Jika aku mempunyai beberapa lukisan di tangan, aku akan mencampur burnt sienna dan sepia untukmu untuk mencocokkan warna dari suara “ch”… dan kau akan mengapresiasi “s” ku yang bercahaya jika aku dapat menuang ke dalam tanganmu yang berbentuk cangkir beberapa dari safir-safir terang yang aku sentuh ketika aku kecil. (Vladimir Nakobov, The Gift).
Berita Buku – Seringkali, seorang penulis mendeskripsikan hal-hal dalam tulisannya menggunakan imaji unik. Misalnya saja ketika dia menggambarkan suatu kejadian dalam ceritanya berwarna merah kekuningan. Atau bagaimana ketika dia menggambarkan bahwa nama karakter tertentu terasa seperti permen yang meleleh dalam mulut. Kemungkinan besar, para penulis ini mempunyai kondisi unik yang disebut sebagai synaesthesia.
Apa itu Synaesthesia?
Synaesthesia bukanlah suatu penyakit atau semacam halusinasi. Ia adalah suatu kondisi unik di mana seseorang dapat merasakan sesuatu dari apa yang didengarnya atau dilihatnya. Hal ini dikarenakan orang dengan synaesthesia mempunyai hubungan yang kuat antara bagian-bagian otaknya, terutama pada bagian yang mengatur bahasa dengan bagian yang mengatur warna pada otak. Karena itulah, orang dengan synaesthesia dapat merasakan sesuatu atau memberi warna dari apa yang mereka dengar. Misalnya, kata “musik” dapat terasa seperti cokelat. Hari “Senin” berwarna kuning. Angka 5 berwarna hijau. Setiap orang dengan synaesthesia mempunyai perbedaan persepsi. Jadi tidak mesti hari Senin itu berwarna kuning bagi yang lain. Keadaan ini hanya terjadi dalam pikiran mereka, sehingga seringkali orang dengan synaesthesia tidak berani mengungkapkannya kepada orang lain karena takut dianggap aneh.
Ada banyak jenis synaesthesia. Ada yang menyebutkan sampai 100 jenis, tapi kebanyakan para synaesthete masuk dalam kategori grapheme-colour synaesthesia, di mana huruf, angka, dan kata-kata diasosiasikan dalam bentuk warna. Orang dengan synaesthesia jenis ini dapat melihat warna ketika membaca atau mendengar suatu huruf, kata, atau angka. Misalnya, huruf A berwarna merah. Jenis yang lain, yakni sound-to-colour synaesthesia. Orang dengan synaesthesia jenis ini dapat mengartikan warna sebagai suatu bentuk. Misalnya bentuk lingkaran, kotak, segitiga, dsb. Ada juga lexical-gustatory synaesthesia. Jenis ini cukup jarang. Orang dengan synaesthesia jenis ini dapat merasakan berbagai macam rasa ketika mendengar huruf atau fenomena tertentu.
Penulis dengan Synaesthesia
Dr. Stephanie Goodhew dari School of Psychology menyatakan bahwa para synaesthete—sebutan untuk orang dengan synaesthesia—adalah orang-orang yang kreatif. Menurutnya, para synaesthete terikat dengan hal-hal yang artistik atau kreatif, sehingga seringkali terlihat di antara artis dan penulis.
Hal ini benar adanya, karena ada banyak synaesthete di dunia yang menjadi penulis atau artis terkenal. Vladimir Nakobov, misalnya. Dia adalah seorang penulis terkenal dengan karya kontroversial Lolita (Baca juga Lolita). Dalam novel itu, dia menggambarkan Lolita sebagai a little ghost in natural colours—sesosok hantu dengan warna natural. Dia juga pernah membuat seorang tokoh fiksi dengan synaesthesia dalam novelnya yang berjudul The Gift. Di samping itu, dalam memoirnya yang berjudul Speak Memory (1951), dia mendeskripsikan beberapa hal: “b berwarna orange-merah, atau burnt sienna seperti yang biasa disebut oleh para pelukis, m berwarna seperti lipatan-lipatan kain flanel pink, dan hari ini aku mencocokkan v dengan warna ‘Rose Quartz’ di Maerz and Paul’s Dictionary of Color.”
Penulis lain yang juga seorang synasthete yakni Steve Aylett, penulis kebangsaan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang berjudul Beerlight, Accomplice, dan Lint. Di samping itu, ada penulis-penulis lainnya yang kemungkinan mempunyai synaesthesia. William Shakespeare misalnya, dia terkenal akan metafora kreatif dalam cerita-cerita maupun dramanya. Nathaniel Hawthorne, seorang novelis Amerika yang terkenal, juga kemungkinan besar mempunyai synaesthesia. Dalam salah satu cerita pendeknya yang berjudul Rappacini’s Daughter, tokoh protagonis dalam cerita itu dapat melihat warna-warna ketika mendengar seorang wanita bernyanyi. Ada juga Victor Hugo, pengarang Les Misérables, dan Anthony Powell, pengarang A Dance to the Music of Time. Orhan Pamuk juga diduga sebagai penulis dengan synaesthesia mengingat bagaimana tulisan-tulisan dalam karyanya menggunakan imaji yang unik.
Bagaimana synaesthesia bisa mempengaruhi seorang penulis dalam berkarya adalah hal yang misterius. Hal ini dikarenakan, para synaesthete mempunyai persepsi masing-masing ketika mendengar atau melihat hal-hal tertentu. Di samping itu, penulis dengan synaesthesia seringkali mendeskripsikan hal-hal dalam karyanya ke dalam suatu imaji yang belum pernah didengar atau dibaca orang lain; sehingga membuat pembacanya berpikir, apakah memang seperti itu rasanya? Tak heran tulisan-tulisan yang dibuat oleh penulis synaesthete unik dan membuat pembacanya larut ke dalam buaian imajinasi.
Tes Synaesthesia
Orang dengan synaesthesia, atau synaesthete hanya ada 1 dari 100 orang. Di samping itu, synaesthete wanita lebih banyak daripada laki-laki. Perbandingannya yakni 6 : 1. Para synaesthete ini mungkin tidak menyadari kalau sejak kecil mereka sudah memandang dunia dengan cara berbeda. Kebanyakan bahkan menghilang kemampuannya seiring dengan bertambahnya usia. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tertarik untuk mengetes diri Anda?
Untuk mengetes apakah Anda synaesthete atau bukan, Anda dapat mengikuti tes situs synesthesia. Memang kelihatannya semua orang dapat terlahir dengan synaesthesia. Yang perlu diketahui yakni persepsi seorang synaesthete tidak pernah berubah. Jika dia menganggap bahwa hari Senin itu kuning, maka seterusnya akan berwarna kuning.
Jika Anda ingin menjadi penulis tetapi bukanlah seorang synaesthete, jangan kecewa. Anda masih bisa menggapai cita-cita Anda. Kerja keras dan ketekunan itulah yang terpenting. Ingatlah, tidak semua penulis adalah synasthete dan karya-karya mereka juga luar biasa dan tetap asyik dibaca.
Sumber:
Belum ada tanggapan.