Tahun ini pembaca Indonesia kedatangan tamu baru: Jendela-jendela Aba. Jendela-jendela Aba merupakan antologi cerita pendek yang dihasilkan para pemenang lomba menulis cerpen RetakanKata 2013. Buku ini berisi 20 cerita pendek dari 20 penulis terbaik RetakanKata 2013. Meski dihasilkan banyak penulis, namun buku ini disatukan oleh tema yang mengangkat kehidupan sosial masyarakat, khususnya kehidupan pekerja-pekerja Indonesia di luar negeri.
Ada yang luar biasa pada cerpen-cerpen pemenang lomba menulis di Blog RetakanKata tahun 2013 ini. Bukan semata karena penulisnya yang relatif berusia muda, namun lebih pada substansi pengkisahan suatu kejadian, entah apakah kisah itu berangkat dari pengalaman pribadi penulisnya atau hasil dari proses kreatif imajinasi.
Kebaharuan senantiasa menjadi acuan awal untuk menilai apakah suatu karya membawa nilai tambah bagi pembacanya atau tidak. Namun demikian, sesuatu yang lampau tidak selalu otomatis kemudian mengusang. Orang boleh saja memiliki buah pikir yang sama, yang membedakan adalah bagaimana cara mereka mengungkapkan pikiran itu. Di sinilah bahasa -yang terus menerus kita pelajari, memerankan fungsinya. Bahasa hidup dan bermakna ketika ia mampu menghidupkan hal-hal yang terikat dengan dirinya.Hal semacam itu dapat kita tangkap ketika kita membaca cerpen Jendela-jendela Aba karya Oddie Frente, yang terpilih sebagai pemenang pertama lomba menulis cerpen RetakanKata 2013.
Takut kehilangan adalah sesuatu yang sudah sangat berumur. Demikian pula dengan rindu. Setiap orang pernah mengalami hal begitu ketika mereka terikat cinta dan kasih sayang. Cara masing-masing orang bersikap atas rasa takut kehilangan dan rindu, yang kemudian membedakan seorang dengan yang lain. Dan ini berimbas pada karakter terbentuk di masing-masing orang-orang.
Cerpen Jendela-jendela Aba termasuk berhasil dalam menghidupkan bahasa. Dalam cerpen ini, bahasa begitu lembut memetaforakan beragam cara menyikapi rindu dan takut kehilangan. Kelembutan bahasa meliuk begitu tenang, menyusup di sela-sela ruang batin yang kemudian menciptakan kerinduan baru, menghentak kesadaran dan menggoyang pikiran untuk terus menerus berdaya upaya mengatasi rindu dan takut kehilangan dengan lebih arif lagi.
Ada 19 cerpen lagi yang terpilih sebagai cerpen terbaik. Harus diakui, tidak semua berhasil mencapai kesadaran berbahasa, atau barangkali ‘bahasa yang mencerahkan’. Namun begitu, cerpen-cerpen terpilih ini, memiliki kelebihan masing-masing. Ada baiknya Anda membaca satu per satu. Terlepas dari kekurangan dalam memenuhi standar baku berbahasa Indonesia, setidaknya terdapat hal-hal yang lebih bersifat substansi untuk diperhatikan. Inilah sebuah upaya kami bersama untuk mempertahankan kata-kata agar tetap bermakna.
Judul Buku: Jendela-jendela Aba: Antologi Cerpen RetakanKata 2013
Penulis: Oddie Frente dkk.
Penyunting: Ragil Koentjorodjati
Penerbit: Java Media Network
ISBN: 978-979-25-9060-9
Cetakan I: November 2013
Tebal: 202 hal + V
Harga: Rp 40.000, 00
Belum ada tanggapan.