tafsir al-quran

Tafsir Maudhui : Metode Kontemporer dalam Penafsiran Al Qur’an

Al Qur’an adalah pedoman utama bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Meskipun Al Qur’an diturunkan ketika Rasulullah masih hidup dan penyusunannya baru mulai dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar, keberadaan Al Qur’an akan tetap eksis sampai datangnya hari kiamat. Namun, untuk membuktikan bahwa Al Qur’an selalu eksis lintas zaman dan mampu menjawab persoalan sepanjang masa diperlukan sebuah proses dalam memahami isi kandungannya berupa metode penafsiran.

Sebagaimana perkembangan zaman, metode penafsiran juga dituntut untuk senantiasa dikembangkan secara kontinuitas agar isi kandungan Al Qur’an tersebut memiliki korelasi yang tepat pada setiap perkembangan dan kemajuan dunia.  Dengan adanya metode penafsiran yang tepat, maka status Al Qur’an yang akan selalu eksis sampai yaumul akhir tidak akan pernah bisa terbantahkan.

Perkembangan tafsir sendiri melahirkan beberapa metode penafsiran yang masyhur digunakan oleh para mufassir (ahli tafsir). Diantara metode penafsiran tersebut adalah metode ijmali (global), tahlili (analisis), dan hermeneutik. Selain itu, masih ada lagi metode penafsiran yang masih bisa dibilang baru dibandingkan metode penafsiran yang lainnya yaitu metode tafsir maudhui (tematik). Hal yang sangat menarik dari metode ini diantaranya adalah dalam menafsirkan ayat Al Qur’an tidak berurutan seperti susunan dalam mushaf, akan tetapi lebih cenderung kepada urutan dari masa turunnya ayat.

Pengertian Tafsir Maudhu’i

Sebagaimana nama dari metode penafsiran ini, metode maudhu’i (tematik) adalah suatu cara dalam menafsirkan Al Qur’an dengan menentukan suatu tema yang akan dibahas lalu menghimpun ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, metode tematik ini tidak menganalisis ayat demi ayat sesuai urutan mushaf sebagaimana metode penafsiran pada umumnya, akan tetapi lebih kepada membahas satu tema tertentu secara tuntas dengan ayat-ayat yang berkaitan dan sangat dimungkinkan ayat-ayat tersebut tersebar secara acak dalam beberapa surat. Harapannya dengan metode ini, Al Qur’an mampu menjawab permasalahan tertentu secara tuntas dan memiliki pemahaman yang utuh.

Langkah-langkah dalam Tafsir Tematik

Dalam penerapan metode ini, ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang mufassir sebagaimana yang disampaikan oleh al Farmawi, yaitu:

1.   Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan judul tersebut sesuai dengan kronologi urutan turunnya ayat. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya ayat yang mansukhah, dan sebagainya

2.    Menelusuri latar belakang turunnya (asbabun nuzul) ayat-ayat yang telah dihimpun tersebut jika memang ayat-ayat tersebut memiliki asbabun nuzul

3.      Meneliti dengan cernat semua kata atau kalimat yang dipakai dalam ayat tersebut, terutama kosakata yang menjadi pokmok permasalahan di dalam ayat tersebut. Kemdian mengkajinya dari semua aspek yang berkaitan dengannya, seperti lingusitik, budaya, sejarah, munasabah, dan sebagainya

4.      Mengkaji pemahaman ayat-ayat itu dari pemahaman berbagai aaliran dan pendapat para mufassir salaf dan khalaf

5.      Semua itu dikaji secra tuntas dan saksama dengan menggunakan penalaran yang objektif melalui kaidah-kaidah tafsir yang mu’tabar, serta didukung oleh fakta (jika ada), hadits, ataupun fakta sejarah yang dapat ditemukan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir pemikiran mufasssir yang subjektif dalam menafsirkan al Qur’an serta juga ubtuk memperkuat hasil penafsiran yang dilakukan.

 

Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Tematik

Pada haikatnya apa yang diciptakan oleh manusia ini tidak ada yang sempurna, hal ini juga tidak terlepas bagi metode penafsiran Al Qur’an termasuk juga metode tematik. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode penafsiran tematik adalah sebagai berikut.

Kelebihan:

Menjawab tantangan zaman. Dalam menghadapi permsalahan yang semakin beragam, dilihat dari sudut tafsir Al Qur’an   permasalahn tersebut tidak dapat diatasi selain dengan metode penafsiran maudhu’i. Hal ini karena kajian metode tematik ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan. Itulah sebabnya metode ini mengkaji semua ayat yang berbicara tentang permasalahan yang sedang dibahas dengan tuntas.

Praktis dan dinamis. Tafsir dengan metode tematik disusun secara praktis dan sistematis dalam memecahkan permsalahan yang timbul. Dengan adanya tafsir tematik, umat akan dimudahkan dalam memahami Al Qur’an secara praktis dan sistematis, serta dapat lebih menghemat waktu, efektif, dan efisien.

Dinamis. Metode tematik/ maudhu’i membuat tafsir Al Qur’an selalu dinamis sesuai dengan tuntutan zaman sehingga menimbulkan pandangan bagi para pembaca dan pendengarnya bahwa Al Qur’an senantiasa mengayomi dan membimbing kehidupan di muka bumi ini pada semua lapisan dan strata sosial.. dengan demikian, sangat terasa bahwa Al Qur’an selalu aktual dan tidak pernah ketinggalan zaman.

Membuat pemahaman menjadi utuh. Dengan menetapkan judul-judul yang akan dibahas, maka pemahaman ayat-ayat Al Qur’an dapat diserap secara utuh. Pemahaman serupa itu sulit ditemukan dalam metode penafsiran yang lain. Maka dari itu, metode tematik ini dapat diandalkan untuk pemecahan suatu permasalahan secara lebih baik dan tuntas.

 

Kekurangan:

Memenggal ayat Al Qur’an. Memenggal ayat yang dimaksudkan di sini ialah mengambil satu kasus yang terdapat di dalam satu ayat atau lebih yang mengandung banyak permasalahan yang berbeda. Cara serupa ini kdang-kdanag dipandang kurang sopan terhadap ayat-ayat suci sebagaimana dianggap terutama oleh kaum tekstualis. Namun selama tidak merusak pemahaman, sebenarnya car serupa itu tidak perlu dianggap sebagai suatu yang negatif.

Membatasi pemahaman ayat. Dengan ditetapkannya judul penafsiran, maka pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada permsalahan yang dibahas tersebut. Akibatnya, mufassir terikat oleh judul itu. Padahal tidak mustahil satu ayat itu dapat ditinjau dari berbagai aspek.

Sebelumnya telah disinggung bahwa tafsir dengan metode tematik lebih dapat diandalkan untuk menjawab permsalahn kehidupan di muka bumi ini. Dengan demikian, metode ini sangat memiliki andil besar dalam kehidupan umat agar mereka dapat terbimbing ke jalan yang benar sesuai dengan maksud diturunkannya Al Qur’an.

 

Referensi:

Farmawi, Abd al-Hayy. 1997. Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’i. (Mesir: Mathba’at al-Hadharat al-‘Arabiyyah).

Baidan, Nashruddin. 2005. Metodologi Penafsiran Al Qur’an. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

, , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan