulu. Misalnya, motif kehilangan. Hal ini dapat membuat manusia sedih dan merasa bahwa hidupnya sia-sia. Dalam cerita zombie, orang-orang merasa sedih karena orang yang dicintainya telah berubah menjadi zombie, dan tidak mengenali siapapun. Meskipun secara fisik ada, mereka tidak dapat berinteraksi layaknya hari-hari kemarin.
    Motif kehilangan juga dapat kamu ceritakan dengan cara kecelakaan atau akibat bencana alam.
  2.  Ceritakan perubahan yang terjadi. Ceritakan dengan sederhana namun manis. Dari hal ini, kamu dapat mulai untuk menggelitik emosi pembaca. Dalam cerita zombie, orang-orang merindukan masa-masa di mana wabah zombie belum menyebar. Ruang makan yang hangat dengan suara televisi menyala tergantikan dengan suasana gelap, sunyi, dan mencekam. Di samping itu, sungguh menyakitkan melihat orang yang dicintai telah berubah menjadi makhluk berbahaya.
    Kamu dapat menceritakan perubahan yang dialami oleh si karakter utama. Misalnya, karena kehilangan orang yang dicintai, mendengarkan lagu kenangan saja sudah cukup membuat telinganya sakit. Atau karena kehilangan bagian tubuh tertentu, membuatnya merasa menjadi orang yang paling tak berguna di dunia.
  3. Berikan kebahagiaan. Siapa bilang cerita tragis harus selalu membuat pembacanya menangis? Buatlah beberapa kejadian menyedihkan di awal, kemudian berikan kebahagiaan di bagian tengah cerita. Buatlah karakter utama juga mengalami hal-hal yang menyenangkan yang membuatnya melupakan kesedihan.
    Kamu bisa juga membuat kejadian menyenangkan ketika hampir mendekati ending cerita, kemudian akhirilah dengan tragis. Dalam cerita zombie, ketika semuanya terlihat hampir berakhir–semua bahagia, tak ada yang terinfeksi dan ada tempat perlindungan yang aman, tiba-tiba ada orang yang digigit zombie di tempat tak terduga, dan semuanya harus dimulai dari awal lagi.
  4. Karakter dan konflik. Kamu harus berhati-hati dalam hal ini, karena karakter tokoh utama akan menentukan bagaimana ending ceritanya. Buat juga karakter antagonisnya. Jadi, selain mengalami konflik batin, karakter utama juga harus menghadapi konflik dari orang lain yang tidak mendukungnya. Karakter antagonis tidak harus orang asing, bisa juga dari kerabat dekat yang ternyata justru membuat segalanya menjadi lebih buruk.
    Dalam cerita zombie, keegoisan beberapa karakter yang ingin merebut segalanya: makanan, tempat perlindungan, dan senjata; dapat memicu konflik menjadi semakin rumit dan tragis. Sedangkan konflik batin misalnya, tidak tega menembak anggota keluarga yang telah menjadi zombie.
  5. Ending. Kamu dapat membuat ending tergantung dari karaktermu. Putuskan bagaimana kamu mengakhiri cerita yang kamu buat dengan tragis–mengingat yang kamu tulis adalah cerita tragedi. Kamu bisa membuat karakter utamamu–meskipun sudah menerima kenyataan yang ada, dia tetap tidak kuat menghadapinya dan menjadi gila akibat kejadian yang membuatnya teringat traumanya. Atau buat kejadian dalam ceritamu seakan berlangsung selamanya. Dalam cerita zombie, kebanyakan berakhir dengan ide bahwa wabah zombie sepertinya abadi; tak ada solusi untuk mengakhiri penyebaran infeksi.

Terlepas dari semua contoh di atas, yakinlah pada dirimu sendiri bahwa kamu dapat menulis cerita tragis yang dapat menguras emosi pembaca. Tragis bagi orang memang berbeda-beda. Bagi saya, cerita zombie adalah sesuatu yang tragis karena semua perasaan manusia terwakili di situ: kehilangan dan kematian, perubahan yang menyakitkan, keegoisan, dan seolah-olah semuanya tidak akan pernah berakhir. Kamu pasti mempunyai versi tragis sendiri. Hanya ingatlah: cerita tragis bukanlah cerita cengeng nan galau. Ada banyak cara kreatif untuk menceritakan sebuah cerita tragis dengan alur yang bagus.

, , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan