gambaran-pendidikan-di-jepang

Sistem Pendidikan di Jepang

Jepang merupakan negara yang saat ini sudah mencapai kesuksesan. Negara maju tepatnya. Pendidikan yang baik menjadi salah satu penyebab dari kesuksesan ini. Maka dari itu, pemerintah sangat memperhatikan perkembangan pendidikan di Jepang dan rutinitias para pelajar sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Mengenai pilihan SD dan SMP tidak dipilih secara pribadi. Para orang tua hanya bertugas mendaftarkan nama anak-anak mereka ke Balai Kota setempat. Selanjutnya, pemerintah akan mempertimbangkan ke sekolah terdekat untuk si anak. Dengan begini, sekolah yang mendapat status favorit tidak ada. Mungkin pemilihan sekolah dari pemerintah inilah yang paling membedakan antara sekolah di Jepang dengan sekolah di Indonesia.

 Sistem pendidikan di Jepang tidak mengharuskan siswanya mengadakan upacara bendera tiap pekan. Namun hal ini tidak mengurangi rasa nasionalisme para siswa di negeri sakura tersebut. Kendaraan yang biasa mereka pakai untuk pulang-pergi sekolah biasanya adalah sepeda bahkan sebagian juga ada yang berjalan kaki. Jepang tidak memperbolehkan mereka menggunakan sepeda motor ataupun mobil. Jarak jauh yang mereka tempuh menuju sekolah tidak menjadi alasan bagi mereka untuk bermalas-malasan, asalkan sekolah bagus (untuk SMA dan perguruan tinggi), prestasi juga oke. Bel sekolah dibunyikan pukul 08.00 atau bahkan hampir menginjak pukul 09.00 sebagai waktu untuk berangkat menuju sekolah. Tidak heran, beberapa dari mereka tertidur saat jam pelajaran karena perjalanan panjang.

Kendaraan umum seperti bus dan kereta api dapat menjadi solusi atas jauhnya jarak tempuh itu. Menaiki kendaraan umum tidak selalu rugi yang didapatkan. Mereka dapat berkomunikasi dengan siswa dari sekolah lain, berbagi pengalaman, dan banyak belajar dari komunikasi singkat tersebut.

Dalam sistem pembelajaran, ada pula festival budaya atau disebut juga sebagai Bunkasai yang merupakan festival yang cukup terkenal. Bunkasai diadakan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Untuk waktu penyelenggaraan, umumnya disesuaikan dengan hari jadi sekolah yang bersangkutan. Bunkasai diadakan dengan tujuan agar para siswa dapat menampilkan kemampuan mereka dalam berkreatifitas. Dalam acara Bunkasai, para siswa bebas menentukan apa yang akan mereka tampilkan atau jual. Yang sering ada dalam festival rutinan tahun ini antara lain Rumah Hantu, Rumah Peramal, Cafe Maid, dan berbagai macam kegiatan lainnya.

Awalnya, festival budaya atau Bunkasai ditujukan sebagai media pembelajaran, namun lama-kelamaan berubah menjadi tempat rekreasi. Meskipun begitu, tujuan utama tidak hilang begitu saja, karena para siswa mendapatkan pembelajaran ketika membuat suatu kegiatan bersama teman-teman sekelasnya.

Sebelumnya, Bunkasai tidak terlalu terkenal, terutama bagi orang yang ada diluar Jepang, namun semenjak anime dan manga banyak yang memasukkan festival-festival, termasuk Bunkasai, kegiatan ini sudah mulai dikenal oleh orang luar, dan bahkan ada sekolah diluar jepang yang mengadakan Bunkasai, contohnya Indonesia. Mulai membanjir festival-festival di hampir setiap sekolah. Mereka berlomba-lomba mengadakan festival yang menarik, besar, dan tentu saja yang paling penting, sukses. Mereka mencari dana ke berbagai perusahaan, sebagai dasar kesuksesan sebuah festival yang dipersiapkan matang-matang dengan waktu berbulan-bulan sebelum hari-H dengan durasi sekitar 3 hari sampai seminggu. Biasanya, pembukaan dari sebuah festival terdiri dari sambutan-sambutan dan penampilan dari para siswa.

Lomba-lomba yang mendidik sudah terurai rapi oleh panitia. Tempat-tempat, fasilitas, dll. sudah dipersiapkan dengan sebaik mungkin karena para peserta yang datang ke festival adalah raja. Kesan-kesan menarik harus terekam indah di benak para pendatang pada hari itu. Maka dari itu, segala sesuatunya itu mesti dipersiapkan matang-matang.

Jepang terkenal sebagai negara dengan teknologi canggih. Namun, saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung, pendidikan di Jepang melarang keras para siswanya untuk memainkan gadget yang mereka miliki. Peraturan itu dibuat untuk kefokusan dalam kegiatan belajar-mengajar, presentase kecurangan siswa saat menjalani ujian sekolah juga dapat menurun. Bukan hanya itu, peraturan itu juga meniadakan kelas sosial antara yang kaya dengan yang berkecukupan. Dengan begitu, mereka dapat percaya diri dalam bergaul dan berkomunikasi baik dengan siapapun.
Faktor lain majunya negara Jepang adalah waktu belajar yang gila-gilaan. Rata-rata kegiatan belajar-mengajar di Jepang memakan waktu sekitar tujuh jam, dari pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore. Selepas selesai sekolah, masih banyak siswa yang mengikuti kursus tambahan. Bahkan beberapa dari mereka melakukan pekerjaan paruh waktu. Ditambah pula pekerjaan rumah yang harus mereka tuntaskan. Maka dari itu, tidak heran banyak dari mereka baru tidur pukul 11 malam atau bahkan lebih dari itu dan harus bangun pukul 5 pagi, bersiap-siap, dan berangkat sekolah lagi pukul 6 pagi atau lebih.

Para siswa di Jepang biasanya mengikuti ujian ketika sudah masuk kelas 4 SD. Pada tiga tahun pertama masuk sekolah, anak-anak difokuskan belajar tata krama, sikap menghormati orang lain, kejujuran, berbicara sopan, dan keadilan terhadap sesama. Pada saat itu, tidak ada penilaian dari ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Para siswa disana juga tertib. Walaupun waktu terus bergulir, mereka tetap patuh akan budaya. Sebagai contoh, sebelum masuk kelas, mereka melepas sepatu yang dikenakan dari rumah sampai ke sekolah, menaruhnya di loker yang tersedia, dan memakai sepatu khusus untuk di dalam kelas. Mereka juga memberi salam dan membungkuk kepada guru di depan sebelum pelajaran dimulai.

Mengenai kebersihan sekolah, mereka juga memperhatikannya. Sekolah-sekolah dari beberapa negara seperti Indonesia pada umumnya memiliki petugas kebersihan masing-masing. Namun tidak pada Jepang. Para siswa-lah yang bertanggung-jawab atas kebersihan sekolah tersebut dengan membagi jadwal piket. Para guru dan semua pihak sekolah juga ikut turun tangan. Dengan begitu, akan menumbuhkan kerja sama tim yang kompak dan juga hubungan baik sesama warga sekolah.

Makanan bergizi. Hal itu juga perlu diperhatikan. Karena dengan makanan bergizi, akan berpengaruh dengan kecerdasan anak. Sangat jarang siswa di Jepang membeli makanan di luar. Kebanyakan dari mereka membawa bekal dari rumah. Bahkan di beberapa sekolah menyediakan menu makanan dengan standar gizi yang baik.
Mungkin itu beberapa hal mengenai sekolah di Jepang yang bisa kita tiru untuk memajukan sistem pendidikan di Indonesia.

Sumber ilustrasi : Aniblogsan

, , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan