Pada tulisan menulis flash fiction bagian 1, telah disepakati bahwa flash fiction, terkait dengan panjang ceritanya dibatasi tidak lebih dari 1000 kata. Tentu saja batasan ini tidak untuk mengikat pendapat lain di luar Blog RetakanKata, tapi lebih sebagai salah satu panduan menulis flash fiction yang baik. Apa beda flash fiction dengan puisi?
Istilah flash fiction itu sendiri pertama kali digunakan tahun 1988 oleh Tom Hazuka, Denis Thomas, dan James Thomas dalam bukunya “Flash Fiction: 72 Very Short Stories” (Thomas, Thomas dan Hazuka, 1992 dalam Holly Howit, 2011).
Gambaran yang lebih jelas mengenai flash fiction dapat diperoleh jika ada pembanding dengan bentuk lain. Salah satu kisah yang paling sering dikutip sebagai flash fiction adalah cerita Ernest Hemingway: “For Sale, Baby Shoes, Never Worn”. Cerita yang sangat pendek, hanya terdiri dari 6 kata. Kadang, beberapa kawan yang cukup kritis mempertanyakan, “andai yang menulis bukan Hemingway, masihkah enam kata itu akan disebut flash fiction?”
Beberapa orang menyebut cerita tersebut sebagai short-short story. Beberapa lainnya menyebut microfiction. Kembali yang menjadi pokok persoalan adalah jumlah kata. Jika diuraikan, maka akan disebut microfiction jika jumlah katanya kurang dari 300 kata (Cress Peach, 2010). Akan disebut short-short story jika jumlah katanya kurang dari 750 kata (Taylor, 2009).
Dan penggunaan istilah ini bisa saling bertukar tempat antara pendapat yang satu dengan pendapat lainnya. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, jika kita sepakat bahwa flash fiction dibatasi tidak lebih dari 1000 kata, maka microfiction dan short-short story merupakan bagian (sub kategori) dari flash fiction.
Agak lebih rumit jika muncul pertanyaan mengapa tulisan Hemingway tersebut tidak disebut puisi? Sayangnya, kita lebih kenal Hemingway sebagai penulis prosa, bukan penulis puisi. Lalu bagaimana membedakan tulisan pendek sebagai flash fiction atau puisi? Atau lebih jauh lagi, bagaimana membedakan flash fiction dengan puisi atau dengan prosa liris?
Dari segi bentuk, Rachel Barenblat menyebut bahwa puisi lebih menitikberatkan pada “baris” sementara prosa menitikberatkan pada “kalimat”. Selain itu, puisi dapat berada pada “zona bebas bahasa baku” atau bebas dari ikatan ketentuan berbahasa secara baik dan benar (?) yang biasa disebut licentia poetica. Sementara prosa terikat dengan ketentuan bahasa baku. Prosa liris merupakan kombinasi dari kedua bentuk tersebut. Barenblat mencontohkan penulisan di Inggris kadang menyelipkan puisi dalam prosa, atau sebaliknya, menyelipkan prosa dalam puisi.
Kembali pada tulisan Hemingway: For Sale, Baby Shoes, Never Worn, apakah kalimat tersebut flash fiction atau puisi? Meski sangat pendek, tulisan tersebut tidak hanya masalah “jual sepatu” tetapi lebih dalam lagi adalah persoalan “seseorang yang merasa sangat kehilangan karena terpaksa melepas sesuatu yang sangat berharga baginya”.
Kajian lebih memusingkan barangkali dapat dibaca pada tulisan Schweizer yang menganalisis puisi Raymond Carver dengan flash fiction Raymond Carver. Dengan kata lain Schweizer menganalisis dua bentuk tulisan yang berbeda dari penulis yang sama. Jika dikaitkan dengan fungsi pemilihan bentuk tulisan, maka puisi adalah semacam pengakuan sebuah kejadian yang memunculkan intensitas tertentu pada penulisnya.
Dengan demikian maka flash fiction menjadi semacam penundaan pengakuan tersebut. Puisi menjadi semacam metafora untuk menyampaikan kisah yang berulang dalam suatu kehidupan sehingga bisa tak terbatas waktu. Dicontohkan, ketika seseorang mengangkat tema “kematian”, maka sebuah flash fiction menceritakan titik-titik tertentu atau kejadian tertentu terkait dengan kematian. (Red: misalnya kematian artis karena over dosis obat-obatan terlarang). Puisi akan bercerita tidak saja tentang kematian, tetapi juga hal-hal yang sulit untuk diceritakan semacam perasaan takut, atau malah berbicara tentang keabadian, hal-hal yang tidak tampak secara eksplisit di permukaan.
Anda dapat membaca keterkaitan antara fiksi dan kedalaman cerita di Rahasia Menulis ala Hemingway dan Kedalaman Cerita
Belum ada tanggapan.