Ketika membaca judul buku terbaru Hendri Yulius –Lilith’s Bible, terlintas pertanyaan: Siapakah Lilith ini? Pertanyaan itu tidak mudah dijawab. Lilith adalah nama yang menyimpan banyak pertanyaan dan menjadi obyek penelitian para arkeolog dan ahli-ahli kitab. Ia telah menjadi legenda lebih dari 4000 tahun. Bahkan pada jaman ini, legenda lilith masih berkembang. Konon ia suka menjelma sebagai sosok makhluk cantik penggoda yang senang berhubungan badan dengan lelaki yang tertidur lelap. Ia adalah ratu iblis cantik jelita dan menggairahkan yang memilih siapa saja yang diinginkannya untuk melahirkan anak-anak kegelapan.
Penelitian para arkeolog ini cukup beralasan sebab dapat dikatakan Lilith adalah sosok yang ada dalam kitab suci. Dari segi bahasa, “Lilith” berasal dari kata kuno Lilitu dari bahasa Sumeria untuk setan perempuan atau roh halus. Legenda Sumeria bercerita tentang Lilitu yang berdiam di padang pasir dan ruang terbuka suatu daerah dan sangat berbahaya bagi ibu hamil dan bayi. Payudaranya penuh dan padat namun berisi racun, bukan susu. Lilitu digambarkan sebagai sosok perempuan seksual frustrasi dan subur yang berperilaku agresif terhadap orang-orang muda. Konon, Lilitu tidak saja suka memangsa bayi dan membunuh ibu hamil, namun juga membunuh laki-laki muda yang menjadi korbannya.
Sebuah penelitian lain menunjukkan bahwa sosok Lilith pertama kali ditemukan dalam Epos Gilgames. Gilgames adalah raja kelima pada dinasti Uruk II yang memerintah Sumeria sekitar 2650 tahun sebelum masehi. Gilgames sendiri digambarkan sebagai manusia dua per tiga dewa dan sepertiga manusia. Dalam epos Gilgames, Lilith digambarkan sebagai sosok peri cantik telanjang bersayap dan bertanduk. Para ahli sempat salah mengira relief Dewi Inanna (Dewi Cinta dan Perang) yang ditemukan dari abad pertengahan sebagai Lilith.
Dalam Epos Gilgames, nama Lilith disebut pada bagian yang mengkisahkan penciptaan manusia dan terpisahnya surga dan bumi. Diceritakan suatu ketika Gilgames hendak membantu Inanna menjadikan pohon tempat tinggalnya sebagai sebuah istana di sebuah taman dekat sungai Efrat. (Mungkin ini bisa kita sebut taman Eden yang terletak di antara Sungai Efrat dan Tigris di negara Irak saat ini) Sayang, pohon itu telah dihuni naga yang membangun sarang di bawahnya sementara dahan dan ranting dihuni burung Zu yang sedang menyiapkan putra mahkotanya dan di tengah Lilith membangun rumahnya. Demi untuk memenuhi keinginan Inanna, Gilgames maju bertarung melawan ketiga mahkluk itu. Kesaktian Gilgames ini dapat dipersamakan dengan kesaktian Herakles pada mitologi Yunani atau Hercules pada mitologi Romawi. Dengan mengenakan baju zirah –baju yang terbuat dari besi, Gilgames memerangi Naga, burung Zu dan Lilith dengan penuh keberanian. Di akhir cerita, Gilgames berhasil membunuh naga, mengusir burung Zu terbang tinggi ke pegunungan dan membuat Lilith lari ketakutan ke padang pasir.
Selain pada Epos Gilgames, cerita tentang Lilith juga ditemukan dalam kisah Ben Sira. Pada kisah penciptaan manusia, diceritakan bahwa Yang Mahakuasa menciptakan laki-laki dan perempuan dari tanah pada saat yang bersamaan. Perempuan yang dicipta dari tanah itu kemudian diberi nama Lilith. Suatu ketika terjadi pertengkaran antara Lilith dengan lelaki yang diciptakan bersamanya. Lelaki itu bernama Adam yang berasal dari kata Ibrani ‘adamah’ yang berarti tanah. Pertengkaran dipicu keinginan Adam yang ingin berhubungan badan dengan Lilith dan meminta Lilith berada pada posisi di bawah. Lilith menginginkan yang sebaliknya, maka Lilith menolak perlakuan sang lelaki sebab menurutnya, mereka berdua diciptakan setara. “Kita sama karena kita berdua diciptakan dari tanah,” kata Lilith.
Penolakan Lilith dianggap sebagai suatu pemberontakan dan tindakan dosa. Namun Lilith tidak peduli. Ia memilih pergi ke Laut Merah, meninggalkan Adam sendirian di taman firdaus yang dianggapnya semakin keras kepala. Allah berjanji pada Adam, jika Lilith tidak kembali, maka 100 anaknya akan mati setiap hari. Allah lalu mengirim tiga malaikat untuk mencari Lilith. Mereka menemukan Lilith di Laut Merah namun menolak untuk kembali. “Aku diciptakan untuk memangsa anak-anak,” kata Lilith.
Beberapa penelitian mencari tahu mengapa kisah Ben Sira dapat muncul. Benarkah ada perempuan lain yang diciptakan selain Hawa (Eve)? Sebuah penelusuran Alkitab menemukan nama Lilith pada kitab Yesaya 34. Dalam versi bahasa Inggris: “Wildcats shall meet hyenas, / Goat-demons shall greet each other; / There too the lilith shall repose / And find herself a resting place” (Isaiah 34:14). Kitab Yesaya sendiri disusun kurang lebih pada tahun 700 sebelum Masehi. Sosok Lilith dalam kitab Yesaya ini kemudian dihubungkan dengan kisah penciptaan manusia pada Kitab Kejadian (Genesis). Pada kitab Kejadian (Genesis 1:27) Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Kemudian pada kisah penciptaan yang lain (Genesis 2:22) Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
Pembuat kisah Ben Sira –yang tidak diketahui nama pengarangnya, berasumsi bahwa Allah menciptakan perempuan dua kali. Dan karena perempuan kedua –yang tercipta dari rusuk Adam diberi nama Hawa (Eve) maka perempuan pertama adalah Lilith. Dari kisah Ben Sira, Lilith dikenal sebagai istri pertama Adam.
Daya tarik Lilith ini menginspirasi para sastrawan dan pelukis besar untuk mengabadikannya dalam bentuk tulisan maupun lukisan. Sebut misalnya Michelangelo yang melukiskan Lilith sebagai sosok setengah perempuan setengah ular yang melilit “Pohon Pengetahuan”. Penyair Inggris, Dante Gabriel Rossetti, melukiskan kecantikan Lilith dengan kalimat: Keindahan rambutnya adalah (kilau) emas murni. Karya –karya lain misalnya Lilith in Faust karya Goethe, Lady Lilith karya Dante Gabriel Rosetti, Adam, Lilith and Eve karya Robert Browning.
Tampaknya, Lilith juga menginspirasi Hendri Yulius untuk menciptakan kisahnya sendiri: Lilith’s Bible.
Dihimpun dari berbagai sumber. (BOS)
Belum ada tanggapan.