Portal – Konon, Emily Dickinson tidak terlalu menyukai publikasi. Meski begitu, banyak orang kini dapat menikmati puisi-puisinya yang terkenal itu. Situs Flavorewire mengungkapkan bahwa antara puisi yang dipublikasi dengan puisi aslinya sering dijumpai perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut kemudian memunculkan berbagai interpretasi, baik secara simbolik maupun pragmatis.
Salah satu yang menarik adalah rajinnya Emily Dickinson menggunakan tanda-tanda tertentu sebagai pemenggal kata atau kalimat. Tanda-tanda baca tersebut bisa berfungsi sebagai tanda musikalisasi, tanda jeda untuk berhenti atau pemberian suatu ruang tertentu. Tentu saja tanda-tanda baca yang diterakan pada puisinya bisa diartikan berbagai macam oleh pembacanya. Namun setidaknya, beberapa rahasia proses menulis Emily Dickinson yang diungkap Flavorwire ini patut untuk jadi bahan pembelajaran.
- Banyak puisinya yang memiliki beberapa varian. Dengan kata lain, ia tidak menulis satu puisi dan langsung selesai. Pada puisi versi pertama ia meletakkan tanda-tanda plus (+) yang bisa jadi semacam tanda * yang kemudian diberi catatan-catatan berisi pilihan kata-kata yang dimungkinkan pada masing-masing puisinya.
- Ia tidak mengidolakan satu tanda baca tertentu, misalnya garis bawah, tetapi ia menggunakan berbagai tanda seperti garis bawah yang kadang panjang dan kadang pendek, bahkan ada juga tanda panah ke atas dan panah ke bawah. Hingga saat ini tanda-tanda baca yang unik pada puisinya tetap menyimpan misteri dan memunculkan berbagai penafsiran.
- Puisi-puisi yang beredar saat ini luas biasanya telah jauh dari puisi asli,- baik ejaan maupun tanda-tanda bacanya. Penemu puisi Dickinson biasanya ‘membersihkan’ bahasa Dickinson. Beberapa malah mengganti kata-kata dalam puisi dan menyusun ulang ‘fasikula’ puisinya.
- Meski memiliki puisi hingga berjumlah ribuan, namun hanya sedikit yang diterbitkan. Demikian juga dengan tulisan-tulisan lainnya seperti surat-surat dan fragmen-fragmen.
- Seorang kritikus sastra kontemporer, Thomas Wentworth Higginson mengakui kejeniusan Emily Dickinson namun juga meminta Dickinson untuk tidak mempublikasikan tulisannya. Biasanya Dickinson menanyakan apakah puisinya telah ‘hidup dan bernafas’. Higginson sebagai kritikus pribadi mengakui puisi Dickinson sebagai karya jenius dan otentik yang melampaui jamannya. Untuk itu ia beralasan demi menyelamatkan hidup Dickinson, lebih baik puisi-puisi tersebut tidak usah disebarluaskan. Pada jamannya, Higginson beranggapan puisi Dickinson ‘aneh’ dan sulit diterima masyarakat.
- Emily Dickinson senang menulis di berbagai benda, tidak hanya di kertas dan folio. Ia juga senang menggunakan media tulisannya sebagai bagian dari puisinya misalnya lapisan luar amplop yang dibuat bentuk tertentu atau sampul amplop yang dipotong-potong dan digunakan untuk membuat semacam puisi dengan tulisannya. Ia mencoba memberikan makna baru dari puisi-puisinya tidak saja melalui tulisan namun juga benda-benda.
Belum ada tanggapan.