Kebanyakan orang mengenal Niccolo Machiaveli hanya dengan membaca “The Prince”. Hal ini yang menyebabkan munculnya anggapan bahwa Nicollo Machiavelli pemikir politik yang jahat. Pandangan berbeda akhirnya lahir ketika penulis coba membaca Discourses yang diterjemahkan menjadi Diskursus. Pada karyanya ini, tampak Niccolo Machiavelli sebagai sosok Republikan. Dan juga gagasan politik dari Niccolo Machiavelli disajikan lebih kaya dalam Diskursus.
Pada kesempatan kali ini penulis tidak akan melakukan review terhadap karya Niccolo Machiavelli yang satu ini, melainkan hanya akan mengutip halaman persembahan Niccolo Machiavelli Kepada Zanobi Buondelmonti dan Cosimo Rucellai yang pada saat itu menarik perhatian penulis dan memacu rasa keingintahuan penulis terhadap sosok dan karya pemikir politik satu ini. Isi dari tulisan itu memberikan penulis pelajaran lebih. Adapun isi dari tulisan tersebut sebagai berikut;
Niccolo Machiavelli
Kepada
Zanobi Buondelmonti
Dan Cosimo Rucellai
“Saya kirimi Tuan-tuan suatu persembahan yang meskipun mungkin tidak cocok dengan kewajiban yang harus saya berikan kepada Tuan-tuan, tak diragukan lagi merupakan persembahan terbaik yang dapat diberikan Niccolo Machiavelli kepada Tuan-tuan sekalian; di dalamnya saya telah mengungkapkan segala sesuatu yang saya ketahui dan yang telah saya pelajari dari pengalaman yang panjang dan studi terus-menerus atas peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dunia. Dan karena mustahil bagi Tuan-tuan atau siapapun untuk dapat meminta lebih dari saya, maka Tuan-tuan tidak berhak mengeluh bila saya tidak memberi lebih kepada Tuan-tuan. Tuan-tuan boleh saja mengeluhkan kebodohan saya ketika argumen saya terlihat lemah, juga kualitas penilaian saya yang keliru, jika dalam penalaran-penalaran saya, seringkali saya membohongi diri sendiri. Atas hal seperti ini, saya tidak tahu siapa di antara kita yang harus berkewajiban menilainya; apakah saya kepada Tuan-tuan karena memang Tuan-tuanlah yang telah mendorong saya untuk menulis sesuatu yang tidak pernah mampu saya lakukan, ataukah Tuan-tuan kepada saya karena mungkin telah menulis sesuatu yang tidak memuaskan Tuan-tuan. Oleh karena itu, anggaplah Tuan-tuan sedang menerima sesuatu dari seorang sahabat: lebih mempertimbangkan perhatian sang pengirim daripada meributkan kualitas barang yang dikirim. Dan yakinlah bahwa dalam spekulasi ini, saya telah merasa puas, meskipun saya melakukan banyak kesalahan dalam bagian-bagian karya ini, saya tahu bahwa saya tidak membuat kesalahan; hal itu karena, dengan memilih Tuan-tuan dari antara banyak orang yang kepada Tuan-tuan buku ini ingin saya dedikasikan, karena dengan melakukan hal ini, saya percaya bahwa saya telah menunjukkan rasa terima kasih saya atas banyak manfaat yang telah saya terima dan saya merasa bahwa saya telah menyimpang dari praktik umum para penulis yang selalu mendedikasikan karya-karya mereka kepada penguasa; dibutakan oleh ambisi dan ketamakan, mereka memuji-muji semua kualitas baik penguasa tersebut ketika seharusnya mereka menegurnya karena setiap kualitas buruk yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan seperti ini, saya tidak memilih penguasa, melainkan mereka yang, karena banyaknya kualitas baik mereka, patut menjadi raja; bukan mereka yang dapat melimpahi saya dengan jabatan, kehormatan dan kekayaan, melainkan mereka yang, meski tidak mampu, bersedia melakukan hal yang sama. Jika orang berharap dapat menilai dengan benar, mereka harus menjunjung tinggi orang-orang yang murah hati, bukan mereka yang kemungkinan besar murah hati; dan dengan cara yang sama, mereka harus menjunjung tinggi orang-orang yang paham benar cara memerintah sebuah kerajaan, bukan mereka yang memiliki kekuasaan, tapi tidak paham cara memerintah. Maka dari itu, para sejarawan memuji Hiero si orang Syracuse, seorang warga sipil biasa, daripada Perseus dari Macedonia ketika dia menjadi seorang raja: karena Hiero tidak kekurangan kualitas apapun untuk menjadi raja yang menyelamatkan sebuah kerajaan, sementara Perseus tidak memiliki atribut apapun selain kerajaan. Oleh karena itu, nikmatilah karya yang entah baik atau buruk ini seperti yang Tuan-tuan sendiri inginkan; dan jika Tuan-tuan masih tetap tidak dapat menemukan kesenangan di dalam opini-opini saya, maka saya sebaiknya tidak gagal menjelaskan sisa sejarahnya, seperti yang telah saya janjikan kepada Tuan-tuan di awal. Selamat membaca!”
Dari tulisan ini, kita benar-benar dapat merasakan bagaimana kegelisahan Niccolo Machiavelli terhadap pemimpin yang ‘tidak layak’, bagaimana seorang pemimpin patut untuk benar-benar memiliki kemampuan memimpin agar dapat dihormati. Dari sini kita belajar bahwa untuk menjadi sesuatu yang besar tidak harus diwariskan/diberikan tetapi dipelajari sehingga layak untuk itu.
Bahkan hanya dengan sepotong tulisan ini, penulis merasa telah mendapatkan banyak pelajaran dari Niccolo Machiavelli sehingga penulis beranggapan bahwa Niccolo Machiavelli bukan sekedar tokoh pemikir politik yang jahat melainkan beliau adalah sosok yang begitu bijaksana dalam memandang kehidupan politik. Dengan segala kerendahan hati namun begitu percaya diri, Niccolo Machiavelli membuka karyanya melalui halaman persembahan ini. Dan dari sinilah akhirnya penulis tertarik untuk ‘menikmati’ karyanya secara menyeluruh. Bagaimana dengan anda?
Bisa dikatakan, diskursus adalah testamen politik Machiavelli yang terlengkap. Jika The Prince besar karena intensitasnya, Diskursus besar karena bermacam-macam kandungannya. Jika The Prince besar karena buku tersebut memberikan gambaran tentang tata bahasa kekuasaan pemerintahan, Diskursus besar karena buku ini memberikan filsafat kesatuan organik bukan dalam pemerintahan melainkan dalam ranah negara. Jika The prince besar karena sifat polemisnya, Diskursus besar karena keseimbangannya. Selamat membaca!
Belum ada tanggapan.