Menurut Aunurrahman (2010:6) pilar-pilar pendidikan tersebut adalah learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.
Pendidikan merupakan faktor yang paling penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, baik dari segi intelektual maupun moral. Indonesia sebagai negara berkembang selalu terus berupaya dalam meningkatkan pendidikan dengan cara mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan nasional maupun internasional. Dalam perkembangan dari tahun ke tahun Indonesia telah melakukan beberapa kali perubahan kurikulum, hal ini bertujuan agar pendidikan di Indonesia bisa terus berkembang dan dapat meraih tujuan pendidikan nasional.
Untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan, perlu adanya upaya yang serius baik oleh pemerintah sebagai pemegang kebijakan pendidikan nasional, sekolah/ madrasah sebagai pelaksana pendidikan, serta orang tua siswa dan masyarakat. Hal ini dilakukan karena dalam proses pendidikan harus ada kerjasama yang erat antara pihak-pihak terkait sehingga setiap ada permasalahan pendidikan yang muncul dapat memperoleh solusi yang tepat dan terarah.
Suatu negara akan terlihat perkembangannya berdasarkan sistem pendidikan yang dijalankan. Jika sistem pendidikan dapat dijalankan dengan baik, maka secara otomatis negara tersebut akan diakui kehebatannya oleh negara lain. Maka dari itu, perlu ada langkah tepat guna agar pendidikan bisa tercapai sesuai harapan. Untuk meraih itu semua, maka hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana pendidikan itu harus bertumpu kepada 4 pilar. Menurut Aunurrahman (2010:6) pilar-pilar pendidikan tersebut adalah learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.
Pilar 1: Learning to Know
Maksud dari learning to know adalah upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun tujuan. Sebagai alat, pengetahuan tersebut diharapkan akan memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan. Sedangkan sebagai tujuan, maka pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan, serta penemuan di dalam kehidupannya.
Pilar 2: Learning to Do
Artinya adalah menekankan pada bagaimana mengajarkan kepada peserta didik untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasi pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di masa depan.
Pilar 3: Learning to Live Together
Pada dasarnya pendidikan adalah mengajarkan, melatih, dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain, serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik.
Pilar Pendidikan 4: Learning to be
Merupakan penjelasan bahwa prinsip dasar pendidikan hendaknya mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual.
Keempat pilar pendidikan tersebut jika dilaksanakan dengan baik maka akan menjadi modal awal untuk mengembangkan pendidikan yang lebih baik. Pilar-pilar pendidikan tersebut harus dipegang teguh oleh pendidik dan peserta didik baik saat proses pembelajaran di sekolah atau dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Kaitannya dengan perkembangan kurikulum saat ini, maka kurikulum yang digunakan saat ini yaitu kurikulum 2013 telah mengacu kepada pilar-pilar pendidikan tersebut. Sehingga kurikulum 2013 merupakan senjata yang cukup ampuh dalam memajukan negara melalui dunia pendidikan jika mampu diterapkan dengan baik. Negara-negara maju telah mencetak individu yang mempunyai pemikiran-pemikiran kritis dan pemikiran ilmiah yang tinggi. Hal ini telah mulai dibangun juga oleh Indonesia dengan senantiasa memperhatikan pilar-pilar pendidikan yang ada dan dikemas dalam bentuk kurikulum 2013 berupa pendekatan pembelajaran saintifik.
Proses pembelajaran saintifik dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang menyentuh 3 ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Ranah sikap mengandung materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”, ranah keterampilan mengandung materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”, sedangkan ranah pengetahuan mengandung materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Pembelajaran saintifik diharapkan menghasilkan peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak, meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Selain pembelajaran saintifik, pilar-pilar pendidikan juga berperan penting terhadap munculnya pendidikan karakter. Dengan berbasis kepada learn to live together dan learn to be maka diharapkan pendidikan mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi generasi yang bermoral dan tangguh. Pendidikan karakter ini seharusnya mampu menjadi ciri khas dan nilai lebih bagi bangsa Indonesia. Pasalnya sejak dahulu Indonesia sangat terkenal dengan sikap ramah tamah dan terbuka sehingga para turis dari segala penjuru dunia merasa senang dan nyaman saat berada di Indonesia. Tentu ini adalah hal yang harus dipertahankan sampai kapanpun dan salah satunya melalui penanaman pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di manapun dan kapan saja.
Pada intinya, kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini tidak lepas dari pilar-pilar pendidikan yang ada. Artinya, saat konsep dari kurikulum itu sendiri sudah tersusun dengan cukup baik dan sesuai kebutuhan dasar dari pendidikan itu sendiri. Jika memang sudah demikian, maka poin yang paling penting adalah bagaimana menerapkan kurikulum tersebut sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditentukan. Sebagai seorang pendidik selalu harus berpegang teguh kepada pilar-pilar pendidikan tersebut, sehingga output dari peserta didik kelak bisa mencapai tujuan pendidikan bahkan mampu melebihi target yang diinginkan.
Sumber:
Akhmadi, Agus. 2015. Model pembelajaran Saintifik. Yogyakarta: Araska.
Aunurahhman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Belum ada tanggapan.