Dunia anak-anak memang dunia yang tidak mudah diterka. Penuh teka-teki. Hari ini maunya seperti ini, besok lain lagi. Sekarang sukanya begini, besok berbeda lagi. Apalagi untuk urusan keseriusan, duh mana bisa diajak serius. Misalnya mencoba mengajak serius dalam menekuni sesuatu, jangan coba-coba deh! Yang ada nanti malah disambut dengan tangisan.
Bukan waktunya anak-anak diajak serius, tapi coba dulu aja dengan menanamkan kecintaan. Mungkin kalau menurut bahasa ringannya tuh membuat sesuatu yang membuat anak SENANG.
Ya, senang! Sesuatu yang menyenangkan pasti disukai anak-anak. Jadi, jika anak ingin menggeluti suatu “dunia” dengan serius, maka buatlah hal itu menjadi lebih menyenangkan. Anak akan selalu ingin mengulang-ngulang lagi hingga tak terasa dia menjadi pandai di bidang tersebut.
Termasuk ketika kita menanamkan rasa cinta terhadap dunia sastra pada anak. Mungkin anak belum memahami apa itu sastra? Tapi paling tidak kita bisa menghadirkan keasyikan dunia sastra tersebut.
Sebut saja ketika kita membawakan sebuah dongeng yang dihadirkan di depan anak, dilanjut dengan puisi-puisi ringan dan cerita-cerita fiksi yang lucu yang selalu kita perdengarkan pada mereka. Cara-cara di atas adalah salah satu upaya dalam menanamkan cinta sastra pada anak.
Kita pun bisa menyuruh mereka untuk mengarang sebuah cerita. Menuliskannya dalam paragraf-paragraf pendek, biasakan mereka untuk berimajinasi lebih luas, dan biarkan mereka terus menggali imajanasinya sedalam mungkin.
Jika frekuensi pengenalan sastra pada anak-anak lebih sering, maka keinginan untuk menulis pun akan semakin tinggi. Anak-anak biasanya terinspirasi dari sebuah keasyikan cerita atau puisi yang didengarnya atau dibacanya. Lalu dia pun akan terangsang untuk mencoba membuat tulisan sendiri.
Seiring berjalannya waktu, maka kedewasaan dalam menulisnya pun akan tumbuh, kecintaannya semakin tinggi dan bukan mungkin kelak dia akan memilih jalan hidup sebagai sastrawan.
Belum ada tanggapan.