tempat-literasi-madiun

Literasi Madiun Tempo NOW

Masih sangat saya ingat. Dulu, beberapa tahun yang lalu ketika saya dan adik saya membaca  (berliterasi) di kota karismatik ini. Perpustakaan daerah menjadi tempat langganan saya dan saudara-saudara saya bermain dan belajar selain taman kota dan tempat hiburan yang lainnya. Karena masih usia anak-anak (setingkat SD, SMP, SMA) kami masih didampingi oleh orang tua dalam petualangan membaca.

“Perpustakaan itu dulu belum pindah di sini, dan belum sebagus ini, pengunjungnya juga belum semeningkat seperti saat ini…” ungkapan itulah yang muncul ketika saya berkunjung ke perpustakaan kota  Madiun sekarang yang baru saja direnovasi baik secara bangunan dan juga sistem manajemen pengelolaan. Dulu begitu, sekarang begini….

Bukan. Bukan hanya dari segi bangunan atau perubahan fisik apalagi sekedar tersedianya wifi. Dulu anak seusiaku dan juga saudara-saudaraku (pelajar SD, SMP, dan SMA) jumlahnya sangat minim sebagai pengunjung perpustakaan kota Madiun, di sisi kanan dan kiri kami biasanya dipenuhi oleh orang-orang tua, yang sudah barang tentu menjadi hal yang cukup mustahil untuk kami ajak berdiskusi sesuatu hal yang ditemukan dari apa yang kami baca. Butuh sedikit ceria di sela-sela membaca pada anak-anak seusiaku waktu itu. Dan akhirnya kami cukup diam, terpaku serius oleh larangan dilarang ramai di perpustakaan. Membaca menjadi begitu sepi dan penuh bayang-bayang lirikan tajam orang-orang tua di sekitar.

Kemarin tidak.  Sebagai mahasiswa budaya kunjung ke perpustakaan kota masih tetap terbudayakan, dan sekarang aku melihat perubahan itu. Mayoritas pengunjungnya adalah anak-anak yang seusiaku dulu, mulai dari SD, SMP dan SMA. Aku amati dengan seksama apa yang mereka cari dan pembahasan diskusi  membuatku tersenyum bangga. Anak-anak seusia mereka sudah terbiasa mencari referensi sejarah lagu “Halo-halo Bandung”, sekumpulan anak yang lain seusia SMA berbincang tentang pejuang Kemerdekaan, tersebut oleh mereka nama Bung Tomo dan sepak juangnya, dan belum lagi kumpulan yang lainnya. Dulu begitu, sekarang begini…

“Mustahil hukumnya meningkatkan suatu perdaban tanpa adanya literasi”

Memang begitu semestinya keberadaan pemerintah (di daerah mana pun). Prestasi menyediakan layanan secara maksimal akan melahirkan manusia-manusia berprestasi di kemudian hari, dan itu terlihat di Madiun saat ini. Berkunjunglah ke perpustakaan kota kami, kota Madiun. Barangkali berminat untuk menjadi anggota perpustakaan. Syarat menjadi anggota perpustakaan sangat mudah; pertama merupakan Warga Negara Indonesia (WNI), Kedua KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli/fotokopi atau KK (Kartu Keluarga) asli/fotokopi bagi yang belum ber-KTP.

Saya tidak menyebut pengelola (pemerintah) pada zaman dulu itu tidak baik atau bahkan tidak mampu. Mungkin saja dulu masih dalam tahap awal mempersiapkan pembenahan untuk saat ini. Dan pemerintahan saat ini tentu juga akan menata untuk Madiun ke depan yang lebih baik lagi. Tentu menjadi hal yang sangat menguntungkan ketika masyarakat sekitar juga pro-aktif terhadap program-program pembangunan (SDM) jangka panjang semacam ini. Dan yang mahasiswa jangan lupa membaca.

Datang dan buktikan profesionalismenya di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Madiun (Jl. H.A Salim No.39 Madiun). Cukup tunjukkan KTP/KK kepada petugas, beberapa menit kemudian e-KTA sudah selesai dicetak dan gratis (tidak dipungut biaya). Welcome to My City.

, , ,

Belum ada tanggapan.

Tinggalkan Balasan