tokoh-muhammadiyah

Totalitas Dakwah Muhammadiyah dalam Dimensi Realitas

Islam merupakan bagian dari agama samawi (agama langit) di suatu sisi lain ada agama yahudi dan nasrani (Agama Bumi). Dalam konteks sosial agama merupakan bagian dari suatu keteraturan ketuhanan dan kemanusiaan. Dalam degradasi sosial, agama sering dijadikan sebagai kapal dagang komoditas dalam pemenuhan kebutuhan individual yang berikap politis. Islam yang sejatinya adalah mengajak manusia untuk bertauhid kepada Allah.

Melihat fenomena seperti itu maka diperlukannya suatu sistem komunikasi dakwah yang relevansinya saling berkesinambungan dalam melihat realitas. Pemahaman mengenai pendidikan islam sangat diperlukan secara medasar, karena dakwah harus berangkat secara dasar untuk memahamkan masyarakat awam.

Pendidikan islam adalah usaha yang dilakukan utuk mengembangkan seluruh potensi manusia baik lahir maupun batin agar terbentuknya muslim seutuhnya (Haidar ,2014 : 11). Dari definisi yang dijelaskan oleh Haidar, merupakan suatu konsep kultural dalam membangkit pola kepribadian dalam wilayah hubungan secara horizontal (Ketuhanan) maupun hubungan secara vertical (Kemanusiaan).

Sunan Kalijaga dalam berdakwah tidak meninggalkan budaya. Beliau berpendapat, bahwa ketika budaya mulai di tinggalkan maka masyarakat akan takut dan tidak mau untuk mendekat kepada ajaran agama, dakwah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah tersebut. ( Sofwan dkk, 2000:120)

Konteks kali ini merujuk pada Muhammadiyah, yang merupakan salah satu organisasi masyarakat islam, harus mampu menerapkan dakwah secara kreatif. Tidak bertentangan dengan situasi dan kondisi dalam wilayah masyarakatnya. Meskipun keadaan kearifan budaya dan kearifan adat yang memang cenderung bertentangan dengan ajaran agama islam. Dengan konsep melebur dengan masyarakat akan menjadi tindakan partisipatoris dan bentuk awal dalam pemahaman secara kultural.

Kyai Dahlan sosok pendiri muhammadiyah pada mulanya menerapkan dakwah berbasis sosial dan budaya karena pada masa itu mistifikasi jawa yang kecenderungan dengan ajaran budha dan hindhu melekat dalam sifat religius masyarakat. Inilah yang menjadi metode awal gerakan dakwah  yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Seiring dengan perkembangan zaman dengan arus modernitas konsep ini hilang begitu saja. Berbagai macam strategi komunikasi dakwah yang dilakukan saat ini ialah bertujuan untuk mencapai goal dalam ranah program kerja yang ditetapkannya. Akan tetapi masih tetap berada pada koridor dalam memahamkan islam sesuai dengan tujuan Muhammadiyah itu sendiri yaitu “Untuk membentuk masyarakat islam yang sebenar-benarnya”.

Muhammadiyah yang sekarang ialah menawarkan bagaimana konsep keagamaan islam dari tradisional menuju islam yang berkemajuan, menjadi basis gerakan keagamaan yang cukup relevansinya dalam melihat fenomena sifat religius kemasyarakatan sekarang. Berangkat dari nilai-nilai pemahaman filsafat islam yang kemudian dikawinkan silang dengan teori sosial kritis.

Dari situ Muhammadiyah memaparkan bagaimana nilai islam yang mempunyai kecenderungan kaku dalam kaca mata masyarakat awam ,kemudian hal itu akan bergeser dengan adanya konsep ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjamur di kalangan masyarakat di era modernitas ini. Teori sosial kritis sebagai pendekatan dalam memahami fenomena perkembangan masyarakat.  Teknologi sebagai media basis gerakan dan selanjutnya nilai islam tersebut di munculkan dalam keteraturan sosial masyarakat.

Dakwah tidak hanya melihat sebatas realita akan tetapi harus secara totalitas relaitas. Realitas menurut heidegger ialah fenomena yang terjadi berdasarkan fakta dan empiris. Sedangkan totalitas realitas merupakan pemahaman akan realitas, mengapa realita itu bisa terjadi. Dari sini bisa dikemukakan bahwasannya Muhammadiyah dalam konsep dakwahnya harus melihat secara mendalam fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Kemudian indoktrinasi keagamaan dalam perspektif kesadaran relitas akan mampu menjawab permasalahan itu. Berangkat dari nilai seperti itu ,Ajaran islam yang di jelaskan Muhammadiyah akan mampu melebur dan hidup dalam pikiran masyarakat dalam bentuk perilaku yang dinjalankannya (Muammalah).

 

Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sofwan, Ridin dkk. 2000. Islamisasi di Jawa Walisongo, Penyebar Islamdi Jawa, Menurut Penuturan Babad. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Mulkhan, abdul Munir. 2010. ” Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan KH.Ahmad Dahlan”. Jakarta : Kompas

 

Penulis adalah Pegiat Rumah Baca Srawung Solo dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah

, , , , , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan