Voyage and return adalah jenis alur keempat dalam model pembagian alur yang ditawarkan oleh Booker (2010). Dalam kamus Oxford, kata voyage memiliki makna ‘a long journey especially by sea or in space’. Dengan mengabaikan especially by sea or in a space, maka voyage bertumpu pada perjalanan panjang yang sama terjadi juga pada jenis alur the quest.
Tapi, jangan dilupakan kata return yang dilekatkan setelah kata voyage. Sebenarnya, voyage and return secara sederhana dapatlah kita terjemahkan menjadi pergi-pulang, bukan pulang-pergi, sebab dalam alur ini, hero atau heroine pergi dahulu untuk melakukan sebuah perjalanan, lalu pulang ke tempat atau keadaan asalnya. Jadi, perbedaannya dengan the quest adalah hero/heroine (sang pahlawan) itu kembali, sedangkan pada the quest bisa jadi sang pahlawan tidak kembali ke tempat asalnya. Booker (2010: 87) sendiri mengatakan bahwa adanya alur kedua berdasarkan pada sebuah perjalanan, yang membedakan jenis alur ini dengan the quest. Lantas, apa yang dimaksud dengan alur kedua oleh Booker itu?
Yang menjadi esensi pada pergi-pulang adalah sang pahlawan pergi dari keadaan yang sangat familiar bagi mereka, sebuah keadaan yang normal dalam arti sebenarnya seperti yang kita saksikan, menuju ke sebuah dunia yang lain yang sangat berbeda dengan keadaan normal tadi sebab segala sesuatu terlihat abnormal, ganjl, dan aneh. Pada awalnya keadaan itu menakjubkan, menyenangkan, dan sangat-sangat menggembirakan bagi sang pahlawan. Tapi, secara berangsur-angsur, “bayangan hitam dan jahat” mulai muncul. Lalu, sang pahlawan merasakan meningkatnya ancaman, bahkan terjebak: hingga pada akhirnya, biasanya dengan cara “meloloskan diri yang mendebarkan”, sang pahlawan keluar dari keadaan abnormal itu, dan bisa kembali pulang ke tempat asalnya yang aman (Booker, 2010: 87).
Dari uraian di atas, secara implisit, kita menemukan dan memahami apa yang dimaksud dengan alur kedua yang justru merupakan alur utama dalam kisah itu. Alur kedua menjadi “sisipan” dalam keseluruhan kisah sang pahlawan. Tetapi, alur kedua itu yang menjadi daya tarik cerita sebab di sanalah petualangan sang pahlawan terjadi. Jadi, jika dibagankan, alur pergi-pulang tampaknya seperti Alur1^Alur2^Alur1, di mana Alur 1=kondisi yang familiar dan normal, Alur 2=perjalanan dan bertemu dengan hal-hal yang abnormal.
Tahapan pada alur pergi-pulang dimulai dengan “antisipasi dan ‘jatuh’ ke dalam dunia lain”. Gambaran awal yang disajikan kepada kita adalah bahwa sang pahlawan sepertinya ditempatkan pada pernyataan-pernyataan untuk memasuki sebuah pengalaman baru. Sayangnya, kesadaran mereka untuk memasuki dunia itu terbatas. Mereka masih muda, naif, dan kurang berpengalaman. Mereka didorong rasa ingin tahu yang luar biasa dan keingintahuan tentang apa yang akan terjadi pada mereka. Mereka bosan, malas, dan sembrono. Akan tetapi, untuk alasan tertentu, mereka tiba-tiba menemukan diri mereka masuk ke dalam sebuah dunia asing, yang sangat berbeda dengan dunia mereka sebelumnya.
Lalu, “tahapan mimpi atau awal yang memesona” mengikuti tahapan tersebut. Inilah tahapan di mana sang pahlawan mengeksplorasi tempat, keadaan atau kondisi yang mereka temukan yang tampak aneh, tetapi membuat mereka gembira. Bagi mereka, tempat atau kondisi itu tidak familiar dan penuh teka-teki meskipun tetap terasa berbeda dibandingkan dengan rumah sendiri.
Kemudian, sang pahlawan masuk ke dalam “tahapan frustasi”. Berangsur-angsur, mood bertualangan sang pahlawan berubah menjadi ke-frustasi-an, kesulitan, dan penindasan. “Bayangan hitam dan jahat” mulai tampak sehingga sang pahlawan pun “menyalakan alarm kewaspaan”.
Tahapan berikutnya adalah tahapan “mimpi buruk”. “Bayangan hitam dan jahat” itu begitu dominan sehingga benar-benar menjadi ancaman yang sangat serius bagi sang pahlawan.
Pada akhirnya, sang pahlawan itu mencapai tahapan “meloloskan diri secara mendebarkan dan pulang atau kembali ke tempat asal”. Pada tahapan ini, ketika merasakan semakin meningkatnya ancaman yang didapatkan dan sangat sulit untuk dihindari, sang pahlawan sekuat tenaga meloloskan diri dari kondisi itu dan keluar dari dunia lain tersebut. Mereka pulang ke tempat di mana mereka mulai. Pada titik ini, pertanyaan yang kita ajukan untuk keseluruhan pengalaman dalam perjalanan itu adalah “sejauh mana sang pahlawan belajar dari peristiwa-peristiwa yang mereka alami? Apakah mereka benar-benar berubah? Ataukah “hanya mimpi”?
Pernah nonton film Alice in Wonderland atau Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe? Itulah dua film yang alurnya menggunakan alur pergi-pulang. Sang pahlawan bertemu dengan makhluk-makhluk ganjil, seperti binatang yang bisa berbicara atau jenis lainnya. Menarik, bukan?
Wallahu ‘alam. Merdeka!
Tamsela, 17 Agustus 2015
Belum ada tanggapan.