Dongeng tentang Narcissus adalah sebuah legenda tragis yang dibeberkan dengan manis. Konon, dongeng ini berasal dari Yunani, tetapi kemudian dikonversi ke dalam berbagai bentuk termasuk oleh Paulo Coelho untuk prolog bukunya ‘Sang Alkemis’. Dalam perjalanannya, si Alkemis mengambil sebuah buku yang ada dalam caravan dan mulai membaca:
Adalah seorang pemuda dengan ketampanan yang sempurna bernama Narcissus. Setiap hari dia pergi ke sebuah telaga yang tenang, duduk di tepi telaga itu dan memandang pantulan wajahnya sendiri. Karena dia sangat mengagumi sosok dipantulkan telaga, bahkan dia tidak pernah berani menyentuh air di dalam telaga karena takut riak air akan mengaburkan bayangannya. Pada suatu hari, dia lama memandang dan memuja wajahnya sendiri di dalam telaga hingga dia terjatuh ke dalam telaga lalu mati.
Dikatakan, setelah kematian pemuda itu, peri hutan datang ke tepi telaga dan menyadari air telaga yang biasanya jernih sudah asin seperti air mata. Bertanyalah peri hutan kepada telaga itu;
“Mengapa kau menangis?”
“Aku menangisi Narcissus.” Telaga menjawab.
“Kami mengerti. Tetapi kau sebenarnya sangat beruntung sebab kami telah mencari-cari Narcissus dan hanya kau sendiri yang selalu dikunjunginya sehingga kau selalu melihat keindahannya.”
“Benarkah? Benarkah Narcissus itu sangat indah?” Tanya seisi Telaga.
“Bukankah kau yang lebih tahu?” peri hutan heran, “Dia senantiasa duduk di tepi telaga dan memandangimu setiap hari. Bukankah dia selalu memandanga pantulan keindahannya sendiri di sini?”
Telaga menjadi semakin sedih. Katanya;
“Aku memang menangisi kematian Narcissus, tetapi belum pernah sekalipun kuperhatikan keindahannya. Aku menangis karena setiap kali Narcissus duduk di tepian, aku melihat ke dalam bola matanya, menemukan pantulan keindahanku sendiri di sana.”
Si Alkemis setuju bahwa kisah itu sangat memikat. Ya, mungkin dia sadar bahwa kisah itu menyindir dirinya sendiri. Dan bukan cuma bagi Alkemis itu, dongeng Narcissus dengan telak menyindir setiap manusia karena siapa pun cenderung memuja dirinya sendiri.
sumber: wikipedia
ilustrasi: google
Ya, sekarang banyak ‘pengikut’ nya 🙂 – bagaimana ttg Icarus, bisa cerita juga bung? 😉