Menulis fiksi itu menyenangkan. Seberapa menyenangkannya? Jika kamu pernah membuat teka-teki lalu kamu sodorkan ke temanmu dan dia tidak mampu menebak, kamu akan tertawa bahagia. Sebegitulah menyenangkannya menulis fiksi. Kita menyusun alur, menamai tokoh-tokoh, memainkan bagaimana tokoh mesti berbicara, bergerak, dan berpikir sesuai dengan alur yang kita inginkan. Lalu kita juga menambahkan suasana, sedih atau senang, curiga atau cemburu, mengharu biru atau datar-datar saja. Ditambah lagi bayangan tempat, waktu atau warna. Dan lalu kita, melalui tokoh-tokoh yang kita ciptakan merangkai ceritanya sendiri di tempat, waktu dan alur cerita yang kita tentukan.
Kamu tentu ingat ketika kecil bermain bersama teman mengarang-karang cerita dan bermain drama siapa menjadi siapa atau siapa harus berbuat apa. Menyenangkan bukan? Temanmu tertawa ketika kamu menyuruhnya menjadi penjahat yang kalah. Atau ayahmu marah ketika kamu menentukan pemenangnya adalah dirimu sendiri yang berperan sebagai pencuri. Tidak peduli penonton, kamu dan temanmu bersuka ria bermain drama-dramaan. Begitu juga menulis fiksi. Menyenangkan. Persoalan pertama; bagaimana memulainya.
Banyak para penggemar menulis mengeluhkan persoalan itu. “Sulit sekali memulainya”, “Tidak dapat moodnya”, “Belum punya ide”, “Kayaknya tidak akan menarik ceritanya”, begitulah sebagian besar keluhan itu. Benarkah sesulit itu?
Kenyataannya tidak sesulit itu. Memulai menulis itu sangat mudah. Mengarang itu sangat mudah. Sekali lagi, ingat waktu kamu kecil ketika begitu saja mengarang cerita dan bermain drama dengan teman sebaya. Ide datang begitu saja. Cerita mengalir begitu saja. Kamu menikmati ceritamu. Temanmu menikmati karanganmu. Selesai.
Maka memulai menulis juga bisa begitu. Kamu ambil kertas atau telepon genggam atau komputer, lalu tulis yang terlintas di benakmu. Tidak ada apapun yang terlintas di benak? Mulailah mengarang kamu punya teman atau kekasih atau siapa yang kepadanya kamu sangat ingin berbagi cerita. Lalu mulailah menulis.
Mengapa memulai menulis seolah menjadi sulit? Seperti telah disinggung sebelumnya, banyak keluhan soal sulitnya memulai menulis. Namun jika dicermati, keluhan-keluhan tersebut tidak banyak yang berkaitan dengan teknik menulis. Keluhan-keluhan tersebut lebih tepat disebut ketakutan. Ketakutan tulisan tidak dibaca. Ketakutan tulisan tidak menarik. Ketakutan tulisan terkesan norak. Dan ada lagi, ketakutan perasaan pribadi-nya diketahui orang lain.
Ketakutan-ketakutan tersebut sama sekali tidak beralasan. Kamu perlu tahu bahwa tulisan fiksi itu mirip-mirip menu makanan. Penikmat, dalam hal ini pembaca sangat subyektif. Lebih gampangnya, tergantung pada selera masing-masing. Horor misalnya, ada yang suka dan ada juga yang tidak suka. Satu tulisan horor, ada penyuka horor yang mengatakan ceritanya bagus namun penyuka horor yang lain bisa juga mengatakan ceritanya buruk.
Kenyataan semacam itu pasti ada. Jadi mengapa tidak ambil sisi positifnya saja: setiap tulisan selalu memiliki penggemarnya sendiri. Jika kita berpikir positif begitu, tidak ada yang perlu ditakutkan. Pertanyaan selanjutnya biasanya “Lalu bagaimana jika orang jadi tahu perasaan saya?”
Satu hal yang perlu diingat, -mirip dengan membuat teka-teki, apakah kamu mengarang cerita untuk menunjukkan perasaanmu ataukah untuk menyembunyikan perasaanmu. Dengan tulisan fiksi atau mengarang cerita, kamu bahkan bisa mengendalikan pembaca yang ingin tahu perasaanmu; memberikan mereka petunjuk yang benar, atau petunjuk yang salah. Jadi, pembaca yang membaca tulisanmu tidak serta merta tahu perasaanmu, tahu isi hatimu dan isi benakmu.
Perlu dicamkan, menulis fiksi itu sedikit berbeda dengan menulis non-fiksi. Simak dulu perbedaan fiksi dan non-fiksi. Menulis fiksi adalah seni memberi tahu orang lain. Menulis fiksi adalah seni menghibur orang lain. Penulis memiliki kekuasaan penuh atas apa yang ingin disampaikan. Dan memulainya sungguh sangat sederhana: ambil pena lalu tulis, -apa saja yang kamu suka!
Belum ada tanggapan.